Kasih…
Atas
nama cinta, aku akan menahan himpitan kemiskinan dan kepedihan derita, serta
kehampaan yang terasa dalam perpisahan. Atas nama cinta, aku akan tetap berdiri
kokoh laksana batu karang yang di hempas gelombang pasang samudera, menahan
derasnya cercaan dan hinaan yang menerpa di kehidupan. Aku akan terus melawan
segala cobaan ini sampai kemenangan kuraih dan kuletakkan di atas tanganmu.
Suatu kekuatan yang bakal menopang kita melalui segala penghalang demi
pencapaian tujuan hidup ini…..
Arman
kembali menatap bait-bait itu yang sengaja ia tempelkan di dinding kamar
kostnya. Bait-bait yang selama ini menemaninya dan memberikan semangat yang
menyala dalam segenap relung jiwanya. Sepenggalan syair yang ia buat untuk
Cristine kekasihnya benar-benar telah menjadi bahan bakar yang
setiap saat mensuplai semangat yang selalu berkobar.
“Selamat
pagi, Cristine kekasihku, kuharap harimu senantiasa terpenuhi kasih, sukacita
dan kebahagian” gumamnya sambil menatap
seraut wajah yang
tersimpan dalam bingkai indah yang terletak di atas meja belajarnya.
Hik..hik..lucu juga yah kok jadi kaya orang gila bicara sama foto, suara
pikirannya berkata. Namun hal itu senantiasa ia lakukan dalam mengawali segala
kegiatannya, semua itu
ia lakukan untuk memberikan suntikan semangat dalam menghadapi kehidupan. Hari ini
adalah hari yang penting bagiku, aku harus lebih awal tiba di kampus. Aku
adalah seorang Mahasiswa tingkat akhir Jurusan Manajemen Keuangan dan
Perbankan, Fakultas Ekonomi, di
Universitas Ekuitas, Kota Bandung.
Inilah babak penentuan dari sebagian hidup ku, aku yakin dapat melaluinya
dengan kemenangan, yah, sebuah kemenangan dan juga suatu kebanggan untuk kedua
orangtuaku. Hari ini adalah sidang skripsi ku, setelah ujian akhir dan pra
sidang telah aku lalui inilah tahapan akhir dari empat tahun enam bulan aku
berada di kota ini, jauh dari kedua orangtuaku dan berjuang untuk sebuah impian
masa depan yang lebih baik. Orangtuaku hanyalah seorang petani dan ibu ku
membantu menopang perekonomian keluarga dengan membuka warung sederhana. Mereka
sangat mengharapkan agar aku meraih gelar sarjana dan memiliki kehidupan yang
lebih baik dibandingkan mereka. Aku sendiri adalah anak nomor dua dari empat
bersaudara, kakakku yang tertua seorang perempuan dan kini berprofesi sebagai
guru sekolah dasar dan ia pun telah menikah dengan seorang guru pula dan
dikaruniai seorang puteri cantik yang kini berusia empat tahun. Sedangkan
adikku yang ketiga kini kelas tiga di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri favorit
tidak jauh dari desaku, dan adikku yang nomor empat seorang laki-laki, ia masih
duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Kami tinggal di desa Menyan kajen
persis di kaki bukit Suryoroyo di kecamatan karang wates, Kabupaten Sringgalih.
Untuk menambah uang saku dan meringankan beban kedua orangtuaku, aku
menjadi tukang loper koran. Setiap pagi aku mengantarkan koran ke
pelanggan-pelanggan dan saat malam sekitar jam 19.00, aku mengajar matematik di
salah satu tempat les. Sesekali juga aku jadi juru tik bagi mereka yang
membutuhkan jasa pengetikan baik makalah, skripsi atau apapun juga. Aku
senantiasa melakukan pekerjaan apapun untuk menambah uang saku, dan rasanya
senang sekali apabila mendapatkan hasil dari jerih payah sendiri.
Brum…brum..brum…tiiitttttt..lamunanku terpecah saat suara motor dan
klakson berbunyi, aku lihat di atas meja belajarku, ternyata kunci motornya
tidak berada disana, pastilah aku tadi lupa menarik kembali kunci motor dari
lubang starter. Wah, jangan-jangan di ambil maling nih! Aku pun langsung
bergegas keluar.
“Hai sayang apa kabarnya? Moga kamu hari ini sudah siap yah untuk
mengikuti sidang skripsinya” kemudian”Kamu kaget yah? Nggak biasanya jadi pelupa,
kenapa hari ini jadi pelupa, ninggalin kunci motor sembarangan”
“Pa..pa..pagi sayang, aku pikir motorku raib di gondol maling, ternyata
yang nongol cantikku” jawab Arman sambil menahan kaget.
Lalu lanjutnya, “Aku sudah siap secara materi dan mental, mudah-mudahan
sidang skripsinya berjalan dengan baik, aku benar-benar nggak nyangka kamu akan
datang ke tempat kostku, apa kamu hari ini tidak ada kuliah?”
“Baguslah! Aku percaya sayangku sudah mempersiapkan segala sesuatunya,
hari ini aku tidak ada kuliah dan aku pikir lebih baik ke tempat kamu dan
memberi suport untukmu” Cristine pun memberikan
jawaban.
Kami pun pergi ke kampus dengan berboncengan, tempat kost dan kampusku
berjarak sekitar 9 km, sebenarnya tidak begitu jauh namun di karenakan jalur
menuju ke kampus adalah jalur padat maka waktu tempuhnya jadi agak lebih lama.
Seharusnya jarak seperti itu paling 15 hingga 20 menit sampai tapi karena
jalurnya padat menjadikan waktu tempuh yang harus kami lalui sekitar 40-50
menit. Tepat pukul 08.00 pagi, kami pun tiba di kampus dan aku langsung
memarkir motor ku di halaman belakang supaya lebih dekat jaraknya dengan ruang
sidangku, biasanya aku memarkirkan motor di halaman depan. Dengan langkah pasti
aku menuju ruang sidang dan juga dengan adanya Cristine menambah obor semangat
dalam batinku.
“Pagi Dan, gimana kabarnya? Sudah siap dengan pertempuran hari ini?” Aku
menyapa Dani teman sekelasku, yang juga sama-sama hari ini mengikuti sidang
skripsi.
“Hai Man! Siap nggak siap mesti siap lah, lihat romannya, sudah pasti
kamu siap yah, apalagi Cristine ikut dan jadi tim pedukung” Jawab Dani,
“Mudah-mudahan siap selalu dan juga nggak gugup saat menghadapi tim
penyidang nanti, ngomong-ngomong Mirna nggak datang support kamu?” aku
menjawab, sambil menanyakan Mirna kekasih Dani
“Ehm bagus lah….Mirna…, nggak bisa datang sebab ia lagi sibuk dengan
tugas pekerjaannya, kalau acara wisuda pasti ia datang” Dani menjelaskan
Obrolan yang terkesan agak kaku terjadi sudah, mungkin juga karena
suasana tegang sedang menyelimuti setiap diri kami, betapun hari ini adalah
hari dimana menjadi penentu bagi kami untuk dapat meraih sebuah gelar
kesarjanaan yang kami tunggu dan kami kejar selama ini.
Aku menunggu bersama dengan Cristine dan beberapa rekan peserta sidang
lainnya, setiap peserta yang masuk ke ruangan sidang berjumlah Tiga orang. Dan
terlihat sudah wajah-wajah yang tegang, dan aku pun melihat bagaimana para
peserta yang telah keluar dari ruang sidang tampak berwajah kusut dan ada juga
yang berwajah ceria. Wah, jantung ku semakin berdegup kencang dan rasa tegang
ini masih menyelimuti segenap pikiranku, tak henti-hentinya aku minum untuk
menghilangkan ketegangan dan sesekali Cristine berbisik,
“Tenang sayang, kamu pasti dapat mengatasi semua ini”
Aku hanya dapat mengangguk dan dalam hati tak henti-hentinya berdoa
memohon ketenangan.
Tidak lama kemudian tibalah giliranku untuk memasuki ruang sidang dan
kurasakan jantungku berdegup semakin kencang, dengan penuh kelembutan Cristine
mengelus tanganku dan memberikan kata-kata suport. Sungguh apa yang ia lakukan
telah membuat hatiku agak menjadi tenang. Aku pun memasuki ruang sidang, aku
ucapkan salam pada tim penyidangku yang telah siap di depan. Ada tiga orang
yang akan menyidang, aku mengenal mereka dan saat hari-hari biasa dalam
perkuliahan aku tak merasakan ketegangan seperti ini, namun saat ini
benar-benar aneh, semua diluar kendali, aku merasa gugup dan tegang. Salah satu
tim penyidang mungkin mengetahui jikalau aku agak nervous lalu ia pun berkata,
“Man, santai saja nggak perlu tegang, duduk dan ini coba kamu minum dulu
biar agak tenang dan kami dapat melanjutkan sidang ini” katanya
“Iya pak, terimakasih atas tawaran minumnya, saya sudah siap untuk
melanjutkan sidang ini” Jawabku,
ternyata pak Munthe dosen perpajakan, baik sekali beliau.
Lama juga aku dalam ruangan ini, pertanyaan demi pertanyaan saling
mencercar ke arah ku, aku mempertahankan dengan segenap tenaga tentang tema,
isi dan bahan dari skripsiku. Adu argumentasipun terjadi dan setiap jawaban
dariku pasti di balas lagi dengan pertanyaan lain yang lebih tajam dan kritis,
lelah juga kurasakan namun aku harus dapat mempertahankan dan memberikan
penjelasan yang logis dari paparan yang aku skripsikan. Hingga akhirnya selesai
sudah persidanganku, lega rasanya telah usai dan kini aku tinggal menunggu
hasilnya. Akupun keluar dari ruangan sidang dan terasa lebih ringan keadaannya
dibandingkan tadi sebelum masuk ruangan sidang.
”Kamu ok sayang?” tanya Cristine dengan penuh kelembutan,
“Fine Honney, tetapi entahlah hasilnya bagaimana, baru nanti sore di
umumkan”Jawabku,
“Is’t good sweety, bagaimana kalau sekarang kita relaks sejenak dan kita
makan dahulu?” Cristine memberi usulan,
“Good idea, ngomong-ngomong makan dimana say?” lanjut aku,
“Bagaimana kalau makan di kantin 88 dekat kampus Telkom? Kan jaraknya
tidak berjauhan dari kampus ini?” Cristine pun mengusulkan sebuah nama,
“Ok! Yuk kita ciaw sekarang”kataku penuh semangat.
Cristine pun melingkarkan tangannya di antara perutku, ehm….sungguh
indah bila ia selalu ada disampingku. Aku pun melajukan motorku dan segera
menuju tujuan yang dimaksud.
******
Tepat pukul 16.30, aku kembali ke kampus untuk melihat pengumuman hasil
sidangku, Cristine pulang lebih awal ke rumahnya, ia mendapatkan kabar jikalau
neneknya jatuh sakit dan di rawat di rumah sakit. Jadi aku kini sendiri menuju
kampusku, rasanya sepi juga ia tidak dapat mendampingiku namun mau bagaimana,
toh nanti hasilnya juga aku akan kabari ke Cristine. Sesampainya di kampus aku
langsung menuju ruang papan pengumuman dan sudah banyak juga yang kumpul disana
dan aku lihat Lucky, Syam dan Hilda ada di sekitar sana.
“Hai, gimana sudah ada beritanya?”
tanyaku,
“Belum sob! Katanya nanti pukul lima tepat” Jawab Lucky,
“Oh, dikirain udah terpangpang beritanya” aku pun berbasa-basi,
“Iya nih, gua dari jam empat sore dimari nggak tahunya di undur jam
lima, agak ngaret juga, kaya jadwal kereta api”keluh Hilda,
“Man, yang pasti elo lulus dah! Nggak usah khawatir”
Syam ikut nimbrung,
“Syukurlah kalau emang begitu, lulusnya sih lulus tapi
gimana selanjutnya?” Arman menimpali,
“Maksud elo?” tanya Syam dengan nada setengah
kebingungan,
“Ya iya kita lulus, tapi lahan kerjanya gimana?” Arman
menjawab dengan pesimis,
“Nggak usah pesimis begitu kali, kalau lahan kerja
tidak dapat menampung kenapa kita tidak membuka lahan kerja buat orang lain?”
Sahut Hilda penuh semangat,
“Bener juga, smart juga luh Hil!”Sambut Lucky, lalu,
“Namun bidang usaha apa yang akan di geluti dan di kembangkan?”
“Persis seperti itulah kebingungan gua, sebab selama sekolah otak gua
penuh dengan beragam macam teori, sedangkan dunia kerja atau usaha memerlukan
aflikasi daripada sejuta teori” Sambar Syam sambil sesekali garuk-garuk kepala
saking kebingungan,
“Prinsipnya mudah saja sob!, yang penting ada kemauan, gigih dan tekun
pasti ada jalan” Kata Hilda dengan nada yang terkesan simple,
“Iyah sih Sob! Tolok ukurnya emang itu dalam membangun sebuah usaha,
tetapi jangan remehkan pula masalah modal ini juga penting” Kilah aku dengan
sedikit beragumentasi,
“Sudahlah kenapa jadi pada melow begini, lebih baik kita lihat hasil
sidangnya dan setelah itu baru kita berpikir sambil merenungkan kemana kita
selanjutnya, yang penting usaha dulu hasil belakangan. Kalau modal tidak ada
yah kita cari kerja dahulu, kalau kerjaan nggak dapat yah tetap jangan
menyerah” Sambung lucky, kemudian katanya sambil setengah berteriak, “Tuh! akhirnya pengumuman datang juga!”
Kami pun melangkahkan kaki menuju papan pengumuman yang sudah mulai dikerumuni
para mahasiswa-mahasiswi dengan beragam perasaan. Terdengar olehku teriakan
histeris tanda kelulusan diraih, ada juga isak tangis pertanda adanya
kegagalan. Aku lihat beragam wajah tergambar disana, suka, duka dan hening
penuh kediaman tergambar disana. Hiruk pikuk yang tadi nampak seakan menjadi
keheningan, kala duka menerpa, peluk hangat terangakai dalam keharuan. Aku
datangi papan pengumuman itu, aku telusuri satu persatu mencari namaku…aha!
Akhirnya ketemu juga, dengan diiringi degup jantung yang berdetak cepat aku
lihat dengan seksama….Puji syukur kuucap pada-Mu Tuhan, aku lulus…terimakasih
Tuhan atas penyertaan-Mu…aku tak henti-hentinya memuji dan bersyukur
kepada-Nya…aku pun menyelinap keluar dari kerumunan dan dengan hati yang
sukacita, aku mencari tempat yang agak sepi untuk menelepon memberi kabar.
“Selamat malam, Bunda” kataku, “Bunda dan Ayah beserta keluarga bagaimana
kabarnya?”
“Eh..anakku Arman, malam juga sayang, keadaan kami sehat dan bagaimana
kabarmu nak?” tanya suara dari seberang sana, yang tak lain adalah Ibundanya
Arman,
“Baik Bunda dan syukurlah kalian semua ada dalam keadaan baik-baik saja,
gini bunda, aku hendak mengabarkan kabar gembira untuk bunda dan Ayah
sekeluarga” Kata ku, sambil menghela napas panjang, lalu aku melanjutkannya,
“Begini bunda, hari ini sidang
skripsinya telah usai dan Arman berhasil lulus, kini Arman sudah memperoleh
gelar sarjana. Terimakasih atas doa dan semua dukungan dari Bunda dan Ayah yang
tak mungkin dapat Arman balas disepanjang hidup”
“…..Nak…Oh terimakasih Tuhan! engkau telah menghantarkan anak kami
menjadi sarjana” lalu “Engkau telah berhasil merampungkan cita-cita kami dan
juga cita-cita mu nak, kami bangga padamu. Tetapi kamu tetap jangan berlaku
sombong, tetaplah rendah hati” pinta ibundanya, terdengar getar-getar nada
keharuan dari balik suaranya
“Iya bunda, Arman akan senantiasa mengikuti nasehat bunda, tapi Ayah ada
disana Bun?” Tanya ku
“Anakku sayang….anakku yang tabah…sabar yah sayang…” Jawab dari seberang
sana, dengan getar-getar suara yang berat,
“Bun…a…a…ada apa sebenarnya ini?” Lanjutku dengan penuh kecemasan,
“Sayang…maafkan bunda, baru dapat memberikan kabar padamu. Ayahmu
nak!...a..a..ayahmu…..te…te…te…lah berpulang tadi siang tepat pukul 14.00.
Bunda takkuasa untuk mengabarkannya, karena bunda tahu hari ini engkau sedang
menempuh ujian akhir dan bunda tak ingin konsentrasimu terpecah. Tapi
percayalah nak! Ayah mu pasti bangga atas keberhasilan kamu” Sahut Bundanya,
dengan nada penuh kegetiran,
“………” hanya keheningan yang hadir dalam pikiran Arman, ia begitu
terpukul menerima kenyataan ini. Dimana, di hari ini tanggal 15 Juni adalah
tepat hari kelahiran ayahnya. Dan ia ingin memberikan kado terindah untuk sang
ayah dengan keberhasilannya meraih gelar kesarjanaan.
Bingung….risau….kecewa…dan selaksa kesedihan bergalut dalam jiwa, terbayang
sebuah gambaran sosok perkasa yang begitu kuat dan kerasnya berusaha untuk
kemajuan anak-anaknya….aku teramat kehilangan engkau ayah, aku kini telah
berhasil mewujudkan impianmu dan impian kita…..oh Tuhan, tidakkah aku, Engkau
beri kesempatan untuk memberikan sehelai kertas tanda keberhasilanku?
“Bun…da..aku kangen ayah….aku…rindu ayah…” kataku terselingi isak tangis,
“Sudahlah nak! Jangan engkau menangis, kita semua pun pasti akan
mengalami perpisahan, ingat anakku, ayahmu sungguh-sungguh bangga
padamu…berdoalah dan temui ayahmu dalam doamu” bund menenangkanku, kemudian
“Selesaikan segala urusanmu barulah kamu datang ke rumah, jangan kamu
bengkalaikan urusanmu, biarlah urusan ayahmu, bunda, kakak dan adik-adikmu yang
mengurus. Kami semua bangga padamu dan jangan kamu sia-siakan kepergian ayahmu,
lebih baik selesaikan segala perkaramu dan barulah kemari…yah nak?” pinta ibu
sebari memberikan nasehat
“Iya bunda, aku akan selesaikan semuanya dan barulah aku kembali ke
kampung. Terimakasih atas semua dukungan bunda, kakak dan adik-adik” aku
mengakhiri pembicaraan.
Dalam kesunyian petang menjelang malam, dalam kepiluan hati yang
bergejolak…sejuta kerinduan hinggap dalam benak, teringat sudah masa kecil,
kala engkau menggendong tanpa letih…ayah, aku bangga padamu…ayah engkau adalah
matahari yang selalu memberikan kehangatan dalam tubuhku….engkau tak pernah
ingkar akan janjimu laksana mentari yang tak pernah ingkar menyinari bumi
ini…selamat jalan pahlawan kehidupan…aku yakin engkau tersenyum bangga dan ku
yakin surga-Nya telah menanti engkau disana…selamat jalan, ayahku terkasih….
*******
Walau dalam suasana hati yang masih tergelayuti kesedihan dan kepedihan,
Arman mencoba untuk memberitahukan tentang keberhasilannya kepada Cristine,
dengan menghela nafas panjang, ia mulai menekan tuts handaphone.
Tuut..tuut..tuut…”Maaf telepon yang anda tuju sedang di luar area”…aneh, nggak
biasanya seperti ini. Arman kembali mencoba dan jawaban seperti itu kembali
muncul, ia tak menyerah dan mencoba lagi namun kali ketiga tetap saja jawaban
seperti itu yang terdengar. Mungkin Cristine sedang sibuk atau ia sedang
mengobrol dengan sanak-saudaranya dan teleponnya tidak dibawa, itulah yang
terpikirkan dalam benaknya. Dan Arman pun memutuskan untuk mengabari Cristine
melalui SMS,
Cristine sayang,
Terimakasih atas semua dukungannya sungguh berkat doa dan dukunganmu aku
kini beroleh kemenangan. Ketahuilah sayangku, hasil dari sidang skripsiku telah
kuperoleh dan hasilnya sungguh luarbiasa, aku lulus dengan catatan “Cum a
laude”. Terimakasih yah sayang, semua ini aku persembahkan untuk cinta kita.
Sayang cintaku,
Namun di balik kebahagian kita terselip duka didalamnya, ayahku yang
terkasih, pahlawan dalam kehidupanku….telah berpulang ke haribaan-Nya, tepat
dimana di hari kelahirannya dimana aku ingin persembahkan keberhasilanku
sebagai kado terindah untuknya. Namun Tuhan berkata lain, ia telah mengakhiri
pertandingannya dengan meraih kemenangan.
Cristine my Honn’s
Maaf apabila aku hanya mengabari lewat sms ini, sebab berkali-kali aku
telepon namun nomormu tak dapat juga aku hubungi. Sayang…esok pagi aku akan
kembali ke kampung untuk menghadiri pemakaman ayahku, mungkin selama sepekan
aku akan ada disana untuk membereskan hal-hal yang lainnya. Sekali lagi
terimakasih atas semua dukunganmu selama ini….Love and Miss u…
********
Pagi yang cerah tak nampak kecerahannya dalam hati dan batinku, aku
masih larut dalam suasana kesedihan, namun aku tetap harus bangkit dan
melanjutkan kehidupanku. Aku paksakan setubuh ini untuk bangkit dan bangun dari
tempat tidurku, aku raih handuk yang tergantung dan bangkit berdiri menuju
kamar mandi. Hari ini aku akan ke kampus dan kemudian melanjutkan perjalanan
menuju kampung halaman, dan akupun telah meminta ijin pada bos koran, jikalau
aku hendak pulang ke kampung halaman dan aku ceritakan semua kejadiaannya. Ia
pun mengijinkan aku untuk cuti dari rutinitasku dalam meloper koran dan ia
carikan pengganti sementara untuk jalur pengirimanku. Begitu pula tempat aku
mengajar les matematika telah aku hubungi, dan mereka pun mengerti, lagi pula
pekan ini adalah terakhir memberikan les sebab anak-anak didik kami akan
menghadapi ujian.
Sebelum berangkat aku buka handphone ku yang sedari tadi aku charger,
dan kulihat adakah balasan sms dari Cristine. Ternyata tak ada jawaban darinya,
mengapa? Nggak biasanya seperti ini, namun aku alihkan perhatianku dari masalah
itu untuk menghindari kecurigaan hati. Aku pun bergegas bangkit dan berangkat
menuju kampus, dengan angkutan kota aku menuju kesana. Sebab jika aku pulang
dengan mengendarai motor agak riskan juga perjalanannya, jadi aku memilih
pulang ke kampung dengan naik bus.
Setiba di kampus aku langsung menuju ruang administrasi untuk mengurus
segala sesuatunya, dua hingga tiga jam lamanya aku berada di kampus. Selain
menyelesaikan administrasi dan urusan wisuda, aku pun ke senat mahasiswa untuk
memberikan berkas pertanggung jawaban selama aku bertugas sebagai seksi Sosial
dan Kemasyarakatan, juga aku ke himpunan
mahasiswa manajemen untuk membereskan hal-hal lain. Aku memberitahukan kepada
ketua senat dan ketua himpunan perihal kejadian yang menimpa aku, agar mereka
tidak kecarian apabila melihat aku dalam sepekan yang akan datang tidak berada
di tengah-tengah mereka. Selepas itu aku pun segera berangkat menuju terminal
bus dan melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman.
Selama dalam perjalanan sengaja handphone aku off, aku tak ingin terganggu
dalam perjalanan ini. Aku ingin dalam kesendirian dan bercekrama dalam lautan
alam renungku. Aku hanya ingin menikmati kesendirian ini dan bercekrama dalam
alam kalbuku.
Enam jam sudah kulewati perjalanan ini hingga akhirnya aku sampai di
terminal bus kabupaten, dari sini aku melanjutkan kembali perjalanan dengan bus
seperempat menuju terminal kecamatan di kampung halamanku. Dari terminal
kabupaten ini aku masih harus menempuh tiga jam perjalanan, sungguh perjalanan
yang cukup melelahkan.
Karena hari sudah menjelang malam, sekitar pukul 21.00 aku baru tiba di
terminal kecamatan dan angkutan kota menuju kampungku hanya beroperasi sampai dengan
pukul 19.00, akupun menggunakan kendaraan ojeg untuk menuju ke rumah ku. Rasa
lapar yang kembali menerpa aku tahan sejenak, aku hanya ingin segera sampai di
rumah dan melihat wajah ayahku untuk terakhir kalinya. Semalam bunda kasih
kabar kalau ayah di makamkannya esok hari karena menunggu aku, dan sesuai pesan
ayah jikalau ia kembali kepangkuan Tuhan ingin agar aku yang pertama kali
menutup liang lahatnya. Bila ku ingat kembali masa-masa itu sungguh hati ini
sedih sekali, namun aku harus tetap tegar.
Dengan menggunakan ojeg aku menuju rumahku, aku meminta kepada tukang
ojeg agar melajukan kendaraannya agak dipercepat. Sebelumnya aku beritahukan
juga tujuanku, ternyata tukang ojeg itu mengetahui akan ayahku. Ayah memang
sangat dikenal di kampungku. Walau hanya seorang petani beliau tetap senantiasa
memberikan bantuan pada yang lemah dan dalam hal ilmu pertanian, tanaman serta
ternak, ia selalu berbagi dengan sesama petani. Ia senantiasa menginginkan para
petani hidupnya kecukupan, dari tukang ojeg pula aku baru mengetahui bahwa
iapun pernah di tolong oleh ayah ku. Ia mengatakan bahwa motor yang kini
menjadi tumpuan keluarganya adalah buah tangan dari ayahku, dari beliau lah
modal untuk uang muka motor ini. Tak sengaja aku menitikan airmata, aku tahu
ayahku memang senantiasa murah hati dan ia selalu mengajarkan untuk memberi
pertolongan kepada yang lemah dan memberi bantuan kepada yang kuat. Dulu aku
tak memahami apa maksud perkataannya, namun lambat laun aku menjadi faham apa
yang ia ucapkan. Di sepanjang perjalanan menuju rumahku aku lebih mengerti lagi
dan lebih memahami akan siapa ayahku, dari pak Ibrahim tukang ojeg ini yang
bercerita banyak tentang ayah. Ayah adalah kebanggan bagi kehidupanku, aku
bangga padamu ayah!. Tak terasa akhirnya aku sampai juga di rumah, aku pun
menyodorkan beberapa lembar uang sebagai ongkos, namun pak Ibrahim menolaknya
sebab ia tahu jikalau aku adalah anaknya pak Yakub. Tetapi aku tetap memaksa
agar ia mengambilnya karena ini adalah hasil jerih payahnya, karena ia tidak
mau maka aku selipkan uangnya di balik kantong jaketnya.
“Selamat malam bunda, kakak dan adik-adikku” sapaku dengan penuh
ketegaran, aku pun langsung menghampiri bunda dan memeluknya erat-erat.
Kudengar rintihan isak tangis dari bunda, kurasakan berat nafasnya dan
kurasakan kepiluan batinnya serta kurasakan kerinduan yang dalam dari setiap
tarikan nafasnya.
“Bunda…tetap sabar, ikhlas…dan yakinlah surga telah menanti ayah…kita
harus senang dan bangga memiliki seorang ayah dan suami yang kokoh serta tabah
dalam iman. Kita harus bangga kepada Allah karena senantiasa mengiringi hati
ayah untuk selalu menjadi terang dalam dunia ini. Bunda, aku bangga kepada ayah
yang telah mengakhiri kehidupan ini sampai dengan garis finish dan keluar sebagai
pemenang. Aku yakin mahkota kehidupan telah Tuhan persiapkan untuk ayah kita”
hiburku kepada bunda dengan suara yang tetap bernadakan ketegaran hati.
Bunda pun tetap dalam pelukan erat, seakan ia menumpahkan segala
kerinduannya akan ayah, dan aku merasakan aliran kasih dari pelukannya. Kini
isak tangisnya tak lagi terdengar, degup jantungnya taklagi lemah, nafas-nafas
kepiluan itu tak lagi nampak dan kulihat cahaya terang menghiasi relung
wajahnya. Bunda kini mulai tenang, pikir hati ku, bundaku kini telah merasakan
kenyaman dalam hatinya. Lalu ku tuntun bunda untuk memasuki kamarnya dan
kurebahkan bunda di ranjangnya, lalu kuucap kata, “Bunda tetap tegar yah, aku
sudah datang dan kini istirahat dahulu karena esok masih ada perjalanan yang
harus kita lalui. Jangan khawatir aku kini ada disamping bunda….tidur yah
bunda”. Bunda pun mengganggukkan kepala dan terus memegang tanganku, dan aku
pun duduk disampingnya menemani bunda hingga terlelap.
*******
Tanggal tujuh belas bulan Juni,
tepat pukul 09.00 pagi, kami hantarkan ayahanda tercinta pada peristirahatannya
yang terakhir. Iring-iringan sanak keluarga dan handai taulan mengiringi
kepergiannya, dengan tetap tegar aku mulai menutup liang lahatnya untuk yang
pertama kali dan kutatap jasadnya untuk yang terakhir kalinya. Aku tetap
berusaha tegar dan kutepis perasaan pilu. Aku tak ingin ayahku sedih, aku tak
ingin ayahku berduka, seperti kata beliau, kematian bukanlah akhir dari
kehidupan, kematian adalah sebuah perjalanan baru menuju alam kekekalan. Jasad
kita mati dan tertanam dalam tanah namun ruh kita kembali keharibaan-Nya untuk
menjalani kehidupan yang baru. Kesedihan, isak tangis dan duka yang dalam hanya
akan menghambat laju pengembaraan yang baru, dan pesan ayahku jangan tangisi
setiap jasad orang yang berpulang sebab tangisan itu akan menjadi penghambat
perjalanan mereka menuju alam yang kekal. Mengingat perkataan ayah membuat aku
bertahan untuk tetap tegar dan tabah.
Sepulang dari pemakaman kami sekeluarga berkumpul di rumah, beberapa
saudara dari ayah dan bunda pun sebagian masih turut berkumpul di rumah. Bunda
sendiri memiliki dua orang saudara kandung dan mereka tinggal jauh di luar
kota, namun hari ini mereka tetap menyempatkan datang untuk memberikan dukungan
moral kepada kami sekeluarga. Sedangkan ayah tidak memilki saudara kandung, ia
adalah anak tunggal namun famili dari mendiang kakek dan nenek terlihat hadir
disana, mereka pun memberikan dukungan moral bagi bunda dan keluarga kami. Dukungan
moral seluruh keluarga ayah dan bunda telah memberikan kami kekuatan dan
semangat yang baru. Sungguh dibalik duka, Tuhan senantiasa memberikan
penghiburan yang besar dan itulah yang kami rasakan.
Setelah semua sanak famili meninggalkan rumah kami, aku baru membuka
handphoneku. Dan disana ada beberapa sms yang ternyata dari Cristine, dan
begini lah isinya;
Dear kekasih hati dan jiwaku,
Dengan sejuta untaian kata yang terangkai dalam rangkaian kalimat agung,
aku turut berbelasungkawa, aku yakin ayah kita yang tercinta telah meraih
mahkota kehidupan dan surga-Nya telah menanti. Janganlah kau tangisi kekasih,
airmata dan kepedihanmu hanya akan menyayat hatinya…tabah dan tegar…perpisahan
adalah penghiburan dalam duka, kebahagiaan adalah pena sukacita dalam
derita…aku yakin, engkau adalah kekasihku yang selalu bersabar dalam segala hal
Kasih cintaku,
Dalam sedih dan kepedihanku ada selaksa kebahagiaan dan sejuta sukacita,
kala aku mendengar sang bayu mengirimkan kabar akan kemenangan yang engkau
raih…maafkan aku kekasihku, dalam kepedihan dan kebahagianmu aku tak dapat
hadir disisimu…jangan tangisi ketiadaanku, karena nafasku adalah sebagian
jiwamu dan aku hadir dalam setiap nafas yang kau hirup. Dalam nisbi tidak lah
kosong, dalam kehampaan tidaklah kerontang…
Kasih belahan jiwa,
Aku bangga akan engkau,…. engkau adalah mentari bagiku yang tak pernah
ingkar janji dalam menyinari setiap sendi relung tubuh dan jiwaku. Janjimu
telah kau tepati dengan membawa kemenangan ke atas pangkuanku. Inilah awal
kemenangan yang telah engkau berikan dan kuyakin kemenangan-kemenangan yang
lain pasti akan kau peroleh..
Duhai Rajawaliku…
Buatkanlah untukku sarang di tempat yang tertinggi dan bawalah aku serta
disana agar tak seorangpun dapat meraihku dari sisimu. Bawalah aku berkelana
dalam cakrawala biru megahnya angkasa raya, bersama denganmu mengelilingi
samudera tanpa batas. Datanglah Rajawaliku dan hentakkan sayapmu dan lesakkan
lajumu menembus batas sang waktu, cengkramkan cakarmu dan koyaklah hati para
pemburu yang gelap mata yang hanya mengejar dunia yang fana….duhai rajawaliku,
aku rindu akan nafas dan harum tubuhmu…datanglah kasih dalam pekatnya malam
yang gelap gulita dan jadilah pelita dalam kehidupanku….
….aku sayang dan mengasihimu selamanya…
Ada apakah dengan Cristine? Mengapa ia membuat beberapa sms dengan
kalimat-kalimat seperti itu? Aku merasakan ada kepiluan yang dalam yang sedang
ia rasakan, ada kesedihan yang begitu membuat hatinya terluka…ada apakah
gerangan?...jangan…jangan…pikiranku mulai meracau ke arah yang negatif. Aku
harus singkirkan pikiran-pikiran buruk itu, aku yakin semua ini mungkin karena
kesedihan dia yang tak dapat hadir disisiku. Namun mengapa pada beberapa
kalimat yang terakhir seperti itu? Jelas itu adalah suatu kegalauan yang besar
dan pasti telah terjadi sesuatu, aku harus meneleponnya untuk menanyakan hal
ini, begitulah pikiranku mengatakan.
Tuuutttt..tuuutt…tuuut, nada sibuk terdengar dari seberang sana. Aku
coba lagi beberapa saat kemudian…tuuutuut.tuutuut..tuututuuut, masih juga nada
sibuk…aku terdiam dan setelah lima menit kuberdiam, aku kembali mencoba untuk
menghubunginya,…tuuut..tuut..tuut..”Maaf telepon yang anda tuju tidak
menjawab”. Aneh sekali kenapa bisa begini? Dalam diam di keheningan hatiku, aku
rebahkan tubuh ini di ranjang yang dahulu setia menemani aku didalam samudera
impian, sebelum akhirnya aku meninggalkan kamar ini untuk melanjutkan studiku,
aku dekap handphoneku didada…aku pejamkan mata ini untuk mendapatkan rasa
tenang dalam hati…drettt..drettt..drettt…tiba-tiba teleponku bergetar, aku
lihat dan ternyata nomor yang tidak aku kenal, namun kode wilayahnya
menunjukkan kode wilayah internasional, siapakah gerangan? Apakah dari paman
Yosua, salah satu kerabat ayah yang kini berada di Australia. Aku pun
mengangkatnya,
“Hai sayang, i..i..ni aku Cristine…a…a…aku..mohon..maaf..tidak dapat
berada disisimu saat ini” lalu “Sms ku sudah kamu terima, sayang?”
“Hai sayang, aku sudah terima sms dan terimakasih atas belasungkawanya.
Tapi ngomong-ngomong dilihat dari kode areanya ini kode internasional, memang
kamu lagi dimana?” jawab dan sekaligus aku bertanya dengan nada agak datar,
“A…aku..lagi di Australia, ke tempat paman dan tante aku yang stay
disana bersama nenek. Mereka membawa kabar bahwa nenek sakit keras dan beliau
ingin banget berjumpa dengan aku. Kebetulan papi lagi ada di sini dan aku
esoknya bersama mami dan mereka berdua akhirnya menyusul ke Australia”
lanjutnya dan kemudian, “Aku kangen kamu sayang! Really miss u so much, my
hon’s”
“Oh..begitu toh rupanya, jujur sayang aku pun kangen sama kamu namun mau
bagaimana lagi jarak telah memisahkan kita”Jawabku singkat,
“Say, rencananya aku sepekan di Australia, aku sih ingin sekali
cepat-cepat pulang. Aku ingin berjumpa dengan Bunda, kakak dan adik-adik kita.
Aku merasakan kedamaian yang luarbiasa apabila berada dekat keluargamu. Honney!
Please marry me quickly!....bunda sekeluarga kabarnya baik-baik saja kan
hon’s?” lanjut Cristine dengan manjanya yang khas,
“Mereka sehat wal’afiat tak kurang apapun dan mereka juga menanyakan
kabarmu dan aku jawab bahwa kamu sedang menengok nenekmu jadi belum dapat
datang ke rumah” jawabku dan tak menjawab permintaan Cristine,
“Ok dah my lovely, aku nggak bisa lama-lama sebab sebentar lagi aku
hendak ke rumah sakit lagi, ok yah darling aku tunggu lamarannya..please marry
me quick!” lanjut Cristine, sambil mengucap kalimat permohonan menikah untuk
kedua kalinya,
“Ok Cristine sayang aku pasti melamarmu dan menikahimu, namun untuk saat-saat
ini aku belum siap sebab aku belum memiliki pekerjaan tetap” aku sedikit
menjelaskan,
“Aku tak peduli kamu sudah punya pekerjaan tetap atau tidak namun aku
hanya ingin kamu selamanya disisiku, bukankah selama ini pun sayangku sudah
mempunyai pekerjaan?” lanjut Cristine menggebu,
“Benar sayang, aku memiliki pekerjaan namun tentunya apabila untuk kita
berdua aku khawatir tidak akan mencukupi dan juga bukankah kuliahmu masih
tinggal satu tahun?” aku memberikan alasan yang mungkin logis,
“Sayang bagiku bersama denganmu selamanya adalah cukup, dan semua itu
sangat mendatangkan kebahagiaan, berapapun dan apapun kamu, semuanya aku tak
peduli. Jikalau kamu hendak membawa aku ke kampung dan tinggal disana sambil
engkau meneruskan usaha ayah kita, aku rela untuk berkubang dengan lumpur…jujur
sayang hanya denganmu aku merasakan bahagia dan hanya kamu yang dapat membuat
aku bahagia. Tahukah kamu apa yang menyebabkan aku begitu amat mengasihi kamu?
Karena kamu apa adanya dan kamu tidak memanfaatkan akan keberadaan aku, bahkan
kamu telah membuka cakrawala dalam alam pikiranku” jawab Cristine panjang lebar
“…..” aku hanya terdiam dan sesekali menghela nafas panjang dan berpikir…ada
apakah Cristine?
“Halo…sayang kamu masih disana?” lanjut Cristine,
“Iya sayang aku masih disini mendengarkanmu dan suara hatimu, kejujuran
hatimu telah menggugah jiwa ini. Cristine sayang, ada apakah gerangan hingga
engkau ngotot seperti ini?” aku pun balik bertanya,
“Tidak sayang tidak ada apa-apa, aku hanya khawatir saja engkau
tiadalagi untukku dan aku tiadalagi untukmu…entahlah mengapa rasa cemas ini
bergelayut terus dalam alam pikir” sahut Cristine, dengan getar-getar cemas yang
tampak dari nadanya.
“Sudahlah sayang tak usah kamu risaukan lebih baik kita berdoa dan
biarkan kehendak-Nya yang berlaku untuk setiap kehidupan yang terjadi pada
kita, istirahatlah dan pejamkan matamu lihatlah lebih dalam apa yang hati dan
jiwamu katakan” aku sedikit memberikan Cristine ketenangan,
“Baiklah sayangku, kamu memang mengerti akan aku dan hanya kamu yang
memahami hati, jiwa dan pikiranku…selamat istirahat sayangku…aku sayang
padamu…mmmmuuaaahhhh” dengan centil Cristine berucap,
“Dah sayang…love and miss u so much” Aku membalas ucapanya.
Alam pikirku menerawang mencari jawab atas kisah yang
baru saja terlintas dalam kehidupan, ada apakah ini? mengapakah seperti ini?
aku terus mencari jawaban dari pertanyaan dan pernyataan darinya yang hingga
kini belum dapat kuperoleh jawaban. Dalam lautan gelombang prahara resah, ku
kaitkan sauh asaku pada satu gemintang yang bergemerlap dengan megah, yang
menyinari dan menjadi pelita dalam pekatnya malam di samudera raya….kugapai
hangatnya rembulan dan kurengkuh tangan-tangan lembutnya dan berharap cakrawala
memberiku jalan keluar yang bijak dari apa yang sedang terjadi pada
kehidupanku….dalam gelapnya malam kusibak tirai yang menutupinya, namun tetap
saja samar kuperoleh jawab disana….hanya kosong dan nisbi serta kehampaan yang
kerontang kuperoleh…aku sandarkan tubuhku pada empuknya ranjangku dan kubiarkan
mataku terpejam dan kunikmati pekatnya malam ini tanpa bayangmu hadir dalam
relung kalbuku…..
**********
“Selamat pagi bunda” Sapaku sambil mengecup keningnya,
“Pagi Arman sayang”
Jawab bunda, kemudian lanjutnya, “Hari ini kamu jadi pulang?”
“Jadi bunda, selain hendak mengurus urusan di kampus
juga yang terpenting aku harus kembali kerja. Sesuai janji aku pada pak Yance
bos koran, bahwa aku ijin satu pekan. Begitupula dengan bang Amri yang sudah
ijinkan aku untuk rehat sejenak memberi les privat pada anak-anak” Aku pun
memberi penjelasan,
“Bagus nak! Janji adalah hutang, kamu harus senantiasa
komitmen dalam segala hal dan dapat di percaya dalam memegang amanah” Nasehat bundanya,
“Terimakasih Bunda atas nasehatnya, oh iya bun! Akte
kematian dan surat-surat penting lainnya sudah aku tempatkan dalam satu map
file dan aku simpan di lemari bunda” Ucapku mengingatkan bunda tempat penyimpan
surat-surat penting,
“Terimakasih nak!, sebelum pulang kamu sarapan dulu
yah, bunda buatkan ikan mas cobek kesukaanmu” Sahut bunda,
“Pantas saja sedari tadi aku mencium wangi yang sedap,
ternyata menu kesukaanku bunda buatkan” lanjutnya, “Bunda, kita makan sama-sama
kebetulan rasa lapar sudah mulai menendang-nendang perutku”
“Tidak sayang, makanlah kamu dengan kenyang, kebetulan bunda sedang
berpuasa” bunda berkata sambil memberikan penjelasan,
“Oh…baiklah bunda, aku segera makan, terimakasih sudah menyiapkan makanan
ini” Arman pun berkata, dan kemudian berjalan dan menghilang dibalik tirai
menuju ruang makan.
Tepat pukul 08.00 pagi, Arman pamitan kepada Bunda dan sebelum ia
berangkat, Arman mengingatkan kembali kepada bundanya akan jadwal wisuda yang
akan diselenggarakan pada tanggal 2 Juli bulan depan. Bunda mengganggukkan
kepalanya dan sesekali ia mengusap airmatanya, Arman pun melangkahkan kakinya
hingga bayangan dan dirinya hilang dari tatapan sang bunda….
Semilir angin yang keluar dari air conditioner bus Patas ekklusif Mulyo Sari ini cukup nyaman, walau hawa panas
di luar sangat menyengat namun di dalam sini begitu dingin dan terasa
menyejukkan. Membuat mataku mulai meredup dan ingin secepatnya dipejamkan,
namun entah kenapa hati ini masih saja tak dapat menahan kerinduan kepadanya,
yah! Wajah Cristine yang manis itu seakan tergambar jelas melayang dan bermain
dalam relung kalbu…mmmhhh, andai engkau ada disini sayang, begitulah suara hati
ini berkata….
Dimanakah engkau kekasih? Apakah engkau berada dalam taman surga,
menyirami bunga-bunga yang mulai merekah. Ataukah engkau berada di sudut kamar
sambil berlutut berdoa kepada sang alam, tempat bersemayam impian-impian kita?
Ataukah engkau terbaring kaku di atas meja persembahan, kala durjana-durjana
keserakahan dunia ingin merengut kesucian cintamu? Adakah engkau ingat wahai
kekasih, kala ku ucap selamat malam dan kau rengkuh tanganku, lalu kau kecup
hangat bibirku….
Itulah sebuah ciuman yang mengajariku, bahwa ciuman mesra sepasang
kekasih dapat menyingkap rahasia-rahasia surgawi yang tak dapat di ungkap
dengan untaian kalimat. Ciuman hangat itu begitu memberikan kesan yang panjang
dan dalam bagi relung jiwaku. Laksana nafas Tuhan yang menghidupkan jiwa-jiwa
yang mati. Laksana tetesan embun di luas padang gurun sahara, yang melepaskan
dahaga yang berkepanjangan.
Dimanakah engkau duhai kembaran jiwaku? Apakah engkau mendengar jeritan
dan tangisan hatiku dari balik hamparan samudra? Apakah engkau tahu akan kebutuhanku?
Apakah engkau tahu keagungan kesabaranku? Dimanakah engkau kekasihku……tahukah
kamu aku merindukanmu?
=====*****=====
16 August 2013 (21.00 WIB)
AR. Rahadian / Arsy_Imanuel.Blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment