“Siapakah
yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau
penganiayaan, atau kelaparan, atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?”
(Roma 8:35).
Suatu saat ketika kami hendak kebaktian
minggu, keyakinan kami di uji dan di coba dengan suatu keadaan dimana kami
tidak mendapati uang yang cukup untuk pergi kebaktian. Aku dan istriku sepakat
untuk tetap berangkat dengan berjalan kaki dan uang yang ada kami bagi untuk
“kantung persembahan” dan untuk anak kami. Maka agar dapat satu keluarga berada
di Gereja, anak kami titipkan bersama Omanya agar berangkat bersamanya. Kami
berangkat sedari pukul 04.30 agar tak terlambat sampai tujuan, karena kebaktian
di mulai pukul 08.00 pagi. Jarak rumah kami ke Gereja cukup jauh pula sekitar
15 km, dan kami perkirakan dengan berjalan kaki agak lambat kurang lebih dalam
tempo 3 jam dapat sampai. Hal seperti bukan saja boleh Tuhan ijinkan satu kali
namun berulangkali, sungguh sisi manusia kami menjerit dan sedih sekali namun
kami tetap yakin bahwa penderitaan yang terjadi pada kami tidaklah seberapa
dibandingkan orang-orang dahulu yang menyakini Tuhan Yesus harus sampai di
hukum mati karena bertentangan dengan keyakinan yang di anut oleh
pemerintahannya. Dan itulah harga yang harus kami bayar dalam mengikuti Yesus,
namun bagi kami masalah yang boleh Allah ijinkan terjadi pada kehidupan kami masih sangat
kecil dibandingkan dengan kebesaran Allah, kemuliaan-Nya dan Kasih karunia-Nya.
Dan pergumulan apapun kami senantiasa
mengingat bahwa Allah tak pernah berdiam diri dan kami sangat yakin apapun yang
terjadi pada kehidupan kami tak akan dapat memisahkan dari kasih Allah, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada
sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik di atas, maupun yang
di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari
kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Rm. 8:38-39). Dan
apabila aku mulai merasakan hubungan aku dengan Allah mulai goyah senantiasa
hatiku mengingatkan, “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah
firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yer. 29:11).
Jelaslah bahwa Allah senantiasa mengharapkan dan memberikan kebaikan kepada
setiap kita, karena dibalik kesusahan ternyata Tuhan memberikan hikmah
pengetahuan, dan dengan membuat kami harus berjalan kaki ternyata Allah sedang
melenturkan otot-otot tubuh yang kaku karena terlalu lama dimanja dan sungguh
Allah, Engkau luarbiasa kami bangga mempunyai Allah seperti Engkau.
0 komentar:
Post a Comment