I. Kebenaran sejarah
Fakta sejarah bahwa Kristus pernah
hidup di dunia ini tak dapat disangkal. Segenap upaya untuk membuktikan bahwa
itu tidak benar selama 200 thn silam gagal total. Kenyataan bukan hanya bahwa
seluruh PB disusun berdasarkan Kristus yg benar hidup, tapi lahirnya dan
berkembangnya gereja bahkan perjalanan sejarah dunia sejak 19 abad yang lalu,
tak dapat diterangkan terlepas dari realitas sejarah tentang Kristus yang
hidup, mati dan bangkit kembali.
Bahwa sumber-sumber data di~ luar
Alkitab dari abad pertama sesudah pelayanan Kristus hanya sedikit menyinggung
mengenai Dia, hal itu adalah lumrah. Agama Kristen adalah salah satu dari
sekian agama yang lahir di negeri timur wilayah dunia Romawi pada kedua abad
pertama. Perihal agama itu sedikit sekali yang menarik perhatian para ahli
sejarah bangsa-bangsa. Tapi sesudah agama Kristen bertikai dengan negara, agama
itu penting disebut terutama pada kurun waktu itu, dan penulis-penulis
non-Kristen pertama yang menyinggungnya berkaitan dengan pertikaian itu
menyebut Kristus adalah pendiri Agama Kristen (Tacitus, Annals 15. 44;
Suetonius, Claudius 25, Nero 16; Plinius, Epistles 10.96).
Di luar berita dalam tulisan Yosefus
(Ant. 18. 64), yang sangat diragukan dan sudah pasti banyak ditambah dengan
sisipan, tak pernah Yesus disebut langsung dalam tulisan-tulisan Yahudi yang
non-Kristen pada zaman itu. Penyebabnya ialah rasa permusuhan dan dendam yang
selalu timbul jika pemimpin-pemimpin Yahudi zaman itu teringat kepada Yesus.
Tapi secara tak langsung ada rujukan kepada Dia dalam tulisan-tulisan rabi
terdahulu, yang menyebut Dia orang durhaka di Israel dan yang mempraktikkan
sihir, yabg mencemooh kata-kata orang bijak, menuntun orang tersesat, datang
untuk menambahi hukum Taurat, yang mati digantung pada hari sebelum Hari Raya
Paskah orang Yahudi, dan yg murid-murid-Nya menyembuhkan orang sakit dalam
namaNya. Kita dapat, mengenal Kristus di belakang gambaran ini.
Pada abad-abad pertama M tak seorang
pun gembong musuh agama Kristen yang menyangkal bahwa Yesus hidup dan mati di
Palestina, dan bahwa Dia melakukan mujizat-mujizat — tak menjadi soal,
keterangan apa pun yang mereka berikan tentang kekuasaan yang Dia gunakan untuk
melakukannya. Dan pada masa kini tak seorang pun ahli sejarah yang obyektif
menyangkal fakta sejarah mengenai Kristus. Bukanlah ahli sejarah bila
bermain-main dengan khayalan suatu ‘dongeng Kristus’. Tidak hanya kematian-Nya
saja, tapi kebangkitan-Nya juga harus dihitung termasuk realitas sejarah yang
paling teguh dan sahih.
II. Sumber-sumber
Mengenai keterangan terperinci peri
kehidupan Kristus, kita mutlak bergantung pada Pendalaman Alkitab. Seperti
sudah dikatakan, tidak banyak yang dapat diharapkan dari penelitian atas
kepustakaan Yahudi atau non-Yahudi dari dekade awal tahun M, dan jika kita
beralih ke kepustakaan Kristen di luar Alkitab dari zaman yang sama, hanya
sedikit yang akan kita dapati di sana yang belum disebut dalam PB. Kebanyakan
Injil Apokrifa mencolok sebagai hasil khayalan, sehingga — dengan cara yang
bertentangan — membantu untuk membuktikan watak sejarah Injil-injil Kanon, tapi
tidak menambah pengetahuan apa pun tentang Tuhan Yesus.
Berita Injil bukanlah riwayat hidup
dalam arti biasa ungkapan itu. Masing-masing penulis keempat Injil mempunyai
tujuan khas dalam menulis Injilnya, dan mereka teliti memilih bahan dari data yang
tersedia tentang hidup Tuhan Yesus Kristus. Kendati banyak beda penekanan peri
segi-segi tertentu hidup Yesus, keempat Injil itu memberitakan Kristus yg satu
dan sama adalah Tuhan dan Juruselamat, Anak Manusia sejati dan Anak Tunggal
Allah.
Karena keempat Injil bukanlah riwayat
hidup biasa, tapi pengumuman kabar baik mengenai Yesus yang adalah Juruselamat
dan Tuhan, maka sukar mencari di dalamnya kronologis yang ketat. Pada pihak
lain, tujuan agamawi para penulis Injil tidak menyesatkan mereka untuk
mengabaikan watak sejarah hidup Yesus. Seperti jelas dinyatakan dalam kata
pendahuluan Injil ketiga, para penulis itu benar-benar menyadari betapa
mendesak dan perlunya mengumumkan kebenaran tentang Kristus. Bagi mereka dan
sesama mereka yang seiman kepercayaan kepada Kristus adalah soal hidup atau
mati. Karena itu mereka tak dapat mengalaskan iman mereka pada takhayul,
dongeng atau legenda. Kepercayaan seperti yang dimiliki generasi Kristen
pertama menuntut ketaatan mutlak kepada Kristus — bahkan ketaatan mutlak sampai
mati. Kepercayaan seperti itu hanya dapat didasarkan pada fakta-fakta yang
benar-benar meyakinkan. Lagipula, begitu dekat dan hidup hubungan para penulis
Injil dengan banyak saksi mata yang sempat mendengar dan melihat sendiri Tuhan
Yesus, sehingga para penulis itu mempunyai kesempatan yang khas luar biasa
untuk memperoleh bukti-bukti nyata dan sah. Disamping itu, karena fakta-fakta
historis itu diperoleh dari begitu banyak saksi mata, maka para penulis Injil
tidak berani memberikan keterangan-keterangan fiktif.
Kendati Lukas memasukkan ke dalam
Injilnya sebagian besar dari tulisan Markus, dan mungkin Yohanes sudah mengenal
baik ketiga Injil pertama, tapi masing-masing keempat Injil itu merupakan
sumber yang berdiri sendiri mengenai hidup Tuhan Yesus. Masing-masing
menekankan segi tertentu dari hidup dan pelayanan Kristus — yang satu melebihi
yang lain, tapi pada dasarnya Kristus yg sama dan yg satu itulah yg kita jumpai
dalam keempatnya. Hal itu benar dalam Injil Yohanes, seperti dalam Injil-injil
Sinoptik. Injil Yohanes melengkapi yang
lain, dan — sebagai hasil perenungan yang bertahun-tahun dan pemikiran yang lebih
matang tentang makna filsafat dan teologi yang lebih dalam peri sejarah Injil —
Yohanes lebih memusatkan perhatiannya kepada ajaran Tuhan Yesus mengenai
diriNya sebagai Anak Allah. Tapi Yohanes tidak memberitakan Kristus yang lain
dari Kristus yang diberitakan oleh ketiga penulis Injil terdahulu.
Ringkasnya, sumber paling jitu dan paling terpercaya untuk memperoleh
informasi tentang hidup Yesus Kristus adalah keempat Injil Kanon. Kendati
bagian PB lainnya tidak menambah rincian informasi atas peri kehidupan Yesus yg
disajikan dalam Kitab-kitab Injil, penting diperhatikan bahwa Kisah Para Rasul,
Surat-surat dan Wahyu semuanya disusun berdasarkan fakta bahwa Yesus hidup,
mengajar, menderita kematian dan menang atas maut seperti diceritakan oleh
Kitab-kitab Injil. Beberapa surat dalam PB ditulis awal thn 50 M (atau sedikit
lebih dini), ump 1 dan 2 Tes dan Gal, dan mungkin Yak — ditulis kr 20 thn
kemudian dari tanggal penyaliban Kristus. Selanjutnya, mengingat kenyataan
bahwa salah seorang penulis PB, yakni Paulus, yang begitu kejinya menganiaya
pengikut Kristus, tapi yang bertobat kemudian thn 32 M atau 33 M, juga Surat
Yakobus yang ditulis oleh saudara Tuhan
Yesus, maka dapatlah kita bayangkan betapa dekatnya hubungan masa hidup Tuhan
Yesus di bumi ini (thn 6/4 sM — 30 M) dengan generasi masyarakat Kristen yang
pada masa hidup mereka dokumen-dokumen asli PB ditulis.
Ringkasan yang diberikan Paulus
tentang pemberitaan para rasul dalam 1Kor 15:1-8* penting sekali: ‘Dan
sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku
beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh
berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan …. Sebab yang sangat penting telah
kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa
Kristus telah mati karena dosa-dosa kita … bahwa Ia telah menampakkan diri
kepada Kefas dan kemudian kepada kedua betas murid-Nya. Sesudah itu Ia
menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan
dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah
meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada
semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga
kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.’
Dalam bagian ini Paulus tidak hanya
memberitakan Injil yang satu dan sama dengan yang diberitakan keempat Kitab
Injil, tapi ia juga menyatakan betapa dekatnya hubungan gereja Kristen perdana,
para rasul dan saksi-saksi mata lainnya dengan hidup Tuhan Yesus. Maka tidaklah
mengherankan menjumpai bahwa keempat Kitab Injil, kendati dengan
perbedaan-perbedaan penekanan dan keberbagaian perincian informasi, toh
keempatnya memberitakan Kristus yang sama yang datang untuk mencari dan
menyelamatkan orang yang hilang, Tuhan yang datang dari Allah, yang kepada-Nya
telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat 11:27; 28:18*; Mrk
1:11; 8:29*; Luk 1:32,35; 2:11; 9:35; 10:22*; Yoh 1:1; 20:28*, dll).
Justru sesudah mengalami
kecaman-kecaman tajam dan bertubi-tubi lebih satu abad, sifat kesahihan dan
ketegaran keempat Injil kanon untuk dipercayai makin mantap dan teguh dari
sebelumnya. Teori — satu demi satu, juga aliran-aliran pemikiran yang
sambung-menyambung yang meragukan kesahihan keempat Injil untuk dipercayai,
rontok berguguran. Kendati Kitab-kitab Injil memang bungkam tentang banyak
rincian perihal hidup Yesus, keempat Injil saling mengukuhkan dan melengkapi,
menyajikan semua fakta mengenai Yesus yang perlu kita ketahui, supaya kita
mempercayai Dia adalah ‘Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu
memperoleh hidup dalam nama-Nya’ (Yoh 20:31*).
III. Unik
Ditinjau dari berbagai sudut hidup
Tuhan Yesus adalah unik. Satu dari keunikan itu ialah hidup-Nya adalah
kegenapan dari nubuat-nubuat khusus yang dinubuatkan ratusan tahun sebelum
kelahiran-Nya. Yesus sendiri, ump, beberapa kali mengatakan kepada
murid-murid-Nya bahwa Dia harus menderita, mati dan bangkit dari antara orang
mati sesuai Kitab Suci (bnd Luk 18:31-34*). Sesudah kebangkitan-Nya Ia
menjelaskan bahwa hidup-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya menggenapi semua
yang tertulis dalam Kitab Suci (Luk 24:25-27,44-48*).
Dalam tuturan Petrus, Stefanus dan
Paulus yang tertulis dalam Kisah Para rasul dan hampir semua kitab PB, berulang
kali diumumkan bahwa hidup, penderitaan, kematian dan kenaikan Tuhan Yesus
adalah penggenapan janji-janji Allah dalam PL. Tidak ada satu pun dalam sejarah
dunia yang dapat dibandingkan dengan ketepatan fakta, bahwa ratusan tahun
sebelum Yesus lahir banyak hal mengenai Dia — bahkan tempat kelahiran-Nya (Mi
5:3*) — sudah dipraucapkan dan dicatat dalam Kitab-kitab PL. Dan ditinjau
dari berbagai sudut — mulai dari Ia dikandung secara supraalami sampai
peristiwa kenaikan-Nya ke sorga — hidupNya adalah khas unik. Hanya di dalam
hidup Dia nampak kepada kita Allah menjadi manusia. Sementara hidup semua
pendiri agama lainnya mengungkapkan kepada kita orang-orang yang mencari
kebenaran dan berusaha memahami hakikat agama, hidup Yesus Kristus menyatakan
Allah Pengasih dan Penegak keadilan yang berprakarsa menyelamatkan umat manusia
yang sudah jatuh ke dalam dosa.
Semua klaim Yesus mengenai
diriNya bahwa Dia adalah Anak Allah yg kekal dibenarkan oleh hidup-Nya,
kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya yang penuh kejayaan. Ia memang
khas unik di antara segenap umat manusia.
IV. Masa-masa terpenting
Kendati mustahil menyusun riwayat
hidup Yesus Kristus secara kronologis, keempat Injil menyajikan cukup bahan yg
memungkinkan kita menunjuk masa-masa paling penting dalam hidup-Nya.
a. Kelahiran-Nya yg supra alami
Para penulis Injil beroleh kesempatan luar biasa untuk menyelidiki
kebenaran tentang kelahiran Yesus. Lepas dari kenyataan bahwa Maria, ibu Yesus,
diserahkan ke dalam pengasuhan murid yang paling akrab kepada Yesus (bnd Yoh
19:26-27*), baiklah diingat bahwa Yakobus, saudara Yesus, beberapa tahun
menjadi salah seorang pemimpin jemaat Yerusalem. Sesudah kebangkitan dan
kenaikan Yesus, Maria dan anak-anaknya tidak lagi meragukan ke-Tuhan-an Yesus.
Mereka hidup dalam persekutuan yang akrab dengan sesama mereka seiman di jemaat
Yerusalem (bnd Kis 1:14*). Ketika Lukas menyertai Paulus ke Yerusalem
thn 56 atau 57 M, salah seorang yang dia kunjungi ialah Yakobus, saudara Yesus
(Kis 21:17-18*). Waktu itu — sesuai pendahuluan Injilnya — Lukas sudah
memberi perhatian besar pada fakta-fakta yang berkaitan dengan hidup Tuhan
Yesus. Apakah Lukas bertemu dengan Maria tidaklah diberitakan, tapi pasti
kesempatan terbuka lebar baginya untuk memperoleh informasi mengenai kelahiran
Tuhan Yesus, teristimewa informasi khusus yang hanya Maria satu-satunya nara
sumber yang otoritatif. Justru sudut pandang dan pengalaman pribadi Maria-lah yang
mewarnai dan mendasari laporan Lukas tentang kesupraalamian Yesus dikandung dan
dilahirkan (Luk 1:26-56; 2:1-51*). Pada pihak lain Matius menyusun
laporannya berdasarkan sudut pandang dan pengalaman pribadi Yusuf Tapi kedua
Injil itu bulat-bulat sepakat bahwa keberadaan dan kehadiran ‘jasadi’ Yesus
dalam kandungan Maria tidaklah berasal dari atau oleh bapak manusiawi,
melainkan oleh kuasa Roh Kudus dan lahir sebagai Anak Allah (bnd Luk 1:35*;
Mat 1:18-24*).
Persis sesuai kenyataan ini Yohanes memulai Injilnya, ‘Pada
mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu
adalah Allah …. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan
kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yg diberikan kepada-Nya
sebagai Anak Tunggal Bapak, penuh kasih karunia dan kebenaran’ (Yoh 1:1-14*).
b. Masa bayi, kanak-kanak dan berjenjang dewasa
Luk 2:40,52* melaporkan jelas perkembangan hidup Yesus dari masa kanak-kanak
sampai berjenjang dewasa berjalan seperti biasa tapi sempurna. Setiap segi
kehidupan ideal manusia sempurna seperti yg dikehendaki Allah terwujud nyata
dalam hidup Yesus. Kendati Dia hidup di tengah-tengah keluarga sederhana bersama
Maria, Yusuf dan beberapa adik-Nya lelaki dan perempuan, hidup-Nya seluruhnya
selaras dengan kehendak Allah (Luk 2:52*). Dan sejak usia anak-anak (Luk
2:49*) nampaknya Ia sudah sadar bahwa Dia adalah Anak Allah dalam arti yang
khas. Dari Luk 2:46-47* jelas pula bahwa sejak usia kanak-kanak Ia sudah
mempelajari Kitab-kitab PL secara mendalam. Dan kendati mungkin Yusuf meninggal
pada usia yang masih segar, sehingga Yesus harus bekerja keras sebagai tukang
kayu untuk memenuhi kebutuhan keluarga-Nya (Mat 13:55-56*), Ia
menyediakan cukup waktu memahami Kitab Suci dan berdoa.
Memang ada sedikit informasi tentang masa kanak-kanak Tuhan Yesus,
dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari Kitab-kitab Injil mengenai
hidup-Nya dalam hal pertumbuhan fisik, mental dan rohani menuju kedewasaan
penuh, tapi di luar itu tidak terkisahkan tentang apa yang terjadi pada
tahun-tahun persiapan itu.
c. Baptisan dan pencobaan
Setelah Yesus (barangkali thn 27 M) mencapai usia paling ‘tegar’
(kr usia 30 thn, Luk 3:23*) Ia meninggalkan Nazaret dan dibaptiskan oleh
Yohanes Pembaptis. Dengan baptisan ini Ia menerima di muka umum tugas
kemesiasan-Nya sebagai Anak Allah dan Juruselamat, yang sekalipun Dia sendiri
tidak berdosa (2Kor 5:21*), memikul hukuman dosa umat manusia.
Allah Bapak membenarkan dan mensahihkan tindakan AnakNya itu, yang
dalam kesadaran penuh menyamakan diriNya dengan orang berdosa. Pembenaran dan
pensahihan itu dinyatakan dengan turunnya Roh Kudus ‘dalam wujud burung
merpati’ dan dengan suara dari langit, ‘Engkau inilah AnakKu yang Ku-kasihi,
kepada-Mu Aku berkenan’ (Luk 3:22* — terjemahan lama). Pernyataan ini —
yang menghubungkan Mzm 2:7* dengan Yes 42:1* — mengenal Dia adalah Mesias,
tapi itu berarti Dia wajib menggenapi panggilan kemesiasan-Nya dalam citra
Hamba Yahweh yg taat dan menderita sengsara.
Dengan keyakinan demikian dalam hati-Nya, Yesus dibawa oleh Roh
Kudus ke padang gurun Yudea untuk dicobai oleh Iblis (Mat 4:1*). Guna
membuktikan kelaikan dan kesanggupan-Nya menjadi Juruselamat manusia, Dia harus
membuktikan lebih dulu ketaatan-Nya secara mutlak dan tanpa syarat kepada
BapakNya, juga kuasa keperkasaanNya mengalahkan penggoda ulung itu. Peristiwa
pencobaan ini mencolok dibandingkan peristiwa kejatuhan ke dalam dosa pada Kej
3*; di sana Adam dan Hawa menyerah terhadap pencobaan kendati mereka hidup
dalam keadaan paling menguntungkan. Padahal, di sini, Yesus menang berjaya
kendati Ia dicobai dalam keadaan yang paling buruk dan mengerikan. Sesudah 40
hari di padang gurun terus-menerus dicekam ketegangan fisik dan spiritual,
Iblis mengerahkan segenap kemampuannya dan kelicikannya menipu, untuk mendesak
Yesus mencobai BapakNya, atau, menolak melakukan misi-Nya sesuai yang
digariskan dalam seruan dari langit, seperti yang dikehendaki BapakNya bagi
Dia. Tapi Yesus mematahkan cobaan itu betapa pun lihainya dan halusnya dan Dia
tetap taat tak tergoyahkan kepada kehendak BapakNya. Ia bangkit berjaya dari
pertarungan spiritual itu sebagai Anak Allah yang taat dan Hamba yang setia (Mat
4:1,11*; Mrk 1:12-13*; Luk 4:1-13*).
d. Awal pelayanan-Nya terhadap masyarakat umum
Setelah berjaya mematahkan semua serangan Iblis, Yesus memulai
tahap pertama pelayanan-Nya terhadap masyarakat umum secara terbuka, memanggil
murid-murid-Nya yang pertama (Yoh 1:35-51*), menyatakan kuasa
ke-Allah-an-Nya dengan mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-11*),
melakukan mujizat-mujizat (Yoh 2:23* dab), mengajarkan kepada Nikodemus
kebenaran-kebenaran rohani yang revolusioner, melayankan keselamatan bahkan
kepada orang Samaria yang di mata orang Yahudi adalah hina (Yoh 4:1-42*).
Tahapan pelayanan-Nya ini dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis, dan mencapai
puncaknya tatkala beberapa orang Samaria mengakui, ‘Kami tahu, bahwa Dia-lah
benar-benar Juruselamat dunia’ (Yoh 4:42*).
e. Pelayanan dan ajaran berpusat di Galilea
Penahanan Yohanes Pembaptis menjadi tanda bagi Yesus untuk memulai
pelayanan-Nya di Galilea, dengan pengumuman ‘waktunya telah tiba dan Kerajaan
Allah sudah dekat’ (Mrk 1:14* dab). Waktu Ia menyatakan di sinagoge
Nazaret bahwa Dia-lah yang menggenapi janji janji mengenai Mesias, Dia ditolak
oleh masyarakat sekampung-Nya itu (Luk 4:16* dab). Lalu Ia menjadikan
Kapernaum markas besar-Nya. Ia bekerja dan mengajar di Kapernaum dan
daerah-daerah lain di Galilea kr 1 thn (Mat 4:12-14:13*; Mrk
1:14-6:34*; Luk 4:14-9:11*; Yoh 4:46-54* dst), sambil menyatakan kuasa
keilahian-Nya atas alam (Mrk 4:35-41; 6:34-51* dst), atas roh-roh dan
setan-setan (Luk 8:26-39; 9:37-45* dst), atas badan manusia dan atas
penyakit badani dan rohani (Mat 8:1-17; 9:1-8* dst), bahkan atas hidup
dan kematian (Luk 7:11-17*; Mat 8:18-26*). Selanjutnya Ia
menyatakan memiliki otoritas final atas nasib akhir dan kekal umat manusia.
Dalam Khotbah di Bukit dan ajaran-ajaran-Nya yg lain Ia menyatakan otoritas-Nya
yang khas memberitakan undang-undang Kerajaan Allah (Mat 5:1-7:29* dst).
Sementara Ia menyatakan keunggulan otoritas-Nya sebagai Mesias,
pada periode ini Ia juga menyatakan kasihNya dan keprihatinan-Nya terhadap
orang-orang yang tertindas secara badani dan rohani (Mat 9:1-8,18-22*; Luk
8:43-48* dst). Berulang kali Ia nyatakan bahwa Dia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang, dan Ia melakukan hak khas ilahi mengampuni dosa (Luk
5:20-26; 7:48-50*). Ia memilih 12 orang dari antara pengikut-Nya untuk
menjadi murid khusus bagi-Nya (Mat 10:1-4*; Luk 6:12-16*), yang
secara sistematis Ia ajar dan latih menjadi rasul-Nya.
Otoritas Yesus mengajar begitu mencolok dan khas. Ia begitu tegar
tak goyah sedikit pun menghadapi penentangNya dari kalangan Yahudi dan Farisi.
Mujizat-mujizat penyembuhan yang Dia perbuat dan manifestasi-manifestasi
lainnya menyatakan kuasa-Nya atas alam (Luk 4:33-41*; Mrk 5:1-42*
dst). Semuanya itu membuat Dia sangat terkenal dan dikagumi masyarakat di
seluruh Galilea (Luk 4:40-42; 5:15,26; 6:17-19*). Ketenaran ini mencapai
puncaknya pada mujizat memberi makan 5.000 orang (Mat 14:13-21*; Mrk
6:30-44*; Luk 9:10-17*; Yoh 6:5-13*). Peristiwa ini, yang
begitu gamblang membuktikan kemesiasan-Nya mendorong orang banyak untuk
menobatkan Dia menjadi raja (Yoh 6:15*).
f. Dua belas orang dilatih
Karena Yesus menolak dinobatkan menjadi Mesias duniawi (Yoh
6:26-27*) massa bahkan jumlah terbesar murid-Nya dalam arti yang lebih luas
(Yoh 6:66-67*) meninggalkan Dia. Lalu Yesus memasuki wilayah Tirus,
Sidon dan Kaisarea Filipi ( Mat 15:21; 16:13*; Mrk 7:31* dsb) dan
melayani di sana. Ketika Yesus berkunjung lagi ke daerah sekitar Danau Galilea,
Ia menyembuhkan dan menolong banyak penderita yang tertekan jiwa, dan untuk
kedua kalinya Ia membuat mujizat memberi makan banyak orang (Mat 15:29-39*).
Kemudian Ia membawa murid-murid-Nya menyendiri ke tempat yg sepi.
Lalu Ia mengajukan pertanyaan pelik, ‘Siapakah Aku ini?’ (Mat 16:15*).
Petrus, mewakili semua rasul, menjawab tegas, ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah
yg hidup!’ (Mat 16:16*). Sejak itu Yesus mulai mempersiapkan
murid-murid-Nya untuk menghadapi pukulan dahsyat yang akan menimpa mereka di
Yerusalem (Mat 16:21-26*). Tapi ketika itu juga dengan jelas dan
berulang kali Ia mengajarkan bahwa pada akhirnya kemenangan akan menjadi milik
Dia (Mat 16:27-28*), dan karena itu pengikut-Nya tidak perlu takut (Luk
12:4-12,32-34*).
Puncak penyataan diri Yesus kepada murid-murid-Nya terjadi saat dipermuliakan
di atas gunung, pada saat mana Ia nampak dalam kemuliaan ilahi kepada tiga
orang muridNya yg paling akrab (Mat 17:1-13*; Mrk 9:2-10*; Luk
9:28-36*). Karena Dia datang untuk menggenapi hukum Taurat maupun
Nabi-nabi, maka Musa (yang menggambarkan hukum Taurat) dan Elia (yg mewakili para
nabi) nampak bersama Dia dalam pemuliaan itu, sebelum Dia pada akhirnya memulai
perjalanan-Nya menuju Yerusalem menanggung derita maut untuk menyelamatkan umat
manusia. Sekali lagi suara Allah dari langit menyatakan bahwa Yesus adalah
AnakNya yang terpilih, kepada-Nya semua orang wajib menyimak dan patuh (Luk
9:35*).
g. Permusuhan memuncak
Setelah Yesus menyatakan diriNya kepada murid-muridNya, dan
murid-murid itu mengenal Dia adalah benar-benar Anak Allah (Mat 17:1-13*;
Mrk 9:2-10*; Luk 9:18-20*), maka Dia mempersiapkan mereka lebih
terarah dari sebelumnya untuk mengemban tugas mereka di hari depan sebagai
jajaran fondasi gereja-Nya. Dia mengajarkan kebenaran kepada mereka baik
langsung atau berupa perumpamaan, dan Ia lanjutkan menyatakan kuasa keilahian-Nya
dan otoritasNya dengan menyembuhkan orang sakit (Luk 14:1-6; 17:11-19*),
orang buta (Mrk 10:46-52*) dan menanggulangi beban hidup orang-orang yang
tersiksa ditekan penderitaan.
Para penguasa Yahudi dan para pemimpin agama Yahudi makin keras
dan gencar menentang Dia (Luk 14:1*b). Cara dan jalan apa saja ditempuh
untuk menjerat Dia, menghancurkan pengaruh-Nya yang terus meningkat atas
masyarakat banyak, dan alasan terus dicari-cari untuk menyeret Dia ke tangan
penguasa Roma supaya dihukum mati (Mat 19:1-3*; Luk 11:53-54*).
Semua peringatan serius yg Dia tujukan kepada penentang-Nya, semua ajaran-Nya yang
punya daya gugah dan yang dimaksudkan untuk mengubah hati mereka, semua
karya-Nya menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati (Yoh 11:41-45*),
hanya mempertajam kebencian orang Farisi, ahli Taurat dan para pemimpin Yahudi
terhadap Dia (Yoh 11:46-53*).
h. Minggu terakhir di Yerusalem
Setelah Yesus dengan terang-terangan sebagai Mesias memasuki
Yerusalem, diarak dan dielu-elukan orang banyak yang bersorak-sorai (Mrk
11:1-10*; Yoh 12:12-19* dst), Ia mengusir para penukar uang dan
pedagang binatang korban dari pelataran luar Bait Suci. Dengan demikian Ia
memperlihatkan kekuasaan-Nya sebagai Mesias (Luk 19:45-46*; Mat
21:12-16*). Akhir hidup-Nya sekarang makin dekat. Dengan gamblang Ia
menelanjangi kemunafikan orang-orang yang memburu-buru Dia (Mat 23:1-39*;
Luk 20:45-47*), sewaktu Dia mengajar di pelataran Bait Suci pada
hari-hari terakhir yang begitu mencekam (Mat 21:33-34; 22:1-14*; Mrk
12:1-12*; Luk 20:9-47*), menubuatkan apa yang akan menimpa orang
Yahudi, Yerusalem dan Bait Suci (Luk 21:20-24*). Ia mempersiapkan
pengikut-Nya perihal bahaya yang telah siap menanti mereka (Luk 21:9-19*
dst), memberi tahu apa yang telah tersedia bagi dunia dan gereja (Luk
21:25-27*), dan menubuatkan bahwa sejarah dunia akan mencapai puncaknya
kelak pada saat Ia dalam kemuliaan datang lagi untuk menyatakan kuasa
ke-Allah-an-Nya atas semua kuat kuasa kegelapan, dan untuk mulai menegakkan
Kerajaan-Nya yang kekal (Mat 24:29-31; 25:31-46*).
Malam menjelang penderitaan-Nya, dan sebagai upaya terakhir
mempersiapkan para rasul mengemban tugas besar yg menanti mereka, Yesus
membasuh kaki murid-muridNya itu (Yoh 13:1-11*), mengajarkan kepada
mereka pelajaran yg sangat penting tentang kerendahan hati (Yoh 13:12-17*;
Luk 22:24-30*), dan memberitahukan bahwa Yudas akan mengkhianati Dia (Mrk
14:18-21*; Yoh 13:21-30*). Kemudian Ia menetapkan Perjamuan Kudus (Mat
26:26-29* dst) dan akhirnya Ia mendoakan semua pengikut-Nya (Yoh
17:1-26*).
Lalu di Getsemani Ia menyerahkan diriNya mutlak seutuhnya dan
untuk yg terakhir kalinya kepada kehendak BapakNya (Mat 26:39-46* dst).
Setelah menimpakan atas diriNya segenap kesalahan umat manusia yang sudah jatuh
ke dalam dosa, dengan ikhlas Ia membiarkan diriNya ditangkap, disiksa, dijatuhi
hukuman yang salah dan disalibkan. Penderitaan-Nya sebagai korban tebusan dosa
mencapai puncaknya di kayu salib, menjelang akhir tiga jam gulita saat Ia
berseru, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Mat 27:46*).
Telah Ia kemukakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia datang bukan untuk
menghakimi dunia, melainkan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi
banyak orang (Mat 26:28*; Mrk 10:45* dst). Setelah dengan
sukarela Ia mempersembahkan diriNya sebagai Anak Domba Allah (Yoh 1:29;
10:11-18*), tugas-Nya tuntas seutuhnya. Lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya ke
dalam tangan BapakNya dengan seru kemenangan, ‘Sudah selesai!’ (Yoh 19:30*).
i. Penguburan, kebangkitan dan kenaikan
Setelah Yesus mati, Ia tidak lagi di bawah kuasa musuh-musuh-Nya.
Mayat Yesus diturunkan dari kayu salib (Luk 23:50-53*) dan dikuburkan di
kuburan baru dalam suatu kebun. Janji-Nya akan bangkit dari antara orang mati
segera digenapi. Sebagai Kristus yang bangkit dan Tuhan yang hidup, Ia membasmi
ketakutan dan kebimbangan hati pengikutNya (Luk 24:13-49*; Yoh
20:11-21:22*). Pada kurun waktu 40 hari Ia berulang-ulang menampakkan
diriNya kepada mereka, membuka hati mereka supaya mengerti Kitab Suci PL,
menjanjikan akan mengutus Roh Kudus untuk menghibur, memimpin dan memberi kuasa
kepada mereka bertindak sebagai saksi-Nya mulai dari Yerusalem sampai ke ujung
bumi (Kis 1:8*). Setelah sekali lagi Ia meyakinkan mereka bahwa segala
kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya (Mat 28:18*), Ia
menugasi mereka untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat 28:19*).
Lalu Ia berjanji akan senantiasa menyertai mereka, bahkan sampai akhir zaman (Mat
28:20*), dan Ia pun terangkat ke sorga — sambil mengangkat tangan-Nya
memberkati mereka (Luk 24:50*).
Dengan demikian hidup Yesus sebagai Manusia di antara manusia di
bumi ini pada akhirnya menang berjaya. Klaim para rasul sangat tepat
menyimpulkan pelayanan Yesus di bumi, ‘Allah telah membuat Yesus, yg kamu
salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus’ (Kis 2:36*).
KEPUSTAKAAN. H Anderson, Jesus and Christian Origins,
1964; 0 Borchert, The Original Jesus, 1933; G Bornkamm, Jesus of Nazareth,
1960; F. C Burkitt, Jesus Christ — an historical outline, 1932; CJ Cadoux, Life
of Jesus, 1948; F. C Conybeare, The Historic Jesus, 1914; H Daniel-Rops, Jesus
in His Time, 1955; A Edershaim, The Life and Times of Jesus the Messiah, 1883;
F. W Farrar, The Life of Christ, 1874; J. N Geldenhuys, Commentary on the
Gospel of Luke, 1950 (terutama hlm 36-41, catatan-catatan khusus yg tertera
pada hlm 14, dan keterangan-keterangan pada hlm 649-670); Giovanni Papini, Life
of Christ, 1925; T. R Glover, The Jesus of History’, 1920; M Goguel, Life of
Jesus, 1933; E. J Goodspeed, A Life of Jesus, 1950; A. C Headlam, The Life and
Teaching of Jesus’, 1936; A. M Hunter, The Work and Words of Jesus, 1950; J. W
Jack, The Historic Christ, 1933; S. E Johnson, Jesus in His own Times, 1959; J
Klausner, Jesus of Nazareth, 1929; K. S Latourette, The First Five Centuries,
1937 (ps 2); J MacKinnon, The Historic Jesus, 1931; H. D. A Major, T. W Manson,
dan C. J Wright, The Mission and Message of Jesus, 1940; T. W Manson, The
Servant-Messiah, 1953; E Meyer, Ursprung and Anfange des Christentums, 3 jilid,
1921-1923; G Ogg, Chronology of the Public Ministry of Jesus, 1940; A. T
Olmstead, Jesus in the Light of History, 1942; J. M Robinson, A New Quest of
the Historical Jesus, 1959; W Sanday, Outlines of the Life of Christ, 1931; A
Schweitzer, The Quest of the Historical Jesus’, 1936; P. C Simpson, The Fact of
Christ, 1901; David Smith, The Days of His Flesh, 1905; J Stalker, The Life of
Jesus Christ, 1891; E Stauffer, Jesus and His Story, 1960; N. B Stonehouse, The
Witness of Matthew and Mark to Christ, 1944; The Witness of Luke to Christ,
1951; R. H Strachan, The Ministry of Jesus, 1954; M. C Tenney, New Testament
Survey, 1961; H. E. W Turner, Jesus, Master and Lord, 1953; B. B Warfield, The
Person and Work of Christ, 1950; H. G Wood, Did Christ Really Live?, 1938. (JNG/MHS/HAO//RBC-2004)
0 komentar:
Post a Comment