Setiap kita pasti pernah merasakan bagaimana kita merasa Tuhan
seakan-akan jauh dari kita, padahal kita sudah berdoa, mengakui dosa, berpuasa
dan melakukan hal-hal kebaikan. Namun tetap saja kita merasakan Tuhan tidak
mengindahkan apa yang kita lakukan, memanggilnya namun Ia tidak mendengarkan
kita, pada akhirnya kita mengeluh dan berkata mengapa Tuhan?. apkah Tuhan
sedang menghukum kita? bahkan manakala persoalan yang kita hadapi tidak pernah
terselesaikan bahkan malah bertambah rumit dan persoalan demi persoalan malah
datang menghampiri yang menyebabkan kita semakin frustasi dan mengakibatkan
iman kita terkikis. Apakah sebab dosa yang tak terasa telah kita lakukan
ataukah mungkin di sebabkan dosa masa lalu bahkan karena kutuk? Ada sebagian
pemahaman yang mengatakan bahwa apa yang terjadi pada kita dimana perubahan
hidup ataupun berkat itu tidak kunjung datang, ini disebabkan karena dosa kita
dimasa kini bahkan masa lalu yang telah menyebabkan berkat itu tidak pernah
kunjung datang. Jikalau Allah benar-benar menghukum, padahal kita sudah
mengakui dosa, bertobat dan menghasilkan buah dalam pertobatan kita, sama saja
berarti Tuhan itu tidak mahapengampun, panjang sabar dan juga berarti Allah itu
pendendam, tidak bukan itu permasalahannya!. Memang benar dosa akan menjadi
tabir penghalang antara kita dengan Tuhan, namun adalah salah besar apabila
kita yang sudah mengakui dosa dan telah memohonkan ampunan kepada Tuhan, serta
selanjutnya kita melakukan perubahan diri kita menuju hidup yang Tuhan inginkan,
namun berkat itu belum juga nampak, dan masih juga dikatakan ada dosa yang
belum terselesaikan. Bukan itu pengertiannya, namun sesungguhnya Tuhan sedang menguji
diri kita, keimanan dan terutama hati kita. Sudahkah hati kita benar-benar
berserah diri kepada-Nya? Ataukah masih ragu akan Dia.
Pada masa kita masih bayi rohani tentunya kita merasakan bagaimana Tuhan
begitu dekat dengan kita, doa kita begitu cepat terjawab, bahkan permohonan
yang bersifat mementingkan diri sendiri pun Ia kabulkan. namun hakekatnya Tuhan
tidak menghendaki diri kita senantiasa menjadi bayi rohani seterusnya, Ia
menghendaki agar kita menjadi dewasa dalam rohani, olehsebab itu Ia menguji iman
kita dengan menyembunyikan diri-Nya dari kita. Sebetulnya Ia tidak benar-benar
menghilang dari kita, Ia tetap ada dalam kita dan kita ada dalam Dia, dan bukannya
Ia tidak peduli akan diri kita bahkan penderitaan yang sedang kita alami,
justeru Ia sedang menguji hati kita, percayalah Ia menginginkan kita agar
berkenan di hati-Nya. Sepertihalnya Ayub, bagaimanakah ia yang saleh, taat dan
hidupnya selalu mengikuti akan kebenaran Tuhan, namun Tuhan uji hatinya yang
terdalam. Dalam hal Ayub apakah Allah langsung menjawab apa-apa yang Ayub
mohonkan? Apakah Allah bercakap-cakap pada saat Ayub berbicara kepada-Nya?
Jawabannya dapat kita sikmak di Kitab Ayub, dimana sepanjang 37 pasal, Allah
tak satupun berkata-kata kepada Ayub, mengapakah? Apakah Allah sedang menghukum
Ayub dikarenakan dosa-dosanya? Kita dapat melihat bagaimana perilaku Ayub, di
pasal satu kitab Ayub dikatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dalam
hidupnya, jadi tidak mungkin Allah menghukum dikarenakan dosa-dosa Ayub. Tetapi
haekatnya lewat kisah Ayub, Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya, dan bagaimana
seharusnya kita memuliakan-Nya di dalam segala segi kehidupan kita.
Dari seorang Ayub kita dapat mengetahui bagaimana ia pernah merasakan di
tinggalkan oleh Tuhan dan bagaimana ia mengatasi situasi seperti ini, padahal
kita mengetahui bagaimana jawaban Allah. Bertubi-tubi Allah menguji Ayub bukan
hanya dalam hal harta, dimana Ayub pada masanya adalah orang yang sangat kaya,
namun dalam satu hari Allah lenyapkan semua harta miliknya, selain harta Allah
mengujinya dengan kehilangan jiwa-jiwa yang di kasihinya, dan tidak sampai di
situ saja, Allah masih mengujinya dengan sakit penyakit yang menghinggapi tubuh
Ayub. Kita dalam hal ini, tentunya hanya dapat membaca kisahnya dari awal,
pertengahan dan hingga akhir , dan kita sudah mengetahui cara penyelesaiannya.
Namun bagaimanakah apabila hal itu terjadi kepada kita? pasti kita akan
mengatakan Tuhan telah berlaku kejam kepada kita.
Pada kitab Ayub pasal 23:8-10, “Sesungguhnya
, kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati
Dia; di utara kucari Dia.Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak
melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan
timbul seperti emas” . Awalnya, Ayub tak mengerti mengapa Tuhan sepertinya
menghilang dari hadapannya, dan kemanapun ia mengarahakan pandangannya tetaplah
Allah tidak hadir disana. Namun ia tetap yakin bahwa Allah maha mengetahui setiap
senti dari perjalanan hidupnya, dan ia yakin bahwa Allah sedang mengujinya
bagaikan sebongkah emas yang akan bernilai tinggi, apabila telah dibentuk
melalui beberapa tahapan proses pembentukan. Ayub paham bahwa saat dibentuk dan
diproses oleh Tuhan pasti sangat menyakitkan, sepertihalnya proses pembentukan
emas, bongkahan emas diayak untuk dijadikan bijih, dipisahkan, lalu dilebur
kedalam panas api hingga kurang
lebih10000 C. Apa yang ayub
lakukan dalam menjalankan proses pembentukan itu? “Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak
menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan
ucapan mulut-Nya” (Ayub 23:11-12). Ia tetap setia kepada Allah, bahkan
semakin kokoh imannya kepada Allah. Semakin hebat penderitaan yang di alami
semakin kokoh pengharapannya kepada Tuhan. inilah pengakuan iman yang Tuhan
inginkan suatu pengakuan yang sangat dalam, bukan karena emosi dan perasaan
yang dangkal. Ibarat kita jauh dari kekasih, namun kita tetap percaya padanya
bahkan melakukan apa yang ia inginkan. Kita tahu dia jauh dari kita, namun kita
dapat merasakan kehadirannya di hati kita, mengapa? Karena kita mencintainya,
mengasihinya dan menyayanginya. Tuhan pun ingin agar kita mengasihi dan
menyayanginya lebih dari kita mengasihi kekasih ataupun pasangan kita, Ia
mengharapkan hubungan yang spesial, yang begitu dalam, bukan hubungan yang
bersifat emosional. Maka itu Tuhan menguji keimanan kita dengan kehadiran-Nya
yang terasa senyap dan tak ada di antara kita.
“Tetapi Ia
tidak pernah berubah, siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya,
dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku,
dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya” (Ayub 23:13-14). Disinilah
kita harus memahami dengan benar bahwa apapun yang diperhadapkan Tuhan kepada
kita, adalah sebuah ketetapan yang telah Ia tetapkan sebelum semua itu terjadi.
Saat kita mengalami ujian kesulitan hidup, kemakmuran dalam hidup, sakit
penyakit, rupa-rupa persoalan baik besar maupun kecil, semua telah ada dalam
rancangan dan rencana-Nya, semua Ia lakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Dan apa
yang Ia perbuat adalah untuk kebaikan kita bukan untuk mempersulit bahkan
membuat kita menderita dalam kesusahan, kabar baiknya, dalam ujian itu Tuhan
tidak memberikannya diluar batas kemampuan kita dan Ia akan memberikan jalan
keluarnya untuk kita. Lihatlah lebih dalam di kedalaman hati, temukan, benarkah
hati ini sepenuhnya mempercayai Tuhan? akan mudah bagi kita memahami akan karya
Tuhan apabila situasi yang diperhadapkan kepada kita, adalah situasi yang
menyenangkan.
Namun akan menjadi sulit apabila situasi yang diperhadapakan kepada kita
serba sukar dan tak kunjung juga ada perubahan, bahkan malah ditambahkan
kesukaran demi kesukaran. Namun percayalah Tuhan selalu ada dalam kehiudpan
kita, bahkan dari setiap tarikan nafas yang kita hirup, Tuhan turut bekerja
disana. Janganlah kita hanya melihat dan fokus pada masalah yang ada di hadapan
kita, namun lebih utama lihatlah akan kebesaran Tuhan yang ada pada diri kita,
sekitar kita bahkan di semesta ini. Renungkan apa-apa saja yang sudah terjadi
kepada diri kita dan apa yang telah di lakukan Tuhan disana? Di balik kesukaran
dan penderitaan pasti Tuhan telah mempersiapkah hikmah yang begitu besar di
dalamnya. Contoh di masa kesukaran
ekonomi kita begitu ketatnya dalam mengelola keuangan kita, tetapi sebelumnya
pada masa kemakmuran menghampiri kita, masalah pengelolaan keuangan begitu
longgar bahkan kita lebih konsumtif, apa hikmah yang di dapat dari masalah yang
diperhadapkan? Kita lebih bijak dalam pengelolaan keuangan dan bahkan begitu
dapat berhemat. Sebetulnya banyak hikmah yang kita peroleh dari segala macam
persoalan kehidupan yang Tuhan perhadapkan kepada kita, hanya saja terkadang
kita dibutakan oleh perasaan emosi, pendengaran, dan juga mata lahiriah kita.
Maka dari itu untuk mempertajam mata rohani dan lebih membuat peka mata batin
kita akan keberadaan, Kekuatan dan Kekuasaan Tuhan, Ia menguji iman kita dengan
cara seakan Ia jauh dari kita.
=====TUHAN
MEMEBERKATI=====
AR. Rahadian/Arsy_Imanuel.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment