Kesia-siaan belaka, kata
Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. (Pkh 1:2)
Apabila tujuan hidup ini telah lepas pada
sandaran keutamaan untuk kemuliaan Allah dan mengejar kebahagiaan hakiki
bersama-Nya dalam Kerajaan-Nya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. Seluruh
kegiatan kita diatas bumi ini tidak ada artinya dan tidak ada tujuannya ketika
dilakukan terlepas dari kehendak Allah, persekutuan,dan kegiatan kasih Allah di
dalam kehidupan kita. Kita harus melihat lebih jauh dari hal-hal duniawi kepada
hal-hal surgawi untuk menerima pengharapan, sukacita, dan damai sejahtera.
Hidup yang hanya mengejar untuk memuaskan hasrat lahiriah semata tak akan
pernah ada habisnya dan tak pernah akan terpuaskan bahkan pada akhirnya akan
membuat kita semakin hanyut serta tak jarang membuahkan depresi pada kehidupan
kita. Ibarat laut yang senantiasa “terisi” oleh aliran sungai adakah laut itu
meluap? “Semua sungai
mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai
mengalir, ke situ sungai mengalir selalu”. (Pkh 1:7).
Pada akhirnya segala sesuatu adalah
menjemukan, hanya suatu aktifitas yang monoton tak pernah “bertumbuh” dan pada
akhirnya berbuah menjadikan kehidupan lebih bermakna dan menggairahkan. (Pkh 1:8) “Segala
sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang
melihat, telinga tidak puas mendengar”. Jika kita perhatikan lebih seksama sebenarnya
di bumi ini tidak ada yang baru, (Pkh 1:9) “Apa yang pernah ada
akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu
yang baru di bawah matahari”.
Ayat ini tidak berarti bahwa tidak ada
penemuan baru, hanya bahwa tidak ada bentuk kegiatan baru. Pencarian, sasaran,
dan keinginan umat manusia tetap sama. Pengkhotbah memberikan nasehat bahwa hidup yang berpegang pada prinsip
duniawi akan mendatangkan kerugian dan hidup kita menjadi sia-sia seperti
“menjaring angin” namun apabila hidup kita bersandarkan kepada prinsip surgawi
maka kita beroleh hidup yang kekal. Namun berhati-hatilah senantiasa dan ujilah
setiap perkataan atau pun ajaran seseorang dengan bersandarkan kepada Alkitab,
karena ingatlah bagaimana hawa digelincirkan lewat firman Tuhan yang
“digelincirkan” oleh iblis. Mereka tidak akan pernah merasa puas sebelum
melihat kehancuran manusia dan kabar baiknya kita selaku anak-anak Tuhan telah
diberikan pendamping yang kuat yaitu Roh Kudus, tetapi pertanyaannya dapatkah
Roh Kudus itu bekerja efektif apabila kita hidup menjauhkan diri dari persekuan
dengan Tuhan dan hidup jauh dari pengudusan?.
0 komentar:
Post a Comment