Home » » BUTUH WAKTU DALAM PROSES PEMBENTUKAN

BUTUH WAKTU DALAM PROSES PEMBENTUKAN



Terkadang permasalah tidak pernah berakhir dalam masa hidup, silih berganti bergilir tiba, bahkan terkadang datang secara bersamaan. Sakit-penyakit yang tak kunjung sembuh, padahal doa dan segala cara telah di tempuh. Mengapakah seakan-akan Allah dengan sengaja menyajikan permasalahan demi permasalahan, penderitaan dan sakit-penyakit di perhadapkan kepada kita. dan terkadang Ia tidak mengindahkan permohonan pertolongan kita, ada apakah ini?.

Seperti halnya sebuah pohon jati yang tumbuh besar dan kokoh, dalam pembentukkannya tentulah mengalami proses yang lama. Allah menjadikan pohon jati yang berdiameter lebar, tinggi, kokoh dan kuat, dalam proses pembentukkannya membutuhkan waktu bertahun-tahun. Namun dalam pembentukkan pohon jamur, Tuhan hanya memerlukan waktu satu hari. Tetapi dari contoh proses pembentukkan itu dapat kita lihat hasil akhir dari kedua jenis tumbuhan itu, mana yang memiliki nilai yang lebih tinggi?

Begitupula dengan diri kita, membutuhkan suatu proses yang panjang dalam pembentukkan karakter kita agar serupa dengan Kristus. Kita di ciptakan Allah, segambar serupa dengan gambaran Anak-Nya. Oleh karena itu bagaimana kita dapat di katakan sama apabila karakter kita tidak memperlihatkan keserupaan itu. Bukan hanya dengan membaca Alkitab, berdoa dan berpuasa, Tuhan membentuk pribadi kita, namun Allah membentuk pribadi kita melalui permasalahan-permasalahan yang terjadi. Bagaimana seorang pilot pesawat dapat dikatakan expert apabila jam terbangnya kurang, bagaimana seorang penulis dapat dikatakan penulis yang handal apabila karyanya tidak pernah ada. Lewat masalah, pribadi kita dibentuk dan diproses menuju pribadi yang kokoh dan sesuai dengan yang Ia kehendaki. Ibarat buah durian yang matang di pohon ia akan lebih enak rasanya, dibandingkan buah durian yang masaknya di karbit. Begitu pula buah Roh yang merupakan karakter anak-anak-Nya, harus diproses dan dibentuk secara perlahan dan matang pada saat musimnya.    

Nuh sebelum melaksanakan tugas utamanya yaitu merepopulasi bumi, ia mengalami proses yang panjang. Dimana proses itu ia lalui dalam kurun waktu 120 tahun, tanpa adanya tanda-tanda akan terjadinya air bah. Dan selama proses itu ia menyerukan kepada kaum bangsanya untuk bertobat dan kembali ke jalan Tuhan namun apa yang terjadi? Kaum bangsanya malah mengejeknya seorang gila sebab membuat bahtera besar dan mengatakan akan turun air bah. Tuhan tahu bahwa Nuh itu adalah orang yang saleh dan tak bercela diantara kebejatan kaum bangsanya, Nuh adalah terang diantara gelap kaum bangsanya yang menyebabkan Tuhan memilihnya untuk suatu tugas penting, “Inilah riwayat Nuh; Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah” (Kej. 6:9). Tetapi mengapa seorang Nuh yang benar masih memerlukan proses pembentukkan? Allah mempunyai maksud dan rencana yang dasyat dalam hidup Nuh, Ia telah menunjuk Nuh dan memulai kehidupan baru bersama dengan keluarga Nuh. Allah secara aklamasi menunjuk Nuh sebagai pemimpin baru di bumi, bayangkan betapa mulianya Nuh, hingga Allah menunjuknya dalam tugas yang begitu penting ini. Ibarat dalam dunia pekerjaan, setelah puluhan tahun bekerja akhirnya kita di promosikan untuk sebuah posisi penting bagaimana rasanya? Dan apakah tanpa proses dalam mendapatkan posisi itu?.      

Ketika kita memahami bahwa kehidupan ini adalah suatu ujian, kita akan menyadari bahwa tidak ada hal yang tidak penting di dalam kehidupan kita. Bahkan kejadian terkecil memiliki arti penting dalam pengembangan karakter kita, tiap hari merupakan hari yang penting, dan setiap detik adalah kesempatan bertumbuh untuk memperdalam karakter kita, untuk menunjukkan kasih atau untuk bergantung kepada Allah. Dalam membentuk karakter kita, terkadang Allah memakai cara yang menyakitkan bagi kita bahkan tak jarang pula ia memakai hal yang kecil tanpa kita menyadarinya.

Rasul Paulus begitu memahami akan masa proses pembentukkan ini, ia mengerti benar apa yang dinamakan menderita di dalam Tuhan. Penderitan demi penderitaan ia lalui, ia merasakan bagaimana itu kelaparan, kesusahan bahkan sakit-penyakit. Bahkan berapakali ia harus masuk ke dalam sel penjara tanpa melakukan kejahatan, dan hanya satu yang ia perbuat oleh karenanya ia di jebloskan ke dalam penjara, yaitu karena ia mengabarkan Injil kebenaran Tuhan. Dalam surat Filipi pasal 1 ayat 29, ia menasehatkan kepada kita untuk turut bagian, untuk menderita dalam Tuhan, “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia” (Flp. 1:29).       

Terkadang kita senantiasa mengharapkan segala sesuatu terjadi dengan cepat, kita menginginkan perubahan dengan secara frontal, secara revolusioner dan menghindari segala sesuatu secara evolusi. Tuhan tidak menghendaki diri kita menjadi lemah, percayalah, hal-hal yang instan itu tidak akan berlangsung lama, ia akan cepat memudar. Hakekatnya proses pembentukkan yang Tuhan buat untuk kita adalah untuk menjadikan kita berkarakter kuat, tidak akan mudah jatuh, baik oleh badai maupun oleh angin sepoi yang kecil. Setia-lah kita dalam menjalani proses Tuhan, fokus kepada-Nya bukan fokus pada masalah yang ada dihadapan kita, ingatlah nasehat Rasul Paulus dalam hal ini, “Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya” (2Kor. 11:3).    

Bertumbuh menuju kedewasaan karakter itu memerlukan kerjasama yang sangat baik antara kita dengan Tuhan. Dimana, Tuhan telah menurunkan tangan-Nya untuk menyambut kita, tetapi tangan kuasa Tuhan tidak akan bekerja apabila hati kita masih keras. Keinginan kita masih kuat dan masih menghendaki apa yang kita ingini yang terjadi. Tuhan menghendaki hati kita yang benar-benar tunduk kepada-Nya, hati kita total berserah diri kepada-Nya. Inilah sebetulnya faktor utama yang membuat proses pembentukkan itu tersumbat, dimana hati kita masih sombong dan tidak mau merendahkan hati dihadapan Tuhan. Tentunya kita ingat bagaimana bangsa Yahudi harus berkelana di gurun pasir selama empat puluh tahun lamanya, padahal jarak menuju tanah perjanjian itu tidak jauh. Ini disebabkan hati mereka masih sombong, oleh sebab itu Allah dengan caranya membentuk hati mereka menjadi kokoh dan selalu merendahkan hati di hadapan-Nya dengan memproses mereka di padang pasir yang tandus. Dalam hal ini Allah tidak melakukan hal yang semena-mena, Ia melakukan itu dengan penuh kebenaran dan dengan maksud yang sesuai menurut yang di kehendaki-Nya. Ingatlah kita di tetapkan oleh-Nya sebagai pemenang bahkan lebih dari pemenang, oleh karenanya tundukkanlah hati kita untuk menerima dan memberikan kemudi kehidupan kepada-NYa. Biar-lah waktu-Nya yang berbicara dan menentukan, bukan waktu menurut kita, yang terbaik kita lakukan adalah mengambil bagian yang menjadi hak dan kewajiban kita selaku manusia dan memberikan porsi yang terbesar pada Tuhan yang menentukan hasilnya. Kita melakukan apa yang menjadi keharusan yang harus kita kerjakan, dengan segenap akal kita dan kekuatan kita bukan pula dalam hal ini kita pasrah tanpa melakukan apapun, ini adalah suatu kesalahan yang fatal. Allah tidak menyukai kepasrahan yang fatalisme, Ia menciptakan kita bukan seperti robot, Ia menciptakan kita dengan memberikan kita daya kreativitas untuk dapat melakukan berbagai macam inovasi. Bukankah hal pertama yang Tuhan perintahkan kepada manusia saat di taman eden adalah memberikan nama segala macam tumbuhan dan hewan, ini adalah suatu bentuk didikan dari Tuhan agar daya kreativitas yang ada dalam diri manusia keluar dan bertumbuh. 

Dalam hal ini dimana kesulitan sedang melanda di kehidupan kita janganlah kita menyerah kepada masalah yang sedang terjadi, namun kita seharusnya lebih kreative untuk dapat keluar dari masalah yang sedang kita hadapi. Kaji ulang setiap hal yang telah terjadi di dalam hidup kita dan temukan apa akar penyebab dari masalah yang terjadi. Selanjutnya kita carikan solusi dari permasalahan itu. Misalkan, kita sudah lama mencari pekerjaan da berbulan-bulan lamanya kita berkutat dalam mencari pekerjaan, lamaran telah kita sampaikan ke berbagai perusahaan, namun hasilnya tidak kunjung kita peroleh. Padahal kita telah berdoa dan beribadah dengan tekun bahkan misalkan tamatan pendidikan kita adalah S1(Sarjana) dengan IP 3,0 lebih, tetapi mengapa sulit beroleh pekerjaan? Coba telusuri apa faktor penyebabnya? Sering-seringlah kita bertanya kepada hati kita dan kita bawa semuanya kepada Tuhan. Namun akan lebih bijak apabila kita mencari sisi kekuatan yang telah Tuhan berikan kepada kita untuk berkarya di dalam Tuhan, percayalah hidup ini adalah sebuah penugasan sementara yang telah Tuhan perintahkan. Dalam hal ini, apabila kita menemukan selama kita mencari pekerjaan berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun ternyata tidak juga beroleh kesempatan, tetapi di balik itu semua ternyata, misal sebelumnya kita tidak menyenangi memasak dan membuat kue tetapi sejak kita dalam masa menanti pekerjaan ternyata kita menjadi menyenangi kegiatan memasak dan membuat kue, bisa jadi sebetulnya itulah kekuatan yang Tuhan berikan sebagai sumber penopang kehidupan kita. Berkaryalah hanya untuk Tuhan dalam segala hal, jangan mudah menyerah. Ingatlah akan Visi Tuhan saat khobat di bukit dimana ia menginginkan kita menjadi garam dan terang dunia, bangkit dan bangunlah kekuatan kepercayaan diri kita, jangan lemah, ingatlah Tuhan senantiasa menyertai hamba-Nya yang setia.

Dalam menjalani proses pembentukkan ini membutuhkan kesabaran, ketekunan dan kegigihan kita. Terlebih adalah kesetiaan kita kepada-Nya, ikuti saja proses itu dan nikmati setiap detik yang berharga dalam hidup ini. percayakan sepenuhnya kepada Tuhan, bahwa Ia dapat bertindak dalam mengatasi setiap masalah yang terjadi dalam kehidupan kita. Dan ingatlah pula nasehat Musa kepada bangsa Yahudi manakala mereka telah mendekati tanah yang di janjikan dan sebelum kematian menjemput Musa. Sebuah nasehat yang masih relevan di masa kini, dimana saat kesuksesan telah ada di hadapkan kita dan bagaimana seharusnya kita berlaku, “Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan. Karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan, dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan di berkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya” (Ul. 30:15-16).       

=====TUHAN MEMBERKATI=====

0 komentar:

Post a Comment

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings