Aku
pun bangkit dari ranjang, mengambil celana jeans dan baju yang tergantung di
kastop dinding kamar. Kembali kupakai pakaian dan aku rapikan rambut, kemudian
aku menghampiri pria separuh baya yang duduk di pinggir ranjang,
“Sayang,
benar nih nggak akan lanjut?” Tanya aku sambil mengelus tangannya dengan manja,
“Tidak
sayang, malam ini aku harus lebih cepat pulang ke rumah sebab ibu mertua akan
datang. Mungkin lain waktu kita santai untuk long time to making love…ok
sayang” katanya, “Kamu memang dasyat
sayang mengerti akan selera aku, ini aku tambahkan tips untuk kamu”
“Ok…sayang
nggak apa-apa next time kita bersama lagi….wah, sayangku memang baik sekali
makanya aku selalu berikan service yang dasyat dan tentunya dengan segenap cinta”
Ucapku dengan sedikit nada yang menyenangkan, namun sebenarnya hati ini sudah
muak untuk melakukan semua ini, namun
mengapa aku tetap melakukannya?.
“Tapi
sebelum aku pulang temani aku makan yah sayang” sahut pria itu dan kemudian ia
pun bangkit dari ranjang…..
Dengan
bergandengan tangan keduanya lalu meninggalkan kamar hotel dan pergi menuju
tempat parkir. Sang pria membukakan pintu dan selanjutnya mobil itu pun melaju
dan menghilang dibalik keremangan malam.
********
Sang gadis pun turun dari mobil,
sebelum berpisah, pria setengah baya itu memintanya untuk mengecup pipinya dan
pria itu pun berkata padanya,
“Sayang,
malam yang indah ini akan selalu bersama kita, walau waktu kita hanya singkat
namun aku merasakan sangat puas. Dan ingat sayang, nanti aku telepon untuk
bertemu kamu lagi dan siapkan waktumu untukku, ok sayang bye” Pria itu pun
berkata dengan mesranya dan tak peduli lagi akan statusnya.
Gadis itu
hanya mengangguk dan tersenyum. Ia pun melangkahkan kakinya menyusuri trotoar,
pikiranya terus melayang, hatinya menjerit….ah, betapa kotornya diri ini, aku
kini menjadi budak pemuas nafsu….aku ingin keluar dari “pekerjaan” ini tapi
kenapa tidak bisa? Apakah ini dapat dikatakan sebuah pekerjaan?....oh,
tidak!...bagaimana aku dapat keluar dari jerat nafsu ini….mmmhhhh…ahhhh…ia pun
menghela nafas sambil menghembuskan asap rokok yang menemani di jari
tangannya…sudahlah aku sudah kotor dan tak mungkin dapat bersih kembali….
“
Hai cewek…sendirian saja?”
Sebuah
suara telah menyapanya dan memecah keheningan lamunan si gadis, ia pun menoleh dan di
lihatnya seorang pemuda duduk diatas motor sport dengan centil menggodanya.
Tadinya mau aku diamkan saja, namun entah kenapa iblis datang membelai
telingaku dan membimbingku untuk mendatangi pemuda tersebut…mmmmmhh, boleh juga
ni brondong, keliatannya gagah, tapi koceknya ada nggak yah? Pikirannya pun
mulai bicara…tapi, masa bodoh ah, dari tadi aku hanya melayani tiga lelaki tua yang
lemah yang tak membuatku senang tapi duitnya ok!..sudahlah lebih baik aku coba
dulu siapa tahu ok juga…
“Lho…cantik
ini kenapa, sedari tadi ngelamun saja, lagi galau yah?” goda sang pemuda,
“Galau
pala luh peyang! Memangnya gua habis makan kemenyan jadi galau?” Sahut Sisca
dengan sewotnya, “Nah lu! Ngapain sendirian malam-malam?” ia pun balik
bertanya,
“Idih
langsung sewot…tadi baru balik kerja dan nggak sengaja liat cewek cakep
nongkrong sendirian, gimana, daripada sendirian kalau kita bareng jalan?” ucap
sang pemuda sambil menggoda,
“Pulang
kerja atawa habis di kerjai?...hiik..hikkk…tapi kalau gua kaga mau bagaimana?”
lanjut Sisca
“Pulang kerjalah!, kalau nggak
mau jalan yah kita nongkrong bareng dah!” Jawab pemuda itu tak menyerah,
Gila
nih cowok…pantang menyerah…pikir Sisca, baru ia hendak bicara pemuda itu
melanjutkan omongannya,
“Masih
juga bengong, kaya ayam lagi tetelo! Bagaimana jadi nggak nongkrong bareng?”
“Ogah
ah kalau Cuma nongkrong!, mending gua balik selimutan di rumah” Jawab Sisca
dengan sedikit bercanda,
Pemuda
tersebut ternyata memahami isi hati nakal sang cewek, kemudian ia pun
menimpali,
“Iya
nggak nongkrong doang kali…tapi daripada pake selimut dingin di rumah bagaimana
kalau pake selimut hangat?”
Ternyata
pemuda ini otaknya “Viktor” juga (Vikiran Kotor {Maksa Banget yah!}), lalu
Sisca pun melanjutkan,
“Ok,
begini saja, malam sudah
semakin larut, kita langsung saja bicara bisnis, mau long atau short?” Jawab si gadis singkat dan langsung ke
inti bisnisnya,
“Deu…to
the point banget!…ok lah! Kalau sudah pada paham akan
maksud dan tujuannya, tapi sebelumnya boleh dong aku tahu namamu, aku
Alvin dan kamu….?” Pemuda itu mengulurkan tangannya,
“Aku Sisca…” Jawab gadis itu singkat
“Ok Sisca yang cantik dan seksi, kita lansung saja bicara bisnis, kalau long berapa dan short berapa?” Alvin pun
berkata to the point,
Selanjutnya Sisca
menjelaskan “bisnis-nya”
dan segala macam aturannya, pemuda itupun setuju dan ia memilih long
dengan Sisca. Selanjutnya ia pun
memberikan uang muka yang Sisca minta dan dengan riang Sisca pun menaiki motor.
Ehmmm, malam yang indah, luar biasa! Benar-benar hebat, berapa banyak aku
mendapatkan uang malam ini…khayalan Sisca pun merebak….dengan mesra ia lingkarkan
tangannya ke tubuh si pemuda, motorpun semakin kencang di lajukan dan
menghilang di terkam gelapnya malam yang tak berbintang.
*****
“Siang
all!” sapa Sisca manakala ia melewati kamar Marni,
“Hey,
Sis! Siang juga! Gila benar nih baru pulang, kayanya tajir benar!” Jawab Marni,
Sisca
hanya mengangguk kecil dan nampak wajahnya agak kelelahan,
“Jualannya
laku keras jeung?” Tanya Tantri, “Dapat berapa ikan?”
Aku
hanya mengangkat tangan dan memperlihatkan empat jari.
“Gila!!!….gebleg
juga loh, lagi ngejar setoran yah? Atau jangan-jangan dapat ikan teri dan
lemes-lemes?” Ucap Tantri setengah berkelakar
“Kakap
semua! tiga loyo yang satu luarbiasa!, capek banget ngadepin yang terakhir”
Jawab Sisca “Gua minta minum dong Mar!, dan ini gua bawain nasi bungkus, gua
tadi mampir di uni Ratna”
“Ckck..ckck..luar
biasa lo…ok say! Thank yah nasinya, sekarang mending luh istirahat dulu nanti
baru kita ngobrol lagi” Sahut Marni terkagum-kagum dan menyarankan Sisca untuk
pergi istirahat,
“Ok!
Guys, sampai nanti yah!” Jawab Sisca sambil pergi menuju kamarnya.
Sisca
sudah hampir satu tahun ini mengontrak di kontrakan milik ibu Desi yang
terletak di kampung Bahar, agak masuk ke dalam memang letak kontrakan ini.
Namun suasananya nyaman, ibu Desi sendiri tidak tinggal disana namun ia
mempercayakan kontrakannya kepada ibu Sumi yang tinggal di sebelah kontrakan. Sisca
sendiri menempati kamar yang paling ujung
sebelah kiri yaitu di nomor lima, semuanya ada sepuluh pintu dan
berderet lima, kiri-kanan
saling berhadapan. Setiap bulan mereka di pungut biaya Rp. 600.00,- sudah
termasuk listrik, kebanyakan yang menempatinya adalah wanita-wanita muda dari
beragam profesi. Sisca pun langsung menuju kamarnya dan ia langsung merebahkan
badannya di ranjangnya yang empuk. Tak lama matanya terpejam dan ia pun terbuai
dalam mimpi.
*******
Tepat
pukul lima sore Sisca terbangunkan oleh bunyi alarm yang sengaja ia pasang.
Mmm…ahhhh…uhhhhh!ia pun menguap, capeknya badan ini, dengan agak malas
ia mematikan alarmnya. Ia pun lantas bangkit dari ranjangnya, namun bukannya
langsung pergi mandi tetapi ia langsung duduk di ruang depan. Ia mengambil
sebatang rokok dengan di temani musik
yang keluar dari ipod yang baru satu minggu ia peroleh dari om Anwar yang
selalu memakai jasanya, ia pun berasyik ria menuju alam lamunannya. Tak dapat
ia membohongi hatinya jikalau ia telah lelah dengan semua ini. Namun hanya
pekerjaan ini yang dapat aku lakukan untuk bertahan hidup di tengah kejamnya
kota. Apa yang dapat aku lakukan lagi? Begitu pikirnya, sedangkan pendidikanku
hanya sebatas SMA dan itupun tak tamat karena putus di pertengahan. Andai saja
kejadian itu tak pernah terjadi di dalam hidupku mungkin kini aku masih dapat
melanjutkan sekolahku hingga kuliah…ahhhh…bajingan kau Ferry! Ia pun kembali
terkenang akan masa lalunya.
Empat
tahun yang lalu, saat itu aku masih duduk di kelas satu Sekolah Menengah Atas di daerah
Tasikmalaya, tepatnya desa Cibeureum. Aku mengenal seorang pria namanya Ferry ia adalah
kakak kelasku, usia kami terpaut dua tahun. Aku mengenal Ferry di sebuah pesta
ulangtahun temanku dan semenjak pertemuan itu hatiku mulai tertambat kepadanya.
Tak berselang lama kami pun pacaran, namun kami lepas kendali dalam berpacaran
karena apa yang seharusnya tidak boleh kami lakukan telah kami langgar. Kami
sering melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami-istri, dan itu
dilakukan bukan saja di motel, di rumah teman, di tempat Ferry bahkan di rumah
aku sendiri manakala orangtuaku sedang tidak berada di rumah, dan gilanya
bahkan apabila sudah tidak tahan, walaupun ada orangtua kami melakukan secara
sembunyi di lantai atas tempat kami berpacaran. Pokoknya disegala medan dan
setiap ada kesempatan hal itu selalu kami lakukan dan herannya aku merasa
seperti kecanduan apabila tidak melakukan hal itu. Hingga akhirnya petaka itu
pun tiba, aku telat menstruasi dan ketika aku periksa dengan alat tes benar
saja aku hamil. Aku pun berbicara terus terang kepada Ferry,
“Sayang
bisa nggak kita bicara, ada hal yang penting ingin aku katakan” kataku,
“Hmm, ada apa sayang?” jawabnya,
“Say, kamu cintakan sama aku?”tanyaku,
“Iyalah aku cinta kamu, bahkan sampai mati” gombal Ferry
“Benaran?...apapun yang terjadi kamu tetap cinta sama aku?” tanyaku
penuh ragu
“Benar sayang! Masih nggak percaya?...memangnya ada apa sih sayang?”
Ferry pun meyakinkan
“Begini loh say, aku telat menstruasi dan sudah aku periksa pakai
tespack, ternyata aku positif hamil” dan aku pun menjelaskan persoalannya
“……” Ferry terdiam sejenak, kemudian, “Terus sekarang mau kamu
bagaimana?”
“Lho! malah balik Tanya, ini kan benih kamu dan juga anak kita” sedikit
agak sewot akupun berkata,
“Tapi benar kamu sudah test? Mungkin saja alatnya nggak beres?” Kilah
Ferry
“Tadi kamu bilang apapun tetap cinta…begini saja, untuk lebih meyakinkan
bagaimana kalau kita memeriksakan ke bidan” Jawab dan permintaanku,
“Ok! Itu lebih bagus dan lebih akurat hasilnya” Sahut Ferry,
Kamipun mencari toilet umum untuk ganti pakaian, seperti biasa kami
selalu membawa baju ganti agar lebih memudahkan untuk pergi jalan. Dan
selanjutnya kami pergi mencari tempat bidan yang praktek, tidak jauh dari
toilet umum sekitar lima ratus meter, ternyata terdapat bidan praktek, kami pun
memutuskan untuk memeriksakan kehamilanku disana. Selang beberapa lama aku
keluar dari ruangan bidan dan aku serahkan kertas hasil pemeriksaan ke tangan
Ferry. Ia pun membaca hasilnya dan terlihatlah olehku bagaimana wajah Ferry yang
kaget. Kami pun segera meninggalkan tempat praktek bidan, di sepanjang jalan
hanya keheningan yang menemani kami. Akhirnya Ferry menghentikan kendaraan di
dekat taman dan kami pun turun dan duduk di bangku taman, Ferry memberikan aku
minuman kaleng agar aku lebih tenang dan ia mengambil rokok dari balik
celananya dan menghisapnya. Selesai itu ia pun berbicara kepadaku,
“Sayang….aku harus berkata apa?...aku sayang dan cinta kamu…tapi kita
ini masih anak sekolah, dan tahukan kamu aku sebentar lagi UAN dan tak mungkin
aku menikahi kamu sekarang-sekarang ini. Sebab kamu juga tahukan bagaimana
peraturannya, jika siswa yang telah menikah, maka ia harus keluar dari sekolah..eu..eu..jadi
menurut aku bagaimana jika nikahnya kita tunda sampai aku lulus sekolah, kan
tidak lama hanya sekitar empat-lima bulan lagi” Ferry memberikan alasan,
“ Aku tahu sayang…ta_” Belum aku selesai, Ferry sudah memotong,
“Aku tahu sayang…aku paham apa yang hendak kamu katakan, tapi sayang
demi anak kita, demi masa depan kita. Harus juga kamu pikirkan masak-masak, apabila aku
tidak tamat sekolah bagaimana aku dapat kerja?” Lanjut Ferry memberikan alasan
yang masuk akal,
“Aku janji sayang, setelah ujian dan aku dinyatakan lulus kita pasti
menikah” kilahnya meyakinkan, “Apa perlu aku berjanji atau membuat perjanjian
secara tertulis?”
“Tidak usah sayang, aku percaya padamu….janji yah sayang” jawab dan
pintaku,
Ferry pun memeluk dan menggandeng aku, kami pun kembali masuk ke dalam
kendaraan. Namun bukannya langsung ke rumah tapi malah menuju ke motel,
benar-benar gila kelakuan kami.
Hari yang dinantikan pun tiba dan perutku sudah makin membesar, aku
begitu lemas karena selalu menyembunyikan perut buncitku dengan mengikatnya
menggunakan kain kemben, dan sengaja aku kini memakai rok longgar tidak ketat
lagi, agar perutku jadi tersamarkan. Hari ini adalah hari kelulusan anak-anak
kelas tiga, aku begitu senang sebab penantianku kini akan menjadi nyata dan aku
akan segera menikah, aku pun mendatangi ruang kelas Ferry. Namun ternyata ia
tidak ada di tempat, dan aku tanyakan kepada teman-temannya, mereka mengatakan
bahwa hanya sebagian saja yang datang ke sekolah, karena hasil ujian di kirim
ke alamat rumah masing-masing. Aku pun langsung menelepon Ferry, namun handphonenya
tidak aktif dan aku telpon ke rumahnya yang menjawab kebetulan pembantu
rumahnya dan ia mengatakan bahwa sejak kemarin Ferry tidak berada di rumah.
Kemanakah ia? Hatiku mulai curiga, apakah ia ingkar akan janjnya. Tapi tidak
mungkin ia pergi begitu saja sebab ijazah saja belum di bagikan, terlintas
dalam pikiranku apakah ia menginap di motel langganan kami? Sebab ia sejak
kemarin tidak pulang ke rumahnya dan juga teman karibnya tidak mengetahui akan
keberadaannya.
Aku pun memutuskan untuk segera
ke sana, dengan menggunakan ojeg aku pergi menuju motel yang di tuju.
Sesampainya disana aku langsung menemui bang Basir, dengan menyelipkan uang
duapuluh ribuan aku pun bertanya pada bang Basir apakah Ferry ada menginap di
motel ini semalam?. Aku lihat bang Basir hanya terdiam saja, akhirnya setelah
aku desak dan aku ceritakan apa yang terjadi, akhirnya ia pun iba dan
mengantarku ke kamar paling pojok nomor 89. Aku hanya diam dan duduk di kursi,
aku biarkan agar pintu terbuka sendiri karena sebentar lagi adalah waktu check out.
Dan benar saja begitu pintu terbuka, sontak saja Ferry kaget manakala melihat
aku berada di sana dan yang lebih gilanya, wanita yang bersama dengan Ferry dia
Mia sahabat masa Sekolah Menengah Pertama. Aku benar-benar sakit, pedih
kurasakan hati ini, aku tak berpikir panjang lagi aku langsung katakan kepada
Mia bahwa Ferry bajingan, sebab kini aku saja sedang hamil. Mia awalnya tidak
percaya jikalau Ferry masih memiliki hubungan denganku dan setelah aku jelaskan
serta di bantu dengan keterangan dari salah seorang sahabat kami yang juga
kawan Mia, akhirnya Mia pun mengerti dan ia mengakui bahwa sudah dua bulan ini
berhubungan dengan Ferry dan telah melakukan hubungan intim…sering
sekali…..gila….benar-benar gila ini orang, sahabatku sendiri dia embat…geblek….
Lamunanku pun terbuyarkan oleh suara dering telepon,
“Halo, Mbak Sisca, saya Agustine dari panti asuhan ‘Bunda Ceria’. Begini
mbak, kami hendak memberi kabar tentang Aldo, putra mbak, ia kini di rawat di
ruang ICU” Ucap suara diseberang sana,
“Halo, iya mbak Agustine,…apa di ICU…sejak kapan dan di rumah sakit mana?”
Suaraku agak bergetar,
“Sejak kemarin malam. Saya berusaha menghubungi mbak dan nomornya sulit
sekali di hubungi. Aldo di rawat di Rumah Sakit Harapan Bunda yang di jalan
Mayapada bukan yang di jalan Kayangan yah mbak”
“Iya mbak, Harapan Bunda, jalan Mayapada, di ruang ICu yah mbak?,
terimaksih saya segera ke sana” Aku pun berkata, dan aku langsung ke kamar
mandi, cuci muka ganti baju langsung melesat ke rumah sakit.
Aku naik taksi dan meminta ke pak sopir agar melajukan kendaraannya agak
cepat. Di sepanjang jalan aku hanya dapat terdiam, aku benar-benar bingung apa
yang harus aku lakukan? Wajah anakku terbayang dalam pikiranku. Aku benar-benar
panik, jikalau masuk ruang ICU pasti kondisinya parah, penyakit apakah yang engkau derita nak. Tak lama
kemudian, aku pun sampai di rumah sakit yang di tuju. Aku langsung ke tempat
resepsionist dan aku tanyakan ruang ICU anak, ia pun menunjukkan jalannya. Aku
tak dapat berpikir tenang, aku langsung mencari ruangan tersebut dan akhirnya
menemukannya. Aku lihat mbak Agustine sudah menunggu di dekat pintu masuk,
sebetulnya jam besuk sudah habis namun di karenakan aku adalah ibu kandungnya
dan ini juga adalah emergency, sekuriti pun mengijinkan. Aku bersama mbak
Agustine menuju ruangan ICU, aku melihat Aldo tergeletak kaku, tangannya di
infus dan hidungnya pun memakai selang. Mbak Agustine menerangkan bahwa Aldo
terkena, Demam berdarah, typus dan akibat demam yang sangat tinggi telah
menyebabkan tangan kanan dan kaki kanan Aldo tak dapat di gerakkan.
Kemungkinannya akan menjadi cacat, namun juga ini adalah masa-masa kritis dan
secara medis dengan keadaan seperti ini kecil kemungkinan untuk tertolong.
Tetapi kata mbak Agustine, kita harus tetap optimis karena Tuhan adalah di atas
segala-galanya, ia pun menyuruh aku berdoa. Dalam pelukan mbak Agustine, aku
berkata jujur kepadanya aku sudah lupa cara berdoa, sebab sudah lama aku tidak
berdoa. Dengan sabar mbak Agustine mengajari aku cara berdoa.
Dalam doa, aku memohonkan ampunan kepada-Nya,aku berharap Ia memberikan
kekuatan dan kesembuhan untuk Aldo anakku. Aku menangis dan tersungkur sujud di
bawah kaki-Nya. Aku menyesali apa yang telah aku perbuat selama ini, berbuat
kekejian di hadapan Tuhan serta menjauh dari-Nya. Aku benar-benar menyesali
akan semua perbuatanku. Aku pun berjanji kepada Tuhan untuk selalu mengabdi
kepada-Nya dan menjadi hamba-Nya yang setia. Malam itu juga aku bertobat
pada-Nya…..tak terasa aku pun tertidur.
“Selamat malam, bunda sayang….” Sapa seorang anak kecil,
“Selamat malam nak!, siapa ini dan mengapa memanggilku dengan sebutan
bunda?” Tanyanya dengan nada kebingungan,
“Aku adalah putrimu bunda…masihkah engkau tidak mengingatnya?” Lanjut
anak itu,
“Sungguh nak! aku tak mengenal engkau, dan aku hanya memiliki seorang
putra yang kini tergeletak kaku di ruang ICU” Kata wanita itu,
“Aku mengenalnya bunda, ia adalah Aldo. Dia kakakku, yang beruntung dapat
menghirup udara dunia ini. Sebab ia tertolong manakala hendak engkau sudahi,
sedangkan aku, engkau memilih menghabisi ku demi dunia ini, masihkah engkau
mengingatnya?” Anak itu kembali mengingatkan,
“Sungguh nak!....sunggguh….aku tak dapat mengingatnya…engkau mengakui
adiknya Aldo?....siapakah engkau sebenarnya, wajahmu terpenuhi cahaya hingga
aku tak dapat mengenalmu” Lanjut wanita itu yang tak lain adalah Sisca,
“Bunda…bunda….baiklah peganglah tanganku dan engkau akan mengetahui
segalanya” Anak kecil itu pun kemudian memegang tangan Sisca,
Aneh…aneh sekali, aku seakan di tarik pada masa laluku, aku melihat
seorang ibu yang hamil tua sedang berjalan dan dengan penuh kasih
membelai-belai perutnya, kemudian seorang wanita melahirkan dengan susah payah
yang sangat, lalu seorang ibu yang sedang menyusui bayinya dalam keadaan
terlihat letih, matanya terkantuk-kantuk….selanjutnya aku seperti
melesak….tiba-tiba terlihat seorang wanita muda yang sedang hamil menaiki bus
dan entah kemana ia pergi….kemudian aku melihat di sebuah taman kota seorang
ibu muda yang sedang hamil hendak mengakhiri hidupnya….tiba-tiba direngkuh oleh
seorang wanita dan ia pun di bawa terbang….namun, tiba-tiba aku melihat seorang
wanita muda yang sedang asyik berpesta pora dan ia dengan tertawa renyah
berpindah pelukan dari satu pria ke pria lain….aku seperti di tarik suatu
magnet…tiba-tiba, aku melihat seorang wanita muda dengan tenangnya di dalam
suatu ruangan berkata…”Tolong, ambil janin ini…berapa pun aku akan bayar anda”,
namun sebelum melakukkan itu tangan iblis itu berkata, “Mengapa engkau
melakukannya?”, wanita itu menjawab “Aku tak menginginkannya, karena pria-priaku
tak mau jika aku berbadan dua…jadi cepat lakukan!”…...tiba-tiba aku melihat sebuah
lubang hitam besar dan api menyambar-nyambar dengan hebatnya….namun dari arah
belakang sayup ku dengar panggilan halus memanggilku,…”Sisca anakku, kembalilah
nak!”…”Sisca anakku, kami rindu”…aku pun menoleh dan kulihat…papa dan mama sambil
menggandeng seorang gadis cantik berambut panjang…mereka bertiga melambai-lambaikan
tangannya….tiba-tiba…aku kembali seperti terseret kedalam suatu lembah, semakin
cepat tarikannya dan aku pun muncul di sebuah sungai yang sangat bersih dan
sungai itu memancarkan cahaya berkilauan bak intan permata…dan engkau gadis
kecil…yah engkaulah yang menarikku dari sungai itu sambil berucap…”Selamatkan
Aldo kakakku! Berdoalah….dan mohonlah ampunan kepada kakek dan nenek, aku
sayang bunda selalu..” belum sempat aku merangkulnya ia telah lenyap bersama
dengan cahaya putih itu…..
Sisca terbangun dari tidurnya, dan ia pun langsung berdoa dan sujud
bertobat kepada Tuhan, ia pun merenungkan setiap inchi dari perjalanan
hidupnya. Begitu banyak dosa yang telah ia lakukan, bahkan darah dagingnya
sendiri, janin bakal buah hatinya pun tega ia habisi hanya demi kenikmatan
dunia. Aku benar-benar manusia yang paling berdosa…papa dan mama, aku mohon
ampunan dari kalian…kemudian aku bangkit, dan dari balik kaca aku lihat anakku
Aldo masih terbaring lemas…tiba-tiba bahuku merasakan sebuah hawa yang hangat,
aku menoleh ternyata mbak Agustine, ia telah bangun dan kulihat pancaran cahaya
dari balik wajahnya, aku yakin ia pasti baru selesai doa.
“Sisca, kamu sudah berdoa?” Tanyanya
“Sudah mbak” jawabku
“Hari masih larut, dan baru pukul 02.30, lebih baik kita istirahat
dahulu sebab esok masih banyak yang harus kita lakukan”
“Baiklah mbak, aku pun masih merasa kantuk”
*******
Sisca dan mbak Agustine telah bangun dari tidurnya, hari menunjukkan
pukul 06.30, rasa lapar telah menyerang perut. Kami pun berjalan menuju ruang
kantin dan berharap sudah ada pedagang yang membuka lapak makanan, ternyata di
kantin para pedagang sudah membuka lapaknya. Aku memilih sarapan dengan
ketoprak, sedangkan mbak Agustine memilih sarapan dengan ketupat sayur. Setelah
itu kami membeli makanan kecil sebagai camilan, sebelum melanjutkan ke ruangan
tempat Aldo di rawat aku menarik tangan mbak Agustine dan memngajaknya duduk di
taman.
“Mbak, aku ingin sekali ngobrol dengan mbak?” Aku pun memulai percakapan
“Oh iya, apa yang akan di bicarakan, Sis?” Tanya mbak Agustine,
“Begini mbak Agustine, semalam aku bermimpi dan aku tidak tahu apakah
maksud dari mimpi itu?” Lanjut aku,
“Iya, sudah coba kamu ceritakan mimpinya” Mbak Agustine menimpali dan
menyuruhku menceritakan mimpi itu.
“Baiklah mbak Agustine, aku ceritakan semua mimpiku” Jawabku, dan
kemudian aku pun menceritakan mimpiku dari awal hingga akhir.
Mbak Agustine yang sedari tadi menyimak dengan seksama dan sesekali
terlihat ia menarik nafas panjang…kemudian ia pun berkata,
“Sisca, jika mendengar dari uraian mimpimu, itu adalah sebuah pertanda
bahwa engkau harus kembali kepada kedua orang tuamu. Yakinlah dengan kembalinya
engkau kepada mereka akan mengobati kerinduan mereka yang dalam. Apa yang telah
terjadi pada masa lalumu itu adalah sejarah dari perjalanan hidup yang harus
kau lalui. Jangan pernah engkau membenci dengan apa yang telah terjadi. Tetapi
yang utama adalah engkau telah mengakui akan semua kesalahan itu, dan tidak
mengulangi akan kesalahan yang sama. Alangkah bijaknya apabila engkau
melepaskan segala dendam yang ada dalam hatimu, sebab hanya akan melukai hatimu
dan semakin memenjarakan dirimu untuk berbuat hal-hal yang baik dalam kehidupan
di masa kini dan masa datang”
“Iya mbak…namun…hati ini merasakan sakit…dan aku merasa malu untuk
kembali ke rumah dan menemui orangtuaku..a.aa..ku takut mbak…” Dengan terisak
aku berkata kepada mbak Agustine…
Sambil memeluk lembut dan penuh kasih mbak Agustini kembali menenangkan
hatiku, kemudian ia,
“Sisca…ingatlah tidak ada seorang manusiapun di dunia ini yang
sempurna…setiap manusia mempunyai sisi gelap dan terang dalam setiap perjalanan
hidupnya…tetapi hanya yang mau mengakui kesalahannya dan kembali ke jalan yang
benar ia akan mendapatkan kebahagiaan…dan hanya orang-orang yang dapat
memaafkan kesalahan orang lain dan melepaskan kebencian di hatinyalah yang akan
melihat indahnya dunia serta memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya…lepaskan
segala kebencianmu maka engkau akan melihat surga-Nya di bumi….dan tidak ada
orang tua yang membenci anaknya walaupun anaknya telah berbuat kesalahan di
mata mereka”
“Mbak…terimakasih sudah menenangkan aku dan memberikan aku semangat yang
baru. Tetapi mbak, papa adalah seorang yang otoriter, keras kepala dan lebih
mementingkan kedudukannya di masyarakat. Sedangkan mama, ia seorang yang egois,
ia lebih mementingkan nama keluarga dan ia sepertinya tak peduli akan aku.
Akupun pergi meninggalkan mereka karena, keduanya mengatakan lebih baik
kehilangan satu anak daripada hanya membuat malu keluarga. Itu semua di
karenakan aku hamil dan lelaki yang telah berbuatnya ia tidak bertanggung
jawab” kataku,
“Percayalah, orangtuamu tidak membencimu, apa yang terjadi dahulu adalah
sebuah luapan emosi sesaat dan jauh dalam hati mereka, yakinlah mereka sangat
sayang padamu. Coba kamu renungkan mimpimu itu apakah itu hanya kebetulan?
Tidak Sisca, itu adalah gambaran kerinduan mereka yang teramat dalam. Dan coba
kamu lihat lebih dalam lagi, kedalam hati dan jiwamu apakah engkau benar-benar
membenci mereka…..?” Sesaat ia hentikan dahulu ucapannya, ia menghapus air
mataku, kemudian ia melanjutkannya kembali,
“Sisca, menurut mbak, alangkah baiknya jika sekarang kamu menelepon
mereka untuk mendapatkan jawaban…apakah kamu masih menyimpan nomor mereka?”
Aku menganggukkan kepala dan aku periksa di handphoneku adakah nomor
mereka sebab nomorku telah ganti…ternyata yang tersimpan nomor telepon rumah
orangtuaku…atas saran mbak Agustine, aku pun menelepon.
Lama aku menunggu telepon itu di angkat….dan akhirnya di angkat juga…
“Halo, maaf ini dengan siapa” Tanya penerima telepon di seberang sana,
“Yah, halo…apa benar ini dengan kediaman bapak Ramadi?” kataku
“Ya benar…mohon maaf ini dengan
siapa?”
“Saya Sisca, ini dengan sipa yah?” Jawab dan tanyaku
“Saya Ela pembantu disini, maaf mbak hendak bicara dengan siapa?”
“Oh…Ibu Ramadinya ada? Tolong sampaikan saja Sisca hendak bicara”
lanjutku
“Baik mbak…Ibu, sedang di dalam, sebentar saya panggilkan”
Tak lama….
“Iya…saya sendiri ibu Ramadani..” Sahut suara dari seberang sana,
“….Ma..ma…mama..ini aku Sisca….bagaimana kabarnya…aku mohon maaf atas
semua kesalahanku…” Aku berkata dengan suara yang berat menahan kesedihan…
“Si..Sisca, benarkah kamu nak…sungguh…Mama, rindu kamu nak! Kemana saja
selama ini…kami sekeluarga mencarimu kemana-mana namun tak menemukan
kamu….semuanya bagai di telan bumi….kabar..mama baik…hanya…hanya saja papamu
nak, ia jatuh sakit, setelah sekian lama menahan kerinduan akan
kamu..dan…nak…kami sangat menyesal dengan apa yang telah terjadi dahulu….kamu
sehatkan nak?” Jawab ibunya dengan sesekali terdengar isak tangis.
“Ma..aku yang seharusnya memohonkan ampunan kepada mama dan papa…aku
benar-benar menyesali atas semua yang telah aku lakukan…akupun teramat kangen
akan mama dan papa berserta yang lainnya…aku kini berada di Jakarta” Lanjutku,
“Syukurlah, apabila kabarmu baik nak!....Jakarta?...selama ini kamu
berada di sana nak!...mama, ingin sekali memeluk kamu dan membelaimu…mama…rindu
sekali padamu nak..ma_” Lanjut mama, namun suaranya terhenti,
“Mama..mama..kenapa ma…” Aku bingung karena tidak ada jawaban dari
mama…namun kemudian,
“Sisca…anakku sayang…pu…pulanglah nak…pa..papa..rindu
kamu…papa…moh..mohon maaf atas semua kesalahan papa…pulang yah
nak….pa..pap..a..tunggu..” Dengan suara terbata-bata papa berbicara,
“Papa!....” Aku pun menangis…..”Pa…aku pasti pulang…aku pasti datang…”
“Sisca sayang, alamatmu dimana? Biar nati kakamu Doni yang menjemput
kamu, kebetulan dia kini bekerja di Jakarta di daerah kuningan. Dan berikan
nomor teleponmu biar nanti kakakmu dapat menghubungimu” Mama menyambung
pembicaraan,
“Oh…yah mama, aku kini sedang di rumah sakit harapan bunda, jalan
Mayapada. Aldo anakku sakit dan di rawat di ruang ICU, sebenarnya aku akan
menemui mama dan papa, setelah Aldo sudah sehat dan di perbolehkan pulang”
Jawabku,
“Apa..Aldo…anakmu sakit…cucu ku…di rawat di ICU….begini saja anakku,
berikan saja nomor handphonemu dan nanti kakakmu sekalian yang urus
Aldo…bagaimana sayang…” Pinta mama,
“Tapi ma…aku nggak mau merepotkan kak Doni dan juga mama…aku malu, sebab
sejak dulu aku selalu merepotkan mama…”
“Tidak nak!. Sungguh tidak merepotkan…justru mama khawatir akan kamu dan
cucu mama…bagaimana nak?” Lanjut mama dan meminta persetujuan dariku,
“Baik ma…ini aku berikan alamat dan nomor handphone” Kataku sambil
memberikan apa yang mama pinta,
“Baiklah nak! Sebentar mama hubungi kakakmu dan mama berharap kalian
berdua diberikan ketabahan serta Aldo cucu mama diberikan kesembuhan…mama rindu
kamu nak!” Lanjut mama,
“Terimakasih atas doanya ma!...akupun rindu mama dan berharap secepatnya
bertemu dengan mama serta papa…aku sayang mama” Aku pun mengakhiri
perbincangan, sungguh aku rindu sekali akan mereka ingin rasa secepatnya
menjumpai mama dan papa. Aku bersyukur kepada Tuhan sebab kejadian anakkau
sakit ternyata telah membawa hikmah yang begitu besar, aku dapat kembali kepada-Nya
dan juga aku dapat kembali berkumpul kelak dengan keluarga besarku….terimakasih
Aldoku sayang, mama sayang kamu dan mama yakin engkau kuat serta tabah dan
engkau pasti beroleh kesembuhan..aku pun memeluk mbak Agustine dan menumpahkan
segala rasa yang ada dalam dadaku….dan mbak Agustine pun mengingatkanku untuk
kembali ke ruang ICU menemui Aldo dan menanyakan perkembangannya kepada dokter
yang merawatnya….
*-* AR. Rahadian/Arsy_imanuel.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment