Bagaimana
mengetahui kehendak Allah? Apakah Allah akan memberi tanda? Apakah
saya akan mengalami perasaan khusus? Seberapa jauh kita dapat bersandar pada
pandangan kuno yang baik? Bagaimana jika Alkitab kelihatannya tidak menyatakan
secara jelas mengenai sesuatu hal yang kita gumulkan? Mengapa Allah tampaknya
membiarkan kita telantar saat kita sangat rindu mendengar petunjuk langsung
dari-Nya? Bagaimana pula saat kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang baik
atau yang buruk?
Buku
yang ditulis Kurt De Haan ini menyajikan tuntunan alkitabiah untuk menolong
kita mengatasi kebingungan dan melangkah dengan keyakinan diri dalam hidup. Doa
kami, kiranya Anda akan menemukan kehendak Allah dan bersukacita dalam
menyenangkan hati-Nya. Martin R. De Haan II
Bermeditasi,
Berpuasa, dan Melempar Koin
Berbelanja
kebutuhan sehari-hari pun dapat menimbulkan frustrasi. Memilih mi instan yang
pas untuk sarapan pagi dapat menyulitkan karena banyaknya pilihan. Merek atau
rasa apa yang akan Anda beli? Tentu saja keputusan ini tidak akan mengubah
hidup Anda (meskipun iklan-iklan menyatakan sebaliknya), tetapi inilah satu
dari sekian banyak pilihan yang harus Anda hadapi.
Keputusan-keputusan
lain, seperti mengontrak atau membeli rumah, tampaknya lebih penting. Ada pula
masalah penggunaan waktu: Bagaimana memanfaatkan waktu di malam hari, akhir
pekan, atau istirahat makan siang? Demikian juga hal-hal lain yang lebih
mengkhawatirkan seperti memilih perguruan tinggi, karier, gereja, dan pasangan
hidup.
Lalu,
ada juga keputusan-keputusan yang memberatkan hati. Apa yang harus Anda lakukan
bila suami atau istri Anda mengakui penyelewengannya? Ketika seorang ibu muda
diberi tahu bahwa bayi yang dikandungnya akan cacat, apakah ia punya pilihan
lain? Apa yang harus dilakukan seorang karyawan saat ia diberi tahu akan
dipecat bila tidak menolerir praktik bisnis yang melanggar etika?
Kekhawatiran
tersebut dapat dimaklumi. Hidup kita dapat berubah total karena
satu keputusan. Ditambah lagi adanya beban ingin menyenangkan Allah — ingin
mempersembahkan yang terbaik dalam hidup kepada-Nya. Tak ada orang kristiani
taat yang ingin salah dalam mengambil keputusan atau memilih sesuatu yang tidak
dianggap terbaik oleh Allah. Semua pertimbangan ini cenderung menimbulkan
kecemasan. Adakah cara untuk mengetahui kehendak Allah dalam situasi tertentu?
Metodenya
sangat banyak. Manusia telah menggunakan segala cara untuk menentukan apa yang
Allah ingin mereka lakukan.
Bermeditasi
(meminta tanda-tanda adikodrati dari Allah)
Berpuasa
(tidak makan untuk mencari Allah)
Melempar
koin (menyerahkan segalanya pada lemparan)
Perasaan
(lebih mengandalkan perasaan daripada logika)
Berusaha
keras (mencari jawaban di mana saja)
Pasrah
(membiarkan situasi yang memutuskan)
Memilih
acak (membaca Alkitab secara acak)
Mendelegasikan
(membiarkan orang lain yang mengambil keputusan)
Berharap
mimpi (meminta penglihatan atau suara)
Mencabut
jerami (membiarkan panjang nya jerami yang memutuskan)
Duduk
(menunda-nunda)
Meluncur
(mengambil jalan yang paling mulus)
Berpikir
(menggunakan logika dan bukan perasaan)
Dalam
memohon tuntunan Allah, diri kita sendiri adalah musuh yang terbesar, kesalahan
kita dalam memutuskan merupakan bukti kebebalan kita dalam masalah ini. — J.I.
Packer
Kebingungan
bertambah-tambah. Konsekuensi dari suatu keputusan acap kali amat kompleks. Karena
itu, kita perlu memahami dengan jelas apa kehendak Allah bagi kita dalam
menjalani kehidupan ini. Dan karena Alkitab tidak selalu memberikan jawaban
yang jelas atas setiap pertanyaan, kita harus berhati-hati dalam mencari
jawabannya. Namun satu hal sudah pasti. Kita hanya akan mengalami frustrasi,
merasa bersalah, bimbang, dan kehilangan pengharapan bila hanya mengandalkan
cara-cara manusia untuk menemukan kehendak Allah.
Orang-orang
frustrasi. Sebagian berpendapat bahwa Allah telah merencanakan jalan hidup
mereka, tetapi Dia tidak mau menunjukkannya kepada mereka. Orang-orang
kristiani lainnya merasa bersalah atas kesalahan-kesalahan masa lalu, dan
dengan pasrah menjalani kehidupan yang menurut mereka tidak sesuai keinginan
semula. Sebagian orang dengan hati-hati meniti kehidupan seakan-akan berjalan
di atas tali akrobat. Dalam setiap langkah mereka bertanya-tanya apakah mereka
akan terus diperkenan Allah.
Sebagian
orang dengan hati-hati meniti kehidupan ini seolah-olah berjalan di atas tali
akrobat. Dalam setiap langkah mereka bertanya-tanya apakah mereka akan terus
diperkenan Allah.
Penyelesaiannya
bersifat membebaskan. Allah tidak bermaksud membuat kita frustrasi dan kalah selamanya,
atau agar kita terus memiliki mental orang yang "meniti tali
akrobat". Ada hal yang lebih baik. Alkitab menunjukkan bahwa bila kita
melakukan perintah-Nya, maka Dia akan — sesuai waktu dan cara-Nya meyakinkan bahwa
kita tidak menyimpang dari rencana-Nya.
Bagaimana
Mengetahui Apa yang Harus Dilakukan?
Bagaimana
Anda tahu bahwa apa yang Anda anggap harus dilakukan merupakan kehendak Allah,
dan bukan keinginan manusia? Mungkin ini membingungkan. Melakukan kehendak
Allah bukanlah sesuatu yang terjadi secara alamiah. Dalam Galatia 5:17
Rasul Paulus menulis, "Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan
Roh, dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya
bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu
kehendaki."
Sebagian
kebingungan kita mungkin disebabkan oleh ketidakmengertian kita terhadap cara
Allah dalam menuntun seseorang. Kita mungkin mengabaikan tanggung jawab, atau
meremehkan keterlibatan Allah dalam kehidupan.
Buku
ini akan menunjukkan bahwa kita dapat mengetahui kehendak Allah sebanyak yang
kita perlukan, dengan memusatkan perhatian pada lima prinsip dasar. Jika kita
sungguh-sungguh ingin mengetahui kehendak Allah, kita tidak dapat mengabaikan
prinsip-prinsip tersebut.
GO
Temuilah Tuhan
Mulailah
dengan benar. Jangan menunggu sampai Anda putus asa atau menderita sebelum
melakukan hal yang terpenting ini. Amsal 3:5,6 memberi tahu kita,
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada
pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan
jalanmu." Kalimat "maka Ia akan meluruskan jalanmu" dapat
diterjemahkan juga menjadi "maka Ia akan membuat jalanmu lancar".
Untuk memahami maksud-Nya, kita perlu memerhatikan ayat-ayat yang menyertainya.
Konteksnya (ayat 1-10) menggambarkan apa yang akan Allah lakukan bagi
orang-orang yang percaya dan mengikuti prinsip-prinsip-Nya dalam menjalani
hidup. Ayat 5 dan 6 menjanjikan bahwa jika kita hidup bergantung pada Tuhan, Dia
meyakinkan bahwa kita akan tetap berada di arah yang benar dan diperkenan
oleh-Nya.
Dalam
Mazmur 5:9 Daud berdoa, "Tuhan, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu
karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku." Daud tahu bahwa Allah
dapat menunjukkan apa yang harus ia lakukan.
Mengapa
harus mengakui Allah? Kerap kali dengan bodoh kita berpikir bahwa kita mampu menentukan
pilihan dengan bijaksana tanpa pertolongan Allah. Kita beralasan, "Jika
Allah memberi kita otak, mengapa kita masih harus meminta pertolongan-Nya lagi
dalam mengambil keputusan?" Jawabannya menjadi jelas bila kita memahami
siapa Allah sesungguhnya. Karena Dia menciptakan kita, Dia mengenal kita jauh
lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri (Mazmur 139:1-16).
Dia mengetahui segala sesuatu dan Dia memahami apa yang tidak pernah bisa kita
mengerti (Yesaya 55:8,9; Roma 11:33-36; 1Korintus 1:25). Dia
mengendalikan segala sesuatu (Mazmur 115:3). Dia Mahakuasa (Yeremia
32:17), dan Dia meminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan kita (ayat
18, 19). Dia ingin dan akan menolong bila kita menghormati-Nya (Mazmur
37:3-6,23,24,28). Dia akan menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan,
kini dan di masa yang akan datang, jika kita terlebih dahulu mencari Dia (Matius
6:33). Dia akan menghakimi semua orang yang beranggapan bahwa mereka tidak
membutuhkan Allah (Roma 1:18-32).
Bagaimana
caranya mengakui Tuhan? Haruskah kita hidup di puncak gunung,
mencukur rambut, tinggal di biara, atau berdoa delapan jam sehari untuk
menunjukkan kepada Allah bahwa kita mengenal-Nya? Tidak, tetapi ada beberapa
cara khusus bagi kita untuk mengakui bahwa Dia mengendalikan situasi hidup.
Kita mengakui Allah saat menerapkan iman, mempraktikkan sikap tunduk, berserah
dalam doa, dan hidup taat pada-Nya.
Apa
arti memercayai-Nya? Percaya berarti tidak bersandar pada pengertian sendiri (Amsal
3:5). Seorang anak berusia dua tahun tidak menyadari betapa bijaksana kedua
orangtuanya. Ia mungkin merasa tahu cara menggunakan kompor di dapur. Ia
mungkin bertanya-tanya mengapa ayah dan ibunya tidak mengizinkannya menentukan
jam tidur sendiri. Padahal, sesungguhnya orangtua anak itu memang "tahu
lebih banyak". Ketika anak itu bertambah besar, ia akan menjadi bijak bila
mengikuti nasihat mereka.
Pimpinan-Nya
hanya diberikan kepada orang yang berkomitmen untuk melakukan apa yang
dikehendaki Allah. — Lewis Sperry Chafer
Raja
Daud menyadari nilai dari percaya kepada Allah saat menulis, "Tuhan adalah
gembalaku" (Mazmur 23:1). Seperti domba menggantungkan hidup dan
keselamatannya pada sang gembala, Daud pun menggantungkan hidupnya di tangan
Allah. Daud tahu bahwa bila ia mengikut seperti seekor domba, Tuhan akan
memimpinnya bagai seorang gembala.
Apa
yang dimaksud dengan takluk? Kita dapat memakai
kata-kata rendah hati, hormat, atau takut untuk menggambarkan sikap yang harus
kita miliki bila ingin meyakini bahwa Allah menuntun kita dalam mengambil
keputusan. Amsal 1:7 berbunyi, "Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Mazmur 25:9
mengatakan, "Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan
Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." Orang-orang
yang mau diajar akan belajar menyenangkan Allah dalam setiap keputusan yang
diambilnya.
Ketundukan
juga ditunjukkan melalui kerelaan menyangkal diri demi keinginan Allah. Roma
12:1,2 menyatakan:
Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu,
supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang
hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah
ibadahmu
yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia
ini,
tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat
membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada
Allah dan yang sempurna.
"Pengorbanan"
merupakan hasil nyata dari hati yang tunduk kepada Allah. Orang percaya yang
takut kepada Allah akan mengakui ketuhanan-Nya dalam segala aspek kehidupan dan
tidak lagi mementingkan diri sendiri. Akal budi yang "dibarui"
berpikir selaras dengan Allah mengenai kehidupan yang benar. Pembaruan semacam
ini terjadi bila orang percaya mengisi akal budinya dengan kebenaran Firman
Allah. Hasilnya membuktikan bahwa jalan Allah adalah yang terbaik.
Bagaimana
doa dapat menolong? Orang percaya yang bersandar dan tunduk
kepada Allah menyadari kebutuhannya akan pertolongan ilahi dalam mengambil
keputusan. Rasul Yakobus, ketika berbicara mengenai cara mengatasi kesulitan
dan pencobaan, berkata demikian:
Tetapi
apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah
ia
memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang
dengan
murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit, maka hal itu
akan
diberikan kepadanya (1:5).
Yakobus
menyadari bahwa tidaklah mudah mengetahui apa yang harus dilakukan saat keadaan
memburuk. Padahal dalam situasi demikian kerap kali keputusan harus diambil.
Karena itu ia menjelaskan bahwa kita harus meminta hikmat yang kita butuhkan
kepada Allah. Secara lebih luas, Yakobus 1:5 menjanjikan bahwa Allah
akan menolong setiap orang yang meminta kepada-Nya.
Keengganan
meminta tuntunan Allah dapat menjadi pertanda kesombongan. Meskipun kita merasa
percaya diri, sesungguhnya Allah tahu lebih banyak. Bahaya dari tidak bertanya
kepada Allah digambarkan dalam Yosua 9. Ketika bangsa Israel sedang
berusaha menaklukkan tanah Kanaan, orang Gibeon mencoba menipu orang Israel
dengan membuat perjanjian damai. Bangsa Israel pun terburu-buru mengambil
keputusan, tanpa bertanya dulu kepada Allah. Ayat 14 menyatakan bahwa orang
Israel "tidak meminta keputusan Tuhan". Mereka merasa tak perlu
menanyakan sesuatu yang tampak masuk akal — namun mereka salah. Akhirnya mereka
membuat perjanjian dengan orang-orang yang Tuhan perintahkan untuk dibunuh.
Jangan
berharap Allah akan menyatakan kehendak-Nya kepada Anda minggu depan sebelum
Anda melakukan kehendak-Nya hari ini. — Alan Redpath
Sebuah
contoh mengenai peran doa dalam mencari kehendak Allah terdapat dalam Kolose.
Rasul Paulus berdoa bagi jemaat di Kolose, memohon agar mereka "menerima
segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan
sempurna, sehingga hidup mereka layak di hadapanNya serta berkenan
kepada-Nya dalam segala hal, dan mereka memberi buah dalam segala pekerjaan
yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar akan Allah" (Kolose
1:9,10).
Allah
benar-benar menyatakan kehendak-Nya kepada kita. Melalui firman dan Roh Kudus
yang berdiam di dalam kita, kita memiliki semua sumber yang dibutuhkan. Tetapi
pertama-tama kita harus berdoa.
Bagaimana
jika tidak melakukan yang seharusnya? Mengapa Allah harus memberi
tuntunan kepada seseorang pada situasi tertentu dalam hidupnya jika orang itu
menunjukkan kesombongan atau meremehkan Allah dalam aspek hidup yang lain?
Masalah utamanya adalah apakah kita sedang hidup dalam ketaatan pada keinginan
Allah yang seharusnya kita lakukan atau tidak. Mengapa kita berharap Allah
menunjukkan — melalui situasi, orang-orang, atau pekerjaan Roh Kudus dalam diri
kita apa yang Dia ingin kita lakukan, jika kita tidak benar-benar ingin
menaatiNya?
Ingatlah
Yunus. Dengan jelas Allah memerintahnya untuk ke Niniwe, tetapi ia malah lari
ke arah lain. Apakah Anda berharap Allah memberi petunjuk mengenai pilihan
karier yang baru kepada Yunus? Saya meragukannya.
Apa
yang dapat diharapkan bila kita mengakui-Nya? Dengan yakin kita
dapat berharap Allah menepati janji-Nya untuk menolong kita. Dia akan
memberikan segala sesuatu yang kita butuhkan untuk mengetahui apa yang harus
dilakukan. Ini tidak berarti Allah akan mendikte kita karena Dia telah
memberikan prinsip-prinsip alkitabiah untuk digunakan dalam mengambil
keputusan. Atau mungkin Dia mengharapkan kita menggunakan kemampuan berpikir
sebagai pedoman dalam memilih jalan yang mendukung tuntunanNya secara umum.
Dalam kasus apa pun, kita dapat berharap Allah memberi petunjuk yang kita
butuhkan. Dia menguasai seluruh kehidupan (Efesus 1:11). Jika kita
mencari kehendak-Nya, Dia akan melaksanakan rencanaNya melalui kita (Filipi
2:13).
Sekalipun
kita tidak mengakui-Nya pada masa lalu, kita dapat memenuhi kehendak Nya kini
dan esok bila kita mulai belajar mengakui-Nya dalam hidup kita.
Apa
yang dikerjakan Roh Kudus bagi kita? Yesus berjanji bahwa Roh
Kudus akan tinggal dalam diri setiap orang percaya (Yohanes 14:15-18;
16:7-15). Namun apa yang Roh Kudus lakukan untuk memimpin kita dalam
mengambil keputusan? Peran utama-Nya adalah menolong kita memahami apa yang
telah Dia nyatakan dalam Alkitab (lihat 1Kor 2:6-16).
Perjanjian
Baru menyajikan beberapa contoh mengenai cara kerja Roh Kudus melalui perasaan
di dalam diri manusia (Kis 8:29; 11:28; 13:2; 21:11; 1Korintus 14:30).
Bagaimanapun juga, sebuah peringatan amatlah dibutuhkan. Perasaan dapat menipu.
Dan perasaan dapat muncul dari sumber-sumber yang meragukan: keinginan kita
yang egois, beban mental di masa lalu, atau bahkan tipuan setan. Karena itu,
kita tidak dapat bersandar penuh pada tuntunan perasaan yang subjektif. Itulah
sebabnya sangat penting mencari prinsip-prinsip alkitabiah yang dapat dipakai
Roh Kudus untuk memberi petunjuk yang tidak mungkin salah kepada kita.
Pikirkan
lebih lanjut. Sudahkah Anda mengakui Tuhan dalam setiap aspek kehidupan?
Mengapa kita bersikap munafik dengan meminta tuntunan Allah dalam mengambil
suatu keputusan penting, jika Anda sedang mengabaikan perintah-perintah-Nya
yang lain? Jika di masa lalu Anda belum berdoa sebagaimana seharusnya, kini
mulailah berbicara kepada Allah dan meminta hikmat dari-Nya.
UNDERSTAND
Pahami Prinsip-prinsip-Nya
Jika
Anda tidak tahu bagaimana bermain monopoli, bagaimana Anda mempelajarinya? Anda
dapat meminta penjelasan dari seseorang atau belajar langsung dari buku panduan
karena peraturan permainannya dapat disalah mengerti atau diabaikan pemain
lain. Ya, jalan terakhir selalu kembali pada buku panduan, yang ditulis oleh
pembuat permainan itu.
Tetapi
bagaimana dengan sesuatu yang jauh lebih rumit — seperti kehidupan itu sendiri?
Sebagai pencipta kehidupan, Allah telah menetapkan bagaimana kita harus
"bermain". Dan kita tidak diizinkan membuat peraturan sendiri yang
disesuaikan dengan keinginan kita. Dalam kehidupan, buku panduannya adalah
Alkitab, dan buku ini telah mencakup semua masalah penting. Alkitab berisi
segala sesuatu yang perlu kita ketahui mengenai pemikiran dan kehidupan yang
benar (lihat 2Tim 3:16,17). Namun Alkitab tidak membahas secara langsung
hal-hal yang timbul tatkala kita menghadapi situasi rumit. Lalu apa yang harus
kita lakukan? Kita harus memahami
(a)
apa yang diungkap Alkitab dengan jelas, dan
(b)
bagaimana prinsip-prinsip Alkitab dapat diterapkan untuk memberi tuntunan atas
semua situasi dalam kehidupan. Tetapi kita harus hati-hati agar tidak
menyalahgunakan firman Allah.
Bagaimana
Alkitab disalahgunakan? Ada cerita klasik mengenai
penyalahgunaan Alkitab untuk mendapatkan tuntunan. Cerita itu mengenai seorang
pemuda yang menggunakan metode "buka dan tunjuk" dalam membaca
Alkitab. Suatu hari, saat ia bertanya-tanya apa yang harus dilakukan dalam
hidup, ia membuka Alkitab dan menunjuk pada Matius 27:5. Di sana
tertulis, "Yudas pergi dari situ dan menggantung diri." Ia
berpikir mungkin ia harus mencobanya sekali lagi. Karena itu, ia membuka dan
menunjuk Alkitabnya, kali ini pada Lukas 10:37, "Pergilah dan perbuatlah
demikian." Ia mencoba sekali lagi dan tiba pada Yohanes 13:27,
"Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera." Kita mungkin
menertawakan cerita ini, tetapi kerap kali kita pun memperlakukan Alkitab
dengan cara serupa. Bagaimanapun, Alkitab bukanlah alat ramal kristiani.
Kebanyakan
penyalahgunaan Alkitab yang terjadi termasuk dalam kategori umum, yakni
pencomotan ayat-ayat di luar konteks. Apa pun bentuknya, baik membuka dan
menunjuk, memberlakukan pesan yang diperuntukkan bagi orang lain pada diri
sendiri, atau yang lebih sederhana "menambah" pesan yang sebenarnya
tidak ada, masalahnya tetap sama — penyalahgunaan firman Allah.
Apa
yang diungkap Alkitab dengan jelas? Terlalu sering kita
bertindak salah karena tidak memerhatikan apa yang dikatakan Alkitab mengenai
suatu masalah. Misalnya, Anda tidak perlu bertanya-tanya apakah Allah ingin
Anda menceraikan suami atau istri untuk menikahi orang lain yang lebih menarik.
Yesus mengatakan bahwa pernikahan adalah perjanjian seumur hidup (Matius
19:6).
Allah
telah menyatakan segala sesuatu yang perlu kita ketahui. Umat Allah dalam
Perjanjian Lama diberitahukan, "Hal-hal yang tersembunyi ialah bagi TUHAN,
Allah kita, tetapi hal-hal yang dinyatakan ialah bagi kita dan bagi anak-anak
kita sampai selama-lamanya, supaya kita melakukan segala perkataan hukum Taurat
ini" (Ulangan 29:29). Bangsa Israel tak seharusnya menghabiskan
waktu untuk mencoba menemukan rahasia Allah mengenai rencana masa depan dan
tujuan-Nya di dunia, mereka hanya bertanggung jawab menaati apa yang telah
Allah nyatakan dengan jelas. Kebenaran yang sama dapat diterapkan pada kita.
Kita tidak dapat mengetahui atau memahami segala sesuatu yang sedang Allah
kerjakan di dunia ini. Namun kita dapat memahami tanggung jawab kita terhadap-Nya.
Kewajiban-kewajiban itu dinyatakan dalam firman Allah.
Alkitab
dengan jelas meminta kita untuk:
menyembah
Allah, bukan ilah-ilah (Keluaran 20:3,4);
menghormati
orangtua (Efesus 6:1-3);
tidak
membunuh (Keluaran 20:13);
tidak
berzina (Ibrani 13:4);
tidak
berdusta (Keluaran 20:16; Efesus 4:15,25);
tidak
mengingini (Keluaran 20:17; Roma 7:7,8);
tidak
menuruti hawa nafsu (Matius 5:27,28);
mengampuni
orang lain (Mrk 11:25; Efesus 4:32);
mengasihi
Allah dan sesama (Mrk 12:28-31);
menjadi
kudus (1Petrus 1:16);
tidak
menikahi orang yang tidak seiman (1Kor 7:39; 2Korintus 6:14);
menolong
sesama yang membutuhkan (1Yohanes 3:16-19);
tidak
mencari keadilan pada orang-orang yang tidak beriman (1Kor 6:1-8);
tidak
mencuri (Efesus 4:28);
segera
berbaikan dengan orang yang bertengkar dengan Anda (Matius 5:23,24); dan
mengatakan
yang sebenarnya (Amsal 12:22).
Daftar
ini dapat diperpanjang, tetapi intinya adalah: Alkitab penuh dengan perintah
Allah yang jelas, yang menawarkan petunjuk bagi sebagian besar keputusan dalam
hidup. Semakin kita mengenal firman Allah yang tertulis, semakin cepat kita
mengetahui kehendak-Nya bagi kita.
Efesus
5:17 menyatakan, "Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi
usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." Kehendak Tuhan sudah
jelas, seperti dinyatakan Paulus dalam ayat-ayat sebelumnya: "Karena itu,
perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang
bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena
hari-hari ini adalah jahat" (ayat 15,16). Kehendak Allah atas hidup kita
telah jelas, yakni hidup dan taat kepada-Nya dalam segala hal. Kita tidak boleh
hidup seperti orang-orang belum percaya, tetapi sebagai anak-anak Allah yang
menaati perintah-perintah-Nya untuk hidup kudus (Efesus 4:17-5:17).
Kehendak
Allah ditemukan dalam firman Allah. Semakin dewasa seseorang, maka ia pun
semakin dapat berpikir secara naluri dan sesuai kebiasaannya, berdasarkan
perspektif ilahi. — Howard Hendricks
Bagaimana
bila masalahnya tidak sejelas itu? Banyak aspek kehidupan
tidak disebutkan dengan jelas dalam firman Allah. Alkitab tidak memberi tahu
acara televisi apa saja yang boleh kita tonton. Alkitab juga tidak memberi tahu
jenis musik apa yang boleh kita dengar. Alkitab juga tidak memberi tahu apa
yang harus kita lakukan di malam minggu. Tak ada perintah khusus yang berbunyi
"Jangan membeli lotere." Jika Anda mencari tuntunan untuk membeli
roti isi keju atau selai, Alkitab memang tidak berbicara apa-apa. Dan Alkitab
tidak memberi tahu kita secara khusus tentang cara membelanjakan uang. Namun,
tidak berarti kita dibiarkan memutuskan sendiri. Terhadap aspek-aspek seperti
ini, Allah memberikan prinsip-prinsip umum. Sebagai contoh, Alkitab menyatakan:
jangan
ingin cepat kaya (Amsal 28:22);
simpanlah
harta di surga (Matius 6:20);
jangan
mengikuti dunia (Roma 12:1,2);
patuhlah
kepada pemerintah (Roma 13:1-4);
memilih
yang terbaik (Filipi 4:8);
bekerjalah
untuk Allah, bukan untuk majikan (Kolose 3:23);
bersikaplah
setia (1Kor 4:2);
jangan
diperhamba (1Kor 6:12);
perlakukanlah
tubuh Anda sebagai bait Allah (1Kor 6:19,20);
muliakanlah
Allah dalam segala hal (1Kor 10:31);
hiduplah
oleh kasih karunia, bukan karena melakukan hukum Taurat (Galatia 5:1-6);
jangan
memberi kesempatan kepada Iblis (Efesus 4:27);
gunakan
lidah untuk membangun (Efesus 4:29);
dahulukan
kepentingan orang lain (Filipi 2:3,4); dan
giatlah
bekerja (1Tesalonika 4:11,12).
Ini
baru sebagian dari prinsip yang ada dalam firman Allah. Dengan belajar sendiri
atau belajar dari pengajar-pengajar Alkitab yang berkompeten, kita akan
menemukan begitu banyak prinsip Alkitab yang harus kita terapkan dalam hidup.
Pikirkan
lebih lanjut. Kemukakan beberapa contoh lain mengenai perintah dan prinsip
Allah yang jelas. Petunjuk Alkitab mana yang secara khusus telah Anda terapkan
minggu ini? Apakah Anda "mengisi" pikiran dengan firman Allah? Jika
Anda belum melakukannya, sediakan waktu setiap hari untuk menemukan petunjuk
dari Alkitab.
INVESTIGATE
Teliti Pilihan-pilihan Anda
Bayangkanlah
Anda sedang asyik berenang di laut ketika tiba-tiba melihat sirip ikan hiu
bergerak menuju Anda. Anda punya beberapa pilihan. Anda dapat mengabaikannya.
Atau berenang ke arah hiu itu dan mencoba membunuhnya dengan tangan kosong.
Atau berenang ke pantai dengan perlahan agar tidak menarik perhatiannya. Atau
mencoba menjinakkan ikan itu dan menjadi sahabatnya. Jelas bahwa beberapa
pilihan di atas tidaklah bijaksana. Mencoba membunuh, menjadi sahabat, atau
mengabaikan keberadaan ikan itu mungkin tidak akan berhasil. Pilihan terbaik
adalah menuju pantai secepatnya tanpa mengundang perhatiannya.
Tentu
saja dalam situasi seperti itu Anda tidak akan membuang waktu dengan membuat
daftar tindakan, apalagi pilihan-pilihan yang mustahil. Namun Anda akan segera
menyadari situasi dan mencari cara meloloskan diri atas dasar pengetahuan yang
Anda miliki mengenai ikan hiu.
Mengenali
berbagai alternatif yang dapat Anda ambil sangatlah penting dalam pengambilan
keputusan. Meskipun pilihan pertama yang Anda temukan mungkin tampak benar.
Alternatif lain juga harus dipertimbangkan. Pertimbangan pertama tidak selalu
memberikan gambaran yang tepat (Amsal 18:17).
Apa
konsekuensi dari setiap alternatif? Menginventaris pilihan yang
dapat diambil tidaklah cukup. Kita juga harus mempertimbangkan akibat yang
mungkin timbul dari setiap tindakan. Jika masalahnya adalah ikan hiu yang
mendekat, akibat dari setiap alternatif akan membantu Anda mengambil keputusan.
Dalam masalah lain, seperti memilih perguruan tinggi atau pekerjaan, akan
sangat menolong bila kita dapat menuliskan akibat dari setiap pilihan. Sebagai
contoh, jika memilih suatu pekerjaan berarti harus terpisah dari keluarga dan
teman-teman atau penurunan gaji yang drastis, hal-hal tersebut mungkin menjadi
alasan yang tepat untuk mencari lowongan kerja lain. Dan jangan lupa
mempertimbangkan dampak rohani dari keputusan Anda terhadap diri sendiri dan
orang-orang di sekitar Anda.
Bagaimana
Allah memakai pikiran kita? Mungkin terdengar tidak rohani bila
Anda mengatakan memilih pekerjaan "A". karena alasan gengsi dan
materi dibandingkan dengan mengatakan "Tuhan memimpin saya" pada
pekerjaan "A". Namun pertimbangan itu mungkin saja benar — dan tidak
lancang. Allah kerap kali memimpin kita melalui penggunaan pertimbangan yang
baik. Bagaimanapun, Dia sudah memberi otak dan menyediakan banyak informasi
untuk kita. Jika Anda telah memiliki informasi di tangan, mengapa Allah harus
menjatuhkan rambu dari langit?
Misalnya,
saat Anda mencoba memutuskan jenis sepatu yang akan dibeli, Allah ingin Anda
menggunakan otak. Tidaklah bijaksana menghamburkan uang untuk sepatu yang mahal
atau membeli sepatu dengan warna mencolok yang tidak akan pernah Anda pakai.
Anda bijaksana bila memilih sepatu yang nyaman, tahan lama, dan tidak mahal.
Sebuah
contoh Alkitab mengenai hal ini dapat ditemukan dalam kehidupan jemaat
mula-mula. Dalam Kis 6:2-4, Lukas menceritakan keputusan para rasul yang
bijaksana untuk mencari bantuan dalam hal pembagian makanan saat tugas ini
membuat mereka melalaikan pelayanan yang diberikan Kristus. Memang masuk akal
memilih orang-orang kudus yang mampu menanggung beban pekerjaan ini.
Allah
memberikan banyak tuntunan kepada Anda saat Dia memberi Anda pikiran. — Dawson
Trotman
Dalam
1Kor 2, Rasul Paulus berbicara tentang bagaimana Roh Allah bekerja dalam
pikiran orang percaya untuk memberi kemampuan memahami kebenaran-kebenaran
Allah. Dalam ayat 16, Paulus berbicara sebagai orang percaya, "Tetapi kami
memiliki pikiran Kristus." Roh Kudus membimbing kita untuk memahami
Alkitab. Selain itu Dia juga mengubah perilaku dan pikiran kita menjadi semakin
serupa dengan Kristus. Yakinlah, jika kita taat dan bergantung kepada-Nya, Roh
Allah akan menolong kita, termasuk memberi pemikiran yang selaras dengan firman
Allah, mengenai keputusan-keputusan dalam hidup.
Jadi,
pertimbangan yang baik adalah alat yang Allah harapkan untuk kita gunakan dalam
mengambil keputusan, baik sederhana maupun kompleks. Jika dipadukan dengan
ketergantungan kepada Tuhan setiap hari, kemampuan bernalar yang Allah berikan
dapat menjadi panduan yang sangat berguna bagi kita untuk memilih berbagai
alternatif.
Aspek
khusus apa yang Anda alami? Tak ada dua orang yang sama, demikian
pula dengan situasi saat kita harus membuat keputusan. Tentu saja dalam aspek
hidup yang disebutkan secara langsung dalam Alkitab, siapa diri Anda tidak
menjadi masalah. Pilihan yang tepat adalah selalu taat pada Alkitab. Namun
dalam aspek hidup yang tak disebutkan dengan jelas, dan bila prinsip-prinsip
yang ada tampak sulit diterapkan, dibutuhkan pendekatan yang berbeda. Dalam
situasi seperti ini, sangatlah penting membuat daftar pilihan dan alternatif
serta mencatat aspek khusus. Misalnya, Joe dapat memutuskan untuk melamar
Marianne menjadi istrinya, tetapi bukan berarti Bob juga kurus begitu. Jika
Fred menganggap kota A adalah tempat terbaik baginya untuk kuliah, tidak
berarti itu juga berlaku bagi Sam atau Sandra. Jika seorang kristiani dewasa
yang Anda hormati beribadah di gereja tertentu, tidak berarti Anda juga harus
ke gereja itu.
Setiap
orang berbeda. Jika kita gagal mengenali perbedaan tersebut, kita akan
mengambil keputusan berdasarkan apa yang dilakukan orang lain, bukan atas dasar
apa yang bijaksana untuk kita lakukan.
Apakah
kemampuan, karunia, talenta, dan kelemahan Anda? Jika
Anda belum pernah belajar mengetik, apakah bijaksana untuk melamar pekerjaan
sebagai juru ketik? Jika Anda belum bisa menyetir dengan baik, apakah Anda
menerima saran untuk melamar sebagai sopir? Jika Anda gugup berbicara di depan
umum, apakah sesuai jika Anda menjadi juru kampanye? Jika Anda tidak dapat
membedakan kunci sekrup dan alat pengaduk, apakah bijaksana jika Anda melamar
sebagai montir? Jika Anda bermasalah dengan berat badan dan sulit menolak
godaan cokelat, haruskah Anda menerima pekerjaan di perusahaan cokelat yang
membolehkan para karyawannya memakan cokelat sesukanya? Atau jika Anda tidak
suka mengajarkan Alkitab atau konseling, haruskah Anda mengejar jabatan
pendeta?
Jawaban
terhadap semua pertanyaan ini adalah tidak. Yang logis adalah Allah ingin Anda
melakukan sesuatu dengan apa yang telah Dia perlengkapi dan persiapkan dalam
diri Anda. Sebagai contoh, seseorang yang tidak memenuhi persyaratan dalam 1Tim
3:1-7 dan Titus 1:6-9 serta tidak menunjukkan bukti bahwa ia telah
diperlengkapi secara rohani oleh Allah untuk menjadi pendeta pengajar (Efesus
4:11), tak seharusnya memaksakan diri dan menganggap Allah ingin ia menjadi
seorang pendeta. Dalam setiap kesempatan yang Anda jumpai, nilailah kemampuan,
minat, dan bahkan kelemahan Anda, supaya didapat informasi yang akurat untuk
memutuskan apa yang Allah ingin Anda lakukan.
Pikirkan
lebih lanjut. Evaluasilah suatu keputusan penting yang telah Anda ambil.
Daftarkan setiap alternatif dan akibatnya. Apakah keputusan Anda melanggar
prinsip-prinsip Alkitab? Apakah keputusan itu tidak berdasarkan pada
pertimbangan yang baik? Alternatif mana yang berdampak positif terhadap
kerohanian Anda? Pilihan mana yang seharusnya Anda ambil? Mengapa?
DISCUSS
Diskusikan Dengan Orang Lain Berkendaraan di daerah yang
tak dikenal dapat membuat kita bingung. Namun pengalaman ini dapat menantang
ego seseorang dan menguji ikatan pernikahan atau persahabatan. Banyak pengemudi
(termasuk saya) tidak suka berhenti dan meminta bantuan — bahkan bila hal ini
benar-benar dibutuhkan. Kerap kali orang yang menyertai (istri, suami, atau
sahabat) harus memohon untuk berhenti agar dapat bertanya kepada seseorang.
Banyak kebingungan, perjalanan yang tak perlu, dan ketegangan hubungan dapat dihindari
jika sang pengemudi rela mengikuti nasihat dan meminta bantuan. Hal yang sama
juga berlaku secara rohani.
Mengapa
perlu mendengarkan orang lain? Jawabannya sudah jelas,
tetapi acap kali kita gagal melakukannya. Baik karena harga diri yang terlalu
tinggi, terlalu percaya diri, takut menerima nasihat, maupun sekadar tidak
mampu memahami kebijakan orang lain, kita dengan bodoh tidak mau menanyakan
arah. Akibatnya, kita menderita sendiri. Kita dapat belajar banyak hal bila
rela mendengarkan orang lain.
Apa
yang dapat dipelajari dari orang lain? Orang yang baru pertama
kali memiliki rumah sendiri biasanya khawatir untuk memutuskan rumah mana yang
akan dibeli. Berapa harga yang cocok dan bagaimana membayarnya? Membeli rumah
hanya berdasarkan apa yang tertera pada iklan di surat kabar, atau tanpa
meminta nasihat para ahli di kantor penjualan, bukanlah tindakan yang tepat.
Dalam situasi seperti ini, nasihat orang lain sangat berharga.
Janganlah
menjadi petualang rohani tunggal; bila Anda merasa melihat kehendak Allah,
ujilah persepsi Anda. Gunakan hikmat dari orang-orang yang lebih bijaksana dari
Anda. Mintalah nasihat. — J.I. Packer
Dalam
Amsal 12:15, Salomo berkata, "Jalan orang bodoh lurus dalam
anggapannya sendiri, tetapi siapa mendengarkan nasihat, ia bijak." Orang
lain dapat melihat apa yang tidak kita lihat dan bersikap lebih objektif dalam
menilai hal-hal yang menurut kita baik. Mereka dapat menunjukkan kesalahan
dalam pendapat kita dan memberi pertimbangan yang berharga.
Haruskah
semua nasihat yang diberikan ditaati? Tentu saja tidak. Nasihat manusia
bukanlah perintah Allah. Beberapa nasihat lebih baik dari yang lain. Sebagian
orang yang memberi nasihat lebih berpengetahuan. Dan jika sebagian besar orang
menasihatkan tindakan tertentu, belum tentu hal itu telah cukup beralasan untuk
dituruti. Kita mungkin saja menerima nasihat yang berlawanan dengan pendapat
umum. Karena itu, kita harus memutuskan pendapat siapa yang patut didengarkan.
Siapa
yang harus didengarkan? Jika Anda ingin tahu bagaimana cara mengemudikan kapal
selam, tidaklah masuk akal jika Anda bertanya pada seseorang yang belum pernah
melihat kapal selam. Dan jika Anda sedang bergumul memilih teman hidup, Anda
tidak akan bertanya pada seseorang yang telah bercerai sepuluh kali. Kita perlu
mencari orang-orang yang memiliki informasi yang dapat dipercaya. Selain itu,
kita juga butuh konsultasi yang benar dari orang-orang yang hidup selaras
dengan Allah, yang peka terhadap perkara-perkara rohani, dan tahu bagaimana
menerapkan hikmat Tuhan dalam berbagai aspek hidup. Dua ayat pertama dalam Mazmur
1 mengingatkan kita akan kebutuhan nasihat yang tepat.
Berbahagialah
orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang
tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk
dalam
kumpulan pemcemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat
TUHAN,
dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Rehabeam
adalah cucu Daud, raja Israel yang terbesar. Seharusnya ia telah belajar dari
kakeknya kepada siapa ia harus meminta nasihat. Ketika ayahnya, yakni Salomo,
meninggal, Rehabeam menjadi raja Israel. Tetapi bukannya mengikuti nasihat yang
bijaksana dari teman-teman ayahnya yang telah dewasa dan berpengalaman, ia malah
mengikuti nasihat orang-orang sebayanya yang kurang mendapat hikmat dari
orangtua (2Tawarikh 10). Akibatnya, Rehabeam kehilangan sebagian besar
kerajaannya. Ia membuat kesalahan karena mencari orang yang setuju dengannya,
bukan mendengarkan hikmat. Orang-orang pada zaman ini pun terus melakukan
kesalahan yang sama.
Jika
kita mencari nasihat, kita harus melakukannya dengan keterbukaan untuk
dikoreksi atau memikirkan kembali pilihan itu sejak awal. Tidak banyak gunanya
meminta nasihat bila keputusan kita sudah mantap.
Pikirkan
lebih lanjut. Mengapa mendasarkan keputusan pada suara terbanyak adalah
tindakan yang berbahaya? Sudahkah Anda memanfaatkan nasihat bijaksana di masa
lalu? Apakah Anda menerima nasihat dengan baik? Mengapa sebaiknya Anda
melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum meminta pendapat orang lain?
EXPRESS
Nyatakan Kebebasan Anda Haruskah Anda bergumul berat dengan
masalah mengenakan kaus kaki merah atau biru? Perlukah mendoakan hal ini,
mencari pandangan Alkitab mengenai warna, dan meminta nasihat pendeta? Jika
Anda menjawab ya, maka hidup Anda pasti sangat menyedihkan! Allah tidak
bermaksud membuat kita tertekan dalam kekhawatiran setiap kali harus membuat
pilihan.
Sebebas
apakah kita? Allah memberi kita kebebasan untuk menggunakan otak guna
memutuskan apa yang harus dilakukan. Lihat saja bagaimana Allah menempatkan
Adam di Taman Eden dan memerintahkannya untuk menamai binatang-binatang (Kejadian
2:19,20). Apakah Adam menjadi bingung dan berkata, "Tuhan, saya ingin
memastikan apakah saya sudah menamai binatang-binatang itu sesuai kehendak
Tuhan"? Tidak, Allah memberi kebebasan kepada Adam untuk memilih nama-nama
yang disenanginya, dan hal itu baik bagi Allah.
Contoh
lain dari Kejadian 2 adalah pilihan Adam atas makanan. Allah telah
menyatakan bahwa Adam boleh makan dari setiap pohon yang ia inginkan, kecuali
satu. Hal ini memberi kebebasan yang luas kepada Adam — walaupun kemudian ia
dan Hawa terlalu bebas sehingga tidak menaati Allah. Di sinilah kuncinya.
Kebebasan yang Allah berikan mencakup keputusan-keputusan yang tidak disebutkan
oleh peraturan dan prinsip Allah.
Sebagai
contoh, di laut seekor ikan bebas berenang ke mana pun ia ingin mengepakkan
sirip. Tetapi bila ia memilih berenang ke darat, keputusan itu akan berakibat
fatal. Sebagai manusia, kita memiliki kebebasan untuk memilih di antara banyak
hal yang baik, sesuai standar dan hikmat Allah. Namun, sekali kita
"melompat keluar," kita membuat kesalahan besar.
Bagaimana
hal ini diterapkan dalam kehidupan nyata? Apakah saya
melanggar prinsip Alkitab bila membeli mobil A dan bukan B? Ya, bila saya
menginjak-injak perasaan istri dalam keputusan ini (melanggar prinsip Efesus
5:25-33), atau jika keputusan ini berakibat anak-anak saya kelaparan karena
angsuran yang harus saya bayar terlalu tinggi (melanggar prinsip 1Tim 5:8).
Di sisi lain, memilih mobil dapat menjadi tindakan bebas tanpa melanggar
prinsip Alkitab. Ada beberapa kemungkinan untuk menentukan pilihan yang tepat,
yang memenuhi standar Allah dan mencerminkan penggunaan kemampuan mental yang
Allah berikan secara bijaksana.
Jika
ragu, apakah bijaksana bila menunggu? Jika antre di rumah makan
siap saji dan ragu dalam memilih menu, keputusan Anda tidak akan mengubah
hidup. Tetapi bila pelayan bertanya, "Anda mau pesan apa?" Anda harus
mengambil keputusan atau keluar dari antrean. Sangatlah menggelikan bila kita
menderita akibat pergumulan seperti ini. Namun bagaimana dengan
keputusan-keputusan yang lebih besar, seperti melamar calon istri, memilih
pekerjaan, menjalani pembedahan yang berisiko tinggi, atau merawat tetangga
yang tidak dapat disembuhkan? Terkadang lebih bijaksana untuk menunggu bila
Anda masih punya waktu atau bila dengan menunggu Anda akan mendapat tambahan
informasi yang berharga atau dapat mempertimbangkan dengan lebih baik.
Terburu-buru bukanlah hal yang menguntungkan (lihat Amsal 21:5).
Alkitab
tidak menyediakan peta bagi kehidupan, tetapi sebuah kompas. — Haddon Robinson
Jika
kita merasa sangat tidak sejahtera atas suatu keputusan, kita harus menyediakan
waktu untuk mengevaluasi perasaan tersebut. Dalam beberapa kasus, kurangnya
damai sejahtera dapat menjadi petunjuk bahwa pilihan kita "tidak sesuai
dengan iman kita" dan merupakan pelanggaran terhadap hati nurani (Roma
14:23). Sebaliknya hal ini juga dapat menunjukkan bahwa kita belum
benar-benar meyakini pemeliharaan Allah (Filipi 4:7).
Kita
harus ingat bahwa walaupun Allah dapat menggunakan perasaan untuk menuntun
kita, apa yang kita "rasakan" mungkin juga hanya tekanan emosi, bukan
pernyataan Roh Allah. Dan waspadalah terhadap kelumpuhan analisis, yakni
ketidakmampuan untuk mengambil keputusan yang biasanya menyerang orang yang
suka menunda atau terus-menerus ragu. Mereka terus merasa bahwa masih ada
keterangan lain yang harus dicari agar mereka dapat mengetahui kehendak Allah.
Bolehkah
melempar koin? Dalam beberapa kasus, ya. Apakah kedengarannya kurang rohani?
Tidak, jika Anda telah mengakui Tuhan, mencari prinsip-prinsip dalam firmanNya,
menggunakan pertimbangan, dan mendengarkan nasihat yang baik. Namun pilihan ini
(memilih menurut kehendak hati) harus menempati posisi terakhir, dan hanya
diizinkan bila Anda memilih di antara pilihan-pilihan yang baik.
Dalam
Amsal 16:33 Salomo berkata, "Undi dibuang di pangkuan, tetapi
setiap keputusannya berasal dari pada TUHAN." Membuang undi, menarik
jerami, atau melempar koin termasuk dalam kategori yang sama. Dalam Alkitab,
Allah juga bekerja melalui tindakan semacam ini untuk menyatakan apa yang ingin
Dia lakukan. Sebagai contoh:
Harun
membuang undi pada hari Raya Pendamaian untuk memilih kambing
jantan
yang akan dikorbankan (Imamat 16:8-10);
Nehemia
membuang undi untuk membagi tanggung jawab pekerjaan (Nehemia 10:34);
Salomo
mengatakan bahwa membuang undi dapat menghentikan perkelahian (Amsal 18:18);
Yunus
didapati sebagai penjahat ketika kapten kapal yang
ditumpanginya
membuang undi (Yunus 1:7); dan
Matias
dipilih sebagai rasul dengan undian ketika ada kebutuhan
untuk
mencari seorang pengganti (Kis 1:23-26).
Jika
informasi yang tersedia tidak memberi arah yang jelas sementara keputusan harus
segera diambil, gunakan kebebasan memilih yang Allah berikan. Atau, jika Anda
dibingungkan oleh ketidakpastian, lemparkan saja sebuah koin. Allah dapat
menggunakan pilihan mana pun untuk kemuliaan-Nya. Dia menguasai dan bekerja
dalam kehidupan orang yang sungguh-sungguh ingin menyenangkan hati-Nya,
Karena
Allah-lah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun
pekerjaan
menurut kerelaan-Nya (Filipi 2:13).
Pikirkan
lebih lanjut. Keputusan apa yang Anda buat setiap hari tanpa berdoa dan tanpa
berupaya untuk mengetahui apa yang harus dilakukan? Keputusan apa yang
menimbulkan kekhawatiran terbesar dan cenderung membingungkan Anda? Apakah
kebebasan yang Allah berikan telah Anda gunakan dengan tanggung jawab dan
kebergantungan kepada Tuhan?
Bagaimana
kebebasan kita dalam konteks yang lebih luas?
Kita perlu sadar bahwa kita memiliki kebebasan untuk memilih di antara segala
petunjuk yang Allah berikan untuk menolong kita mengenali kehendak-Nya. Dia
tidak meninggalkan kita begitu saja di hutan belantara tanpa kompas. Dia
menawarkan bantuan kepada semua orang yang mengakuiNya sebagai Tuhan. Dia
memberi kita panduan yang dapat dipercaya dalam firmanNya. Dia telah memberi kemampuan
berpikir rasional untuk menilai pilihan kita. Kita mendapatkan informasi lewat
nasihat orang-orang yang dapat kita percayai. Dan Dia memberi kebebasan memilih
saat keputusan itu tidak mendapat teguran atau larangan yang jelas dari-Nya.
Allah
mengasihi kita. Dia ingin kita hidup bagi-Nya. Jika kita ingin menghormati
Allah, yakinlah bahwa Dia tidak akan meninggalkan kita dalam gelap tatkala
ingin mengetahui apa yang dikehendaki-Nya. Bahkan sekalipun kita bodoh atau
tidak taat di masa lalu, kita dapat mengetahui dan melakukan apa yang Allah
ingin kita lakukan — hari ini dan besok.
Bagaimana
Mengetahui Kehendak Allah?
Jamahan
yang Lembut Oleh: Philip Yancey
Akhir-akhir
ini saya memikirkan beberapa kejadian penting yang saya alami, mencari-cari tuntunan
melalui rangkaian peristiwa hidup saya. Saya bukan hendak menjelaskan metode
lain, tetapi hanya memberikan ilustrasi mengenai jamahan lembut yang dapat
dipakai Allah untuk menuntun tanpa membuat kita bingung.
Saya
ingin mengatakan sesuatu. Bagi saya, suatu tuntunan baru tampak jelas bila saya
melihat ke belakang, berbulan-bulan dan bertahun-tahun sesudahnya. Di situ saya
melihat bagaimana proses yang berputar-putar itu berakhir dan campur tangan
Allah tampak nyata. Namun, saat mengambil keputusan saya benar-benar merasa
bingung dan tak pasti. Sungguh, hampir semua tuntunan Tuhan dalam hidup saya
tampak begitu lembut dan tak langsung.
Misalkan
pergumulan berat dalam karier. Saat bekerja di majalah Campus Life, saya
merasakan tarikan terus-menerus ke dua arah, tanpa dapat dipadukan. Satu
menarik saya ke arah manajemen, bisnis, pemasaran, pendanaan; lainnya ke arah
keredaksian dan penulisan. Setiap bidang memberikan kesempatan untuk melayani,
gaji yang sama, dan daya tarik serupa. Saya menikmati kedua tugas ini. Sebagian
besar penasihat mengarahkan saya pada tugas manajemen karena kebutuhan
organisasi. Saya terus berdoa, tetapi tidak pernah mendapat tuntunan yang
jelas.
Seiring
dengan berlalunya waktu, saya mulai mengalami suatu pergumulan: insomnia.
Secara eksternal, saya dapat mengatasi tekanan manajemen dengan baik dan dapat
tetap tampil dengan baik. Namun, saya sering terserang insomnia hebat sehingga
hanya bisa tidur 1-2 jam di malam hari. Setelah hampir satu tahun baru saya
memahami hal ini: Saya dapat tidur nyenyak bila mengerjakan tugas penulisan;
tetapi tidak bila menangani masalah manajemen. Selama beberapa bulan, saya
mencoba mengabaikan tanda-tanda ini, namun kondisi ini hampir menjadi bukti
yang menggelikan (jika insomnia dapat dianggap menggelikan).
Bagi
saya, suatu tuntunan baru tampak jelas bila saya melihat kebelakang,
berbulan-bulan dan bertahun-tahun sesudahnya.
Suatu
kali saya mengerjakan tugas menulis selama seminggu penuh, lalu seminggu
berikutnya di bidang manajemen. Dan benar, saya tidur seperti bayi (sejujurnya,
saya betul-betul pulas seperti bayi) selama mengerjakan tugas menulis dan
hampir tidak tidur selama mengurusi manajemen. Apakah hal ini merupakan
tuntunan ilahi? Saya bertanya-tanya. Saya pernah mendengar bagaimana Allah
berbicara melalui mimpi-tetapi melalui insomnia?
Keadaan
tidak pernah berubah, dan akhirnya saya menyimpulkan bahwa insomnia merupakan
bentuk tuntunan langsung bagi saya. Kini, bila saya merenungkannya kembali,
petunjuk itu tampak begitu langsung dan mengherankan.
Saya
juga teringat bagaimana berbagai situasi menuntun saya menulis beberapa buku.
Where Is God When It Hurts lahir akibat suatu penolakan. Pada tahun 1975, saya
memiliki ide yang saya anggap luar biasa untuk dibukukan. Saya baru menemukan
Devotions, karya John Donne; suatu perenungan dalam 23 bagian, yang ditulis
saat Donne terbaring karena penyakit yang tak dapat disembuhkan. Konsep itu
sangat indah, tetapi bahasa Inggris zaman King James membuat isinya tidak
dimengerti oleh banyak pembaca masa kini. Saya menyurati beberapa penerbit, dan
mengusul kan untuk merevisi Devotions seperti yang dilakukan Ken Taylor atas
Alkitab versi King James — menjadi Living Donne atau John Donne Redone. Saya
menghabiskan banyak waktu untuk membuat contoh dari usulan saya. Semua orang
menilai usulan itu baik sebagai latihan sastra, tetapi sangat sulit dipasarkan
sebagai buku kontemporer.
Atasan
saya saat itu memberi usul. "Masalahnya," katanya, "bukan hanya
bahasa, tetapi juga konteks dan Cara berpikir yang kuno. Mengapa kamu tidak
menulis sendiri buku mengenai penyakit dan penderitaan, dengan menggunakan
contoh-contoh modern?" Maka lahirlah Where Is God When It Hurts.
Ketika
mengadakan penelitian untuk menulis buku itu, saya "bertemu" Paul
Brand, seorang pakar dalam masalah penderitaan. Saya mengenalnya "secara
kebetulan," saat istri saya membersihkan lemari perbekalan di gudang
sebuah organisasi sosial kristiani.
"Ada
artikel mengenai penderitaan dalam laporan konferensi internasional yang kukira
akan kausukai," istri saya memberi tahu. Pandangan Dr. Brand yang unik
dalam laporan itu amat mempesona sehingga saya segera mengatur pertemuan
dengannya. Dalam percakapan, akhirnya saya mempelajari sebuah naskah berdebu
berisi beberapa perenungan yang disimpannya dalam laci selama 20 tahun. Naskah
itu menjadi cikal bakal buku Fearfully and Wonderfully Made.
Ketika
saya menoleh ke belakang, campur tangan Allah tampak jelas dalam semua
peristiwa itu dan dalam banyak peristiwa lainnya. Semuanya membentuk suatu pola.
Padahal saat peristiwa itu terjadi, tampaknya tak ada yang luar biasa: ide yang
ditolak, buku berlumut dari lemari perbekalan, kumpulan perenungan yang
diberikan seorang asing di India 20 tahun yang lalu.
Pola
seperti ini begitu sering terjadi (sebaliknya, tuntunan yang transparan bagi
masa depan sangat jarang) sehingga saya hampir menyimpulkan bahwa kita memiliki
kesalahan arah yang mendasar. Saya selalu menganggap bahwa tuntunan adalah
memandang ke depan. Kita terus berdoa, berharap, meyakini bahwa Allah akan
menyatakan apa yang harus kita lakukan. Berdasarkan, paling tidak, pengalaman
saya pribadi, saya menemukan bahwa arahnya kerap kali harus dibalik. Saya harus
berfokus pada waktu di depan saya, waktu sekarang. Bagaimana hubungan saya
dengan Allah? Ketika keadaan berubah, entah menjadi baik atau buruk, apakah
saya akan meresponsnya dengan ketaatan dan keyakinan?
Bagi
saya, tuntunan Tuhan menjadi jelas bila menoleh ke belakang. Saat ini, masa
depan saya memang masih sangat kabur. Namun waktu sekarang adalah pergumulan
tiap hari, yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata, yang harus diiringi
dengan keinginan untuk bertumbuh dalam hubungan dengan Allah.
Bagi
saya, dan bagi semua orang yang disebut anak-anak Allah, sebuah lukisan sedang
dikerjakan. Namun lukisan itu belum berbentuk sampai tiba waktunya saya berdiri
dan menoleh ke belakang, untuk melihat warna dan bentuk apa yang telah
ditorehkan. Jika kita tinggal mewarnai sketsa yang telah dibuat, maka tidak
dibutuhkan iman lagi. Lagi pula, Allah tidak pernah bekerja dengan cara
demikian.
Dikutip
dari Guidance, 1983, seizin penerbit Multnomah Press. Philip Yancey adalah
penulis buku Where Is God When It Hurts?, Open Windows, dan Fearfully Made.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
ReplyDeleteJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)