“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah
matahari, tetapi lihatlah. Segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha
menjaring angin” (Pkh. 1:14)
Tuhan memberi kita jumlah jam yang terbatas dalam setahun, dan kita
menghabiskan jam-jam itu untuk meraih tujuan, baik tujuan yang bersifat
material maupun spiritual. Tuhan memberikan jumlah jam-jam ini secara
berurutan; jam-jam ini tidak dapat diulang ataupun diganti. Dan Tuhan tidak
memihak baik pada yang kaya maupun yang miskin, pada yang muda ataupun yang
tua. Apa pun kesuksesan yang dapat kita raih dalam kehidupan berasal dari suatu
tujuan, dan untuk tujuan inilah kita menggunakan karunia Tuhan yang tidak
ternilai ini – waktu.
Tetapi pernahkah terlintas dalam benak kita untuk memberikan waktu kita
yang terbaik untuk pasangan, anak dan keluarga kita. Alih-alih karena kesibukan
“pekerjaan” hingga kita melupakan arti penting kebersamaan kita dalam kehidupan
keluarga. Bagaimana kita dapat mendirikan sebuah mezbah dalam lingkup keluarga
apabila kita tidak dapat memberikan waktu kita yang terbaik untuk mereka,
bagaimana kita dapat memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan apabila
kita tak dapat memberikan “waktu” terbaik kita pada yang terlihat.
Mengejar kesuksesan dalam hal materi memang tidak dilarang, namun
haruskah hanya karena sebuah nilai yang fana kita harus mengorbankan nilai yang
kekal?. Apakah sebuah kesuksesan hanya di ukur oleh sebuah angka? Apakah
angka-angka yang kita raih benar-benar akan mendatangkan kebahagian kepada
kita?.
Waktu adalah sebuah anugerah yang begitu berharga yang Tuhan berikan
kepada kita. Waktu adalah sebuah harta yang tak ternilai yang Ia ciptakan untuk
kebahagiaan manusia. Dalam sehari kita diberikan waktu dua puluh empat jam yang
terdiri dari seribu empat ratus empat puluh ribu menit dan terurai menjadi delapan
puluh enam ribu empat ratus detik dalam sehari. Dalam satu bulan kita
menghabiskan dua juta lima ratus sembilan puluh dua ribu detik, tidak bisakah
bagi kita untuk memberikan paling sedikit sepuluh persen dari waktu sebulan
yang telah kita pakai untuk kebersamaan dalam sebuah keluarga?. Berikanlah
prioritas yang utama bagi orang-orang terdekat yang kita kasihi.
Kisah berikut ini mungkin akan membantu kita menemukan prioritas
sehingga kita dapat memiliki lebih banyak waktu! Kisah ini di kutip dari sebuah
buku karya Promod Batra yang berjudul Be a Winner Everytime.
Suatu ketika, seorang professor memperlihatkan sejumlah materi di atas
mejanya. Ketika kelas dimulai, tanpa sepatah kata pun ia mengambil sebuah
stoples kaca besar dan mengisinya dengan batu.
Ia kemudian bertanya pada murid-muridnya apakah stoples itu sudah penuh.
Mereka sepakat bahwa stoples itu penuh. Professor itu mengambil sejumlah
kerikil dan memasukkanya ke dalam stoples itu. Kerikil itu tentu saja bergulir
masuk ke ruang kosong di antara batu-batu yang lebih besar.
Ia kembali bertanya pada murid-muridnya apakah stoples itu sudah penuh.
Mereka sepakat bahwa stoples itu sudah penuh. Professor itu mengambil pasir dan
menuangkannya ke dalam stoples itu. tentu saja, pasir itu memenuhi stoples. Ia
bertanya sekali lagi apakah stoples itu sudah penuh. Murid-murid memberikan
jawaban ya.
Professor itu kemudian menuangkan dua kaleng bir ke dalam stoples, yang
langsung mengisi ruang kosong di antara pasir. Sontak saja murid-murid pun
tertawa melihat hal tersebut. Segera setelah tawa mereka reda, professor itu
melanjutkan, “Saya ingin kalian tahu hal-hal penting dalam kehidupan kalian – keluarga,
pasangan, kesehatan, dan anak kalian. Ketika segala sesuatu lenyap dan hanya
mereka yang tersisa, hidup kalian masih terasa penuh. Kerikil adalah
hal-hal berarti lainnya, seperti pekerjaan, rumah, dan mobil kalian. Pasir
adalah segala sesuatu yang lain – hal-hal kecil. Kalau kalian memasukkan pasir
terlebih dahulu ke dalam stoples, tidak akan ada lagi ruang bagi kerikil dan
batu. Begitu juga dengan kehidupan kalian. Kalau kalian menghabiskan waktu dan
energi kalian untuk hal-hal kecil, kalian tidak akan pernah memiliki waktu
untuk hal-hal penting.
Curahkan perhatian untuk hal-hal yang penting bagi kebahagiaan kita.
Bermainlah dengan anak-anak. Sisihkan waktu untuk menjalani pemeriksaan
kesehatan. Ajaklah pasangan kita berjalan-jalan. Akan ada waktu untuk bekerja,
membersihkan rumah, atau membuat jamuan makan malam. Terlebih dahulu masukkan
batu, hal-hal yang sungguh penting. Tentukanlah prioritas kita. Sisanya
hanyalah pasir.
Salah satu murid mengacungkan tangan dan bertanya bir menggambarkan apa.
Professor itu tersenyum. “Saya senang kamu menanyakannya. Bir menunjukkan bahwa
betapun sibuknya hidupmu, selalu ada waktu untuk menikmati bir”.
0 komentar:
Post a Comment