Home » » PERSEMBAHAN YANG BENAR

PERSEMBAHAN YANG BENAR


“1  Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. 2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. 3  Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing. 4  Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, 5  demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain. 6  Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. 7  Jika karunia untuk melayani, baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; 8  jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita. (Rm 12:1-8)

Apakah persembahan itu? Mengapakah kita harus memberikan persembahan yang benar?. Menurut Kamus Gering: Upacara mempersembahkan sesuatu sebagai tujuan yang suci, Keluaran 40:1; 1Raja 8; Ezra 6. Masa raya Persembahan merupakan suatu pesta tahunan yaitu perayaan memperingati penyucian Bait Suci yang telah dicemarkan oleh Antiochus Epiphanis, Yohanes 10:22. diadakan pada tanggal 25 bulan Chislew tahun 167 sebelum Kristus. Kamus Browning : Suatu persembahan dari olahan gandum yang dipersembahkan kepada Allah (Im 2:4) dan dicela oleh para nabi (Yes 1:13) apabila tidak disertai dengan keadilan sosial. Dalam bahasa Kristen, kata persembahan itu dikenakan pada Kristus yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban. Kemudian kata ini dipakai untuk Ekaristi (Perjamuan Kudus) sebagai peringatan akan persembahan diri Kristus, dan juga untuk roti dan anggur yang dipakai dalam ibadah itu. Menilik dari dua kamus di atas ini menandakan bahwa persembahan yang benar adalah mempersembahkan seluruh hidup kita untuk kemuliaan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pusat dari kehidupan dengan kata lain Tuhan yang berdaulat penuh dalam kehidupan kita.
Apapun yang ada pada kita semua adalah untuk kepentingan Tuhan dan kita memberikan pelayanan kepada Tuhan dari apa yang ada di perhadapan kita, di lingkungan rumah, di tempat kerja, hobi, komunitas bahkan dalam kehidupan rumah tangga, semua aspek kehidupan adalah untuk kemuliaan dan kepentingan Tuhan, itulah persembahan yang Tuhan kehendaki. Mengapakah Rasul Paulus  mengatakan : supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Ia menyampaikan hal ini kepada jema’at Roma dimana ada dua kelompok orang percaya disana yaitu kelompok orang percaya Yahudi dan kelompok bukan orang Yahudi, dimana penekanan dari kalimat ini adalah kepada orang percaya Yahudi akan tata cara persembahan mereka dimana mereka “mempersembahkan hewan” sebagai wakil dari tubuh dosa mereka. Disini Rasul Paulus menekankan bahwa hakekat persembahan yang benar bagi Allah adalah mempersembahkan tubuh kita karena tubuh kita adalah bait Allah yang kudus rumahnya Roh Kudus, dan secara luas cakupannya adalah mempersembahkan segala bidang kehidupan kita.
Karena kemanapun kita langkahkan kaki kita tentunya tubuh kita senantiasa dibawa yang artinya dimanapun disegala bidang kehidupan selalu kita membawa tubuh kita. Orang percaya seharusnya mempunyai keinginan tulus-ikhlas untuk menyenangkan hati Allah dalam kasih, pengabdian, pujian dan kekudusan, serta mempersembahkan tubuh untuk pelayanan. Keinginan terbesar kita seharusnya hidup kudus dan berkenan kepada Allah. Ini menuntut memisahkan diri dari prinsip-prinsip hidup dunia dan makin mendekati Allah (ayat Rm 12:2). Kita harus hidup bagi Allah, menyembah Dia, menaati Dia, bersama dengan Dia menentang dosa dan membela kebenaran, menolak dan membenci kejahatan, melakukan pekerjaan baik untuk orang lain, meniru Kristus, mengikut Dia, melayani Dia, hidup sesuai dengan Roh dan dipenuhi oleh Roh.
Ef 4:1; 1Ptr 2:11 Ef 4:1  Sebab itu aku menasihatkan kamu, aku, orang yang dipenjarakan karena Tuhan, supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil berpadanan dengan panggilan itu. 1Ptr 2:11  Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Hidup orang percaya harus berpadanan dengan prinsip-prinsip Injil jangan terpedaya oleh ajaran yang menyesatkan dan pemutar balikan ajaran Injil oleh sebab itu sebagai orang percaya wajiblah bagi kita untuk mempelajari kemurnian Alkitab melalui pengajaran langsung dari Tuhan, dengan jalan sebelum mambaca Alkitab itu kita berdo’a mohonkan pengajaran dari Tuhan akan pengetahuan dan hikmat dari Alkitab yang kita baca. Dan ingatlah bahwa Tuhan akan membuat “Perjanjian Baru” yang di tanam dalam hati, ini adalah janji Allah dan bagaimana Allah akan bekerja dengan effektif apabila tidak ada kerjasama dari diri kita selaku anak-anak-Nya yang enggan membaca Alkitab pedoman dan kompas bagi kehidupannya.
Cobalah kita lihat “sepupu kita” umat muslim bagaimana sedari kecil sudah dibiasakan membaca kitab sucinya selain ada waktu khusus yang dinamakan pengajian juga sebanyak 17 kali dalam ibadah sembahyang lima waktu yang wajib belum yang sunahnya jika di tambah sunah total ibadah mereka kurang lebih 50 raka’at, artinya mereka membaca kitab sucinya sebanyak 50 kali dengan berbagai surahnya, bukankah itu artinya suatu ketekunan yang mana Alkitab menekankan agar kita bertekun!, dan hakekatnya akan tertanam di hati serta menjadi akar yang kokoh dalam hidup? Kita selaku orang percaya yang sudah mendapatkan kepastian akan kepulangan akhir mengapa masih menganggap Alkitab itu tidak penting bahkan ada juga yang membaca Alkitab sebagai obat susah tidur dan parahnya Alkitab hanya sebagai hiasan lemari kaca yang dibaca kala beribadah dihari minggu. Sekarang adalah zaman dimudahkan oleh Tuhan dan hakekatnya Tuhan pencipta semua ini bahkan alkitab pun kini dapat dengan mudah dibawa kemana-mana dengan bobot ringan tidak tebal yaitu dimana kini Alkitab dapat di baca di Handphone, Ipod, tab dan apapun itu barang-barang elektronik yang canggih.
Namun sebaliknya kemudahan yang Tuhan berikan malah membuat kita terlena dan malah di perbudak oleh kemudahan itu sendiri dan itulah sebuah fakta dimana masih lemahnya pemahaman dalam Alkitab karena masih saja sebagian orang percaya tidak mencintai Alkitabnya, apabila kita lihat hukum yang terutama “kasihilah Tuhan mu dengan segenap hatimu, jiwamu dan akal budimu” ini mencakup secara keseluruhan hidup kita harus mengasihi Tuhan dan salah satu mencintai Alkitab sama berarti kita mengasihi Tuhan, karena apa yang di tulis di Alkitab adalah ilham dari Tuhan yang mana ia mengajarkan kepada setiap kita untuk hidup dalam kebenaran Tuhan. Bagaimana manusia dapat menjadi benar di hadapan Allah? Dan bagaimana manusia yang sudah dibenarkan harus hidup di hadapan Allah? Semua tentang hal itu ada dalam Alkitab dimana ia merupakan suatu kitab yang penuh kejujuran, terbuka dan benar suatu pedoman dalam kehidupan dengan prinsip-prinsipnya yang up to date hingga sekarang. Jadi selaku orang percaya hidup kita harus berpadanan dengan panggilan Tuhan itu sendiri dimana panggilan umum adalah “memasuki Kerajaan Allah” menjadi anak-anak-Nya untuk memuliakan-Nya dan ada juga panggilan khusus yang Tuhan berikan sesuai dengan Kehendak dan kasih karunia-Nya yang berbeda kepada setiap orang percaya.
Posisi kita yang baru sebagai milik Allah sendiri mengasingkan kita dari orang-orang di dunia ini sehingga kita menjadi orang asing. Kita kini hidup dalam negeri yang bukan menjadi milik kita, dan kewarganegaraan kita adalah bersama Kristus di sorga (bd. Flp 3:20; Ibr 11:9-16). Karena kita adalah orang asing di bumi ini, kita harus menjauhkan diri dari kesenangan dunia yang berusaha membinasakan jiwa kita. Namun bukan berarti kita membuat dikotomi dalam masalah rohani dengan dunia sekular, dalam hal ini penekanannya seperti yang Rasul Paulus katakan bahwa kita harus menjauh dari prinsip-prinsip dunia dan lebih dekat senatiasa hidup berpedomankan kepada prinsip-prinsip Alkitab, kita telah mati untuk dosa dan hidup untuk kebenaran, tubuh kita telah disalibkan bagi dosa mengapa harus di berikan kembali kepada lumpur dosa?
Namun yang lebih penting dari itu kita harus mempunyai kebncian akan dosa dan mempunyai kesedihan serta kerinduan untuk dapat mengembalikan “domba-domba” Allah yang tersesat, sebab Tuhan Yesus datang bukan untuk yang sehat tapi Ia datang untuk yang sakit. Flp 3:20  Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, jadi dalam hal kehidupan, nilai-nilai dan arah kita jelas bahwa tanah air kita sekarang adalah surga karena kita dilahirkan dari atas ; Yoh 3:3  Yesus menjawab, kata-Nya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah." Wow  luarbiasa! Nama kita pun tertulis pada daftar surga; Flp 4:3  Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan.
Anggaplah hidup kita di bumi ini adalah suatu “pengembara” yang sedang berjalan menuju tanah air “kekal” tempat terakhir kita untuk mengabdi kepada-Nya selama-lamanya dan anggap pula kehidupan di bumi bagaikan seorang petani yang menggarap tanahnya, ia bekerja mulai dari membajak, menabur benih, merawat hingga benih itu bertumbuh dan akhirnya berbuah. Anggaplah hidup di bumi ini bagaikan penggembala ternak dimana seorang penngembala setia kepada gembalaannya, mempersiapkan segala sesuatu dari makan, minum hingga keselamatan gembalaannya ia perhatikan. Janganlah hidup bagaikan orang upahan dimana ia mengerjakan sesuatu hanya berdasarkan nilai yang akan diperoleh dan bilakah seorang “penggembala” upahan benar-benar mengasihi gembalaannya? Jadilah diri kita seperti saat Tuhan pertama memanggil kita dan kita menyambutnya dengan penuh kasih, jangan redupkan kasih mula-mula itu dan jadilah hidup kita bertumbuh seperti yang Tuhan kehendaki. Rm 12:16  Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai!
Hiduplah kita dalam kehidupan yang dinamis dan harmonis satu sama lain dalam ikatan persaudaraan dalam Kristus, senantiasa sehati sepikiran dalam melihat hal-hal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Alkitab harus kita lawan, dan janganlah kita mendambakan hal-hal yang terlalu tinggi untuk dicapai, namun kita harus menyesuaikan diri dengan hal-hal yang sederhana dan berhenti menganggap diri mereka sendiri bijaksana. Jadi intinya berikan seluruh bidang kehidupan kita untuk kemuliaan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai pusat bagi seluruh bidang kehidupan kita, lakukan hukum terutama yaitu kasih kepada Tuhan dan juga kasih kepada manusia dimana ini adalah suatu pedoman bagi kita dalam berkehidupan. Bagaimana hubungan secara vertikal kita kepada Tuhan dan bagaimana hubungan kita secara horisontal kepada sesama kita, hiduplah dalam pengudusan karena tubuh kita adalah bait Allah yang hidup.
Why 7:17  Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka." Bagaimana kita menanggapi janji Allah ini dimana di akhir kehidupan kita di mana di tanah air surga kita tidak akan ada lagi penderitaan dan kita bekerja bersama Tuhan siang malam dalam kerajaan kekal-Nya. Semua pasti terjadi dan kita harus mengimani dengan iman yang benar terhadap janji-janji Allah, Ibr 11:13  Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Tuhan teramat berharap kepada kita untuk mempunyai keimanan seperti orang-orang kudus di zaman PL maupun  PB dimana mereka mati dengan keyakinan bahwa Allah masih menyediakan sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Mereka tidak melihat berkat terakhir yang dijanjikan kepada orang-orang tertebus pada saat mereka masih hidup. Pengharapan dasar mereka ialah hidup kekal bersama dengan Allah di tanah air sorgawi, dan mereka mengarahkan pandangan mereka pada kewarganegaraan mereka di langit baru dan bumi baru. Orang-orang percaya pada dewasa ini juga harus bertekun dalam iman dan percaya pada Allah, bahkan ketika mereka tidak melihat semua janji Allah tergenapi selama hidup mereka. Allah berkenan akan iman yang mampu menyerahkan kembali janji-janji Allah kepada-Nya untuk digenapi sesuai dengan kehendak-Nya.
Boleh jadi apabila kita memhon keberkatan hidup yang “berkecukupan” pada masa kita hidup belum tergenapi oleh Tuhan namun Tuhan melihat bahwa yang membutuhkan itu adalah keturunan kita kelak maka pada masa keturunan kita-lah semua itu tergenapi, lihatlah Abraham apakah pada masa hidupnya janji Allah tergenapi semuanya? Tapi Abraham tetap yakin akan janji Tuhan dan terus memandang ke depan bahwa Tuhan itu maha mengetahui apa yang ia butuhkan. Milikilah iman yang sangat besar dan kokoh seperti halnya pahlawan-pahlawan iman yang tertulis dalam Alkitab karena gambaran hidup mereka yang benar dalam kebenaran Tuhan dapat kita teladani dari kehidupan mereka.

=====TUHAN MEMBERKATI======

0 komentar:

Post a Comment

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings