Home » » DISAAT TUHAN TERASA JAUH

DISAAT TUHAN TERASA JAUH



Setiap kita pasti pernah merasakan bagaimana kita merasa Tuhan seakan-akan jauh dari kita, padahal kita sudah berdoa, mengakui dosa, berpuasa dan melakukan hal-hal kebaikan. Namun tetap saja kita merasakan Tuhan tidak mengindahkan apa yang kita lakukan, memanggilnya namun Ia tidak mendengarkan kita, pada akhirnya kita mengeluh dan berkata mengapa Tuhan?. apkah Tuhan sedang menghukum kita? bahkan manakala persoalan yang kita hadapi tidak pernah terselesaikan bahkan malah bertambah rumit dan persoalan demi persoalan malah datang menghampiri yang menyebabkan kita semakin frustasi dan mengakibatkan iman kita terkikis. Apakah sebab dosa yang tak terasa telah kita lakukan ataukah mungkin di sebabkan dosa masa lalu bahkan karena kutuk? Ada sebagian pemahaman yang mengatakan bahwa apa yang terjadi pada kita dimana perubahan hidup ataupun berkat itu tidak kunjung datang, ini disebabkan karena dosa kita dimasa kini bahkan masa lalu yang telah menyebabkan berkat itu tidak pernah kunjung datang. Jikalau Allah benar-benar menghukum, padahal kita sudah mengakui dosa, bertobat dan menghasilkan buah dalam pertobatan kita, sama saja berarti Tuhan itu tidak mahapengampun, panjang sabar dan juga berarti Allah itu pendendam, tidak bukan itu permasalahannya!. Memang benar dosa akan menjadi tabir penghalang antara kita dengan Tuhan, namun adalah salah besar apabila kita yang sudah mengakui dosa dan telah memohonkan ampunan kepada Tuhan, serta selanjutnya kita melakukan perubahan diri kita menuju hidup yang Tuhan inginkan, namun berkat itu belum juga nampak, dan masih juga dikatakan ada dosa yang belum terselesaikan. Bukan itu pengertiannya, namun sesungguhnya Tuhan sedang menguji diri kita, keimanan dan terutama hati kita. Sudahkah hati kita benar-benar berserah diri kepada-Nya? Ataukah masih ragu akan Dia.

Pada masa kita masih bayi rohani tentunya kita merasakan bagaimana Tuhan begitu dekat dengan kita, doa kita begitu cepat terjawab, bahkan permohonan yang bersifat mementingkan diri sendiri pun Ia kabulkan. namun hakekatnya Tuhan tidak menghendaki diri kita senantiasa menjadi bayi rohani seterusnya, Ia menghendaki agar kita menjadi dewasa dalam rohani, olehsebab itu Ia menguji iman kita dengan menyembunyikan diri-Nya dari kita. Sebetulnya Ia tidak benar-benar menghilang dari kita, Ia tetap ada dalam kita dan kita ada dalam Dia, dan bukannya Ia tidak peduli akan diri kita bahkan penderitaan yang sedang kita alami, justeru Ia sedang menguji hati kita, percayalah Ia menginginkan kita agar berkenan di hati-Nya. Sepertihalnya Ayub, bagaimanakah ia yang saleh, taat dan hidupnya selalu mengikuti akan kebenaran Tuhan, namun Tuhan uji hatinya yang terdalam. Dalam hal Ayub apakah Allah langsung menjawab apa-apa yang Ayub mohonkan? Apakah Allah bercakap-cakap pada saat Ayub berbicara kepada-Nya? Jawabannya dapat kita sikmak di Kitab Ayub, dimana sepanjang 37 pasal, Allah tak satupun berkata-kata kepada Ayub, mengapakah? Apakah Allah sedang menghukum Ayub dikarenakan dosa-dosanya? Kita dapat melihat bagaimana perilaku Ayub, di pasal satu kitab Ayub dikatakan bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dalam hidupnya, jadi tidak mungkin Allah menghukum dikarenakan dosa-dosa Ayub. Tetapi haekatnya lewat kisah Ayub, Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya, dan bagaimana seharusnya kita memuliakan-Nya di dalam segala segi kehidupan kita.

Dari seorang Ayub kita dapat mengetahui bagaimana ia pernah merasakan di tinggalkan oleh Tuhan dan bagaimana ia mengatasi situasi seperti ini, padahal kita mengetahui bagaimana jawaban Allah. Bertubi-tubi Allah menguji Ayub bukan hanya dalam hal harta, dimana Ayub pada masanya adalah orang yang sangat kaya, namun dalam satu hari Allah lenyapkan semua harta miliknya, selain harta Allah mengujinya dengan kehilangan jiwa-jiwa yang di kasihinya, dan tidak sampai di situ saja, Allah masih mengujinya dengan sakit penyakit yang menghinggapi tubuh Ayub. Kita dalam hal ini, tentunya hanya dapat membaca kisahnya dari awal, pertengahan dan hingga akhir , dan kita sudah mengetahui cara penyelesaiannya. Namun bagaimanakah apabila hal itu terjadi kepada kita? pasti kita akan mengatakan Tuhan telah berlaku kejam kepada kita.

Pada kitab Ayub pasal 23:8-10, “Sesungguhnya , kalau aku berjalan ke timur, Ia tidak di sana; atau ke barat, tidak kudapati Dia; di utara kucari Dia.Ia tidak tampak, aku berpaling ke selatan, aku tidak melihat Dia. Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” . Awalnya, Ayub tak mengerti mengapa Tuhan sepertinya menghilang dari hadapannya, dan kemanapun ia mengarahakan pandangannya tetaplah Allah tidak hadir disana. Namun ia tetap yakin bahwa Allah maha mengetahui setiap senti dari perjalanan hidupnya, dan ia yakin bahwa Allah sedang mengujinya bagaikan sebongkah emas yang akan bernilai tinggi, apabila telah dibentuk melalui beberapa tahapan proses pembentukan. Ayub paham bahwa saat dibentuk dan diproses oleh Tuhan pasti sangat menyakitkan, sepertihalnya proses pembentukan emas, bongkahan emas diayak untuk dijadikan bijih, dipisahkan, lalu dilebur kedalam panas api hingga  kurang lebih10000 C.  Apa yang ayub lakukan dalam menjalankan proses pembentukan itu? “Kakiku tetap mengikuti jejak-Nya, aku menuruti jalan-Nya dan tidak menyimpang. Perintah dari bibir-Nya tidak kulanggar, dalam sanubariku kusimpan ucapan mulut-Nya” (Ayub 23:11-12). Ia tetap setia kepada Allah, bahkan semakin kokoh imannya kepada Allah. Semakin hebat penderitaan yang di alami semakin kokoh pengharapannya kepada Tuhan. inilah pengakuan iman yang Tuhan inginkan suatu pengakuan yang sangat dalam, bukan karena emosi dan perasaan yang dangkal. Ibarat kita jauh dari kekasih, namun kita tetap percaya padanya bahkan melakukan apa yang ia inginkan. Kita tahu dia jauh dari kita, namun kita dapat merasakan kehadirannya di hati kita, mengapa? Karena kita mencintainya, mengasihinya dan menyayanginya. Tuhan pun ingin agar kita mengasihi dan menyayanginya lebih dari kita mengasihi kekasih ataupun pasangan kita, Ia mengharapkan hubungan yang spesial, yang begitu dalam, bukan hubungan yang bersifat emosional. Maka itu Tuhan menguji keimanan kita dengan kehadiran-Nya yang terasa senyap dan tak ada di antara kita.
   
“Tetapi Ia tidak pernah berubah, siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya” (Ayub 23:13-14). Disinilah kita harus memahami dengan benar bahwa apapun yang diperhadapkan Tuhan kepada kita, adalah sebuah ketetapan yang telah Ia tetapkan sebelum semua itu terjadi. Saat kita mengalami ujian kesulitan hidup, kemakmuran dalam hidup, sakit penyakit, rupa-rupa persoalan baik besar maupun kecil, semua telah ada dalam rancangan dan rencana-Nya, semua Ia lakukan sesuai dengan kehendak-Nya. Dan apa yang Ia perbuat adalah untuk kebaikan kita bukan untuk mempersulit bahkan membuat kita menderita dalam kesusahan, kabar baiknya, dalam ujian itu Tuhan tidak memberikannya diluar batas kemampuan kita dan Ia akan memberikan jalan keluarnya untuk kita. Lihatlah lebih dalam di kedalaman hati, temukan, benarkah hati ini sepenuhnya mempercayai Tuhan? akan mudah bagi kita memahami akan karya Tuhan apabila situasi yang diperhadapkan kepada kita, adalah situasi yang menyenangkan.  

Namun akan menjadi sulit apabila situasi yang diperhadapakan kepada kita serba sukar dan tak kunjung juga ada perubahan, bahkan malah ditambahkan kesukaran demi kesukaran. Namun percayalah Tuhan selalu ada dalam kehiudpan kita, bahkan dari setiap tarikan nafas yang kita hirup, Tuhan turut bekerja disana. Janganlah kita hanya melihat dan fokus pada masalah yang ada di hadapan kita, namun lebih utama lihatlah akan kebesaran Tuhan yang ada pada diri kita, sekitar kita bahkan di semesta ini. Renungkan apa-apa saja yang sudah terjadi kepada diri kita dan apa yang telah di lakukan Tuhan disana? Di balik kesukaran dan penderitaan pasti Tuhan telah mempersiapkah hikmah yang begitu besar di dalamnya.  Contoh di masa kesukaran ekonomi kita begitu ketatnya dalam mengelola keuangan kita, tetapi sebelumnya pada masa kemakmuran menghampiri kita, masalah pengelolaan keuangan begitu longgar bahkan kita lebih konsumtif, apa hikmah yang di dapat dari masalah yang diperhadapkan? Kita lebih bijak dalam pengelolaan keuangan dan bahkan begitu dapat berhemat. Sebetulnya banyak hikmah yang kita peroleh dari segala macam persoalan kehidupan yang Tuhan perhadapkan kepada kita, hanya saja terkadang kita dibutakan oleh perasaan emosi, pendengaran, dan juga mata lahiriah kita. Maka dari itu untuk mempertajam mata rohani dan lebih membuat peka mata batin kita akan keberadaan, Kekuatan dan Kekuasaan Tuhan, Ia menguji iman kita dengan cara seakan Ia jauh dari kita.     

=====TUHAN MEMEBERKATI=====

AR. Rahadian/Arsy_Imanuel.blogspot.com





  



0 komentar:

Post a Comment

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings