“Lalu kata
Musa kepada TUHAN: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak
dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan
berat lidah. Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah
manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau
buta; bukankah Aku, yakni Tuhan?” (Kel. 4:10-11).
Allah tidak mengijinkan kepada Musa untuk memakai
kelemahannya sebagai alasan untuk lari dari perintah Allah. Walau akhirnya
“terpaksa” menyetujui perintah Allah, Musa menemukan bahwa melalui bimbingan
langsung dari Tuhan, ia mampu memimpin bangsa Israel keluar dari cengkeraman
penjajah. Berapa banyak dari setiap kita termasuk aku senantiasa berdalih
dengan keadaan yang “lemah” hingga dengan secara halus menolak perintah dan
panggilan dari Tuhan. Mengapa “kelemahan dan ketidak berdayaan” senantiasa di
jadikan alasan yang kuat untuk menjadikan kita tidak taat dan setia kepada-Nya?
Padahal hakekat-Nya dari Dia dan kepada Dia apa yang telah Ia ciptakan, jika
hal-hal kelemahan menjadi dalih pembenaran maka sudah dapat dipastikan bahwa
jiwa kita sedang sakit dan perlu tabib di atas tabib yang dapat menolongnya.
Apapun dan seperti apakah keadaan kita saat pertama di
panggil dan Tuhan Allah perintahkan untuk mengikuti-Nya dan melayani-Nya,
lakukanlah dengan segera jangan banyak berpikir dan apalagi berdalih serta
lebih parahnya hitung berhitung akan untung rugi dalam melayani Tuhan. Padahal
tak terhitung banyak kebaikan dan kemurahan kasih karunia Tuhan, dari hal yang
dianggap kecil dan banyak semua kita tak pernah mengucapkan terimakasih dan
bersyukur atas nafas yang DIA berikan dengan bersih dan gratis pula, pernahkah
kita meminta nafas? Padahal tanpa itu kita sudah “di peti es-kan”. Apapun yang
kita lakukan perbuatlah semua itu hanya untuk menyenangkan hati-Nya dan untuk kemulian-Nya, dan yang utama
katakan ya Tuhan kami siap melayani serta katakanlah “Tuhan apalagi yang harus
kami lakukan agar hati-Mu senantiasa senang?”
0 komentar:
Post a Comment