“Lalu
Daud memohon kepada Allah oleh karena anak itu, ia berpuasa dengan tekun dan
apabila ia masuk ke dalam, semalam-malaman itu ia berbaring di tanah.” (2Sam
12:16)
Suatu masa terdapat sebuah sekolah yang terkenal pada masanya karena dari
sekolah itu senantiasa terlahir orang-orang hebat pada zamannya dalam berbagai
bidang pengetahuan. Konon sekolah itu amat ketat dalam seleksi penerimaan siswa
baru dan tidak mudah untuk dapat belajar disana. Sekolah itu merupakan sebuah
sekolah terpadu yang terdiri dari anak sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Sisiwa-siswa yang berprestasi selesai dari jenjang perguruan tinggi biasanya
mereka langsung bekerja di pusat pemerintahan kerajaan.
Lao adalah murid sekolah dasar yang mempunyai prestasi yang bagus namun ia
tidak menyenangi pelajaran berhitung, sehingga setiap kali ada pelajaran
berhitung ia akan bolos sekolah. Lao biasanya apabila membolos senantiasa
bermain di belakang bukit dan menyeberangi sungai yang jernih.
Suatu saat mata ia tertuju pada seorang nenek yang senatiasa ia lihat selalu
berdiam di pinggir sungai sambil entah menggosok-gosokan sesuatu ke batu. Lao
dengan penasaran menghampiri nenek tersebut dan bertanya dengan
lembut,
“Nek sedang mengerjakan apa?”,
nenek itu membalas,”Oh ini nak sedang mengasah besi untuk di jadikan sebuah
jarum. Tetapi ngomong-ngomong, kenapa engkau tidak masuk sekolah?”.
Lao menjawab, “Aku tidak membolos namun aku hanya menghindari pelajaran
berhitung yang tidak aku sukai. Lalu, apa bisa besi setebal itu dapat menjadi
sebuah jarum yang tipis?”.
Nenek itu menjawab,”Nak di dunia ini
tidak ada yang tidak mungkin apabila kita yakin dan tetap bertekun pasti semua
dapat berhasil. Engkau pun seharusnya, yakin bahwa dapat menyenangi pelajaran
berhitung dan pasti dapat dengan mudah mempelajarinya apabila yakin dan bertekun”.
Lao hanya berdiam dan lantas pamit untuk melanjutkan ke tempat ia bermain,
dalam hati ia berkata apa mungkin besi dapat menjadi jarum? Pernyataan dari
sang nenek ternyata membuat hatinya senantiasa memeikirkan dan merenungkan apa
yang di ucapkan nenek tersebut.
Selang beberapa lama Lao kembali menyusuri pinggiran sungai itu dan ia
mendapati nenek itu kini memegang sebuah jarum yang tipis dan tajam. Takjublah
Lao setelah melihat hal tersebut dan itu membuatnya sadar bahwa apa yang dia
kerjakan selama ini tidak benar. Ia hanya menghindari masalah itu dan ternyata
tidak menyelesaikan masalahnya namun apabila masalah itu di hadapi dan dengan
yakin dan tekun pasti masalah itu dapat di selesaikan. Lao bertekad untuk
menghadapi pelajaran berhitung dan dengan tekun
belajar dan berlatih. Lao belajar di sekolah itu sampai perguruan tinggi dan
menjadi guru besar filsafat dan teramat disegani pada zamannya dan ia merupakan
penasehat kerajaan di negeri tiongkok pada masanya, ialah Lao Tze yang masa
kecilnya malas dan bandel namun berkat mengikuti nasehat seorang nenek,
mengubah cara pandang dan membuka pikirannya untuk menjadi maju.
0 komentar:
Post a Comment