Home » » BINTANG-BINTANG

BINTANG-BINTANG


I. Pemakaian kata itu secara umum

[Valid RSS]Dalam Alkitab, bintang-bintang (Ibrani kokhavim, Yunani asteres) tak pernah merupakan subyek penelitian ilmiah secara sungguh-sungguh. Kata itu umumnya dipakai untuk setiap benda yang bercahaya di luar bumi ini, kecuali matahari dan bulan. Banyaknya jumlah bintang menjadi lambang dari kemahamurahan Allah (Kel 32:13; Ul 1:10; 10:22; 28:62; 1Taw 27:23; Neh 9:23*; Ibr 11:12). Allah berjanji kepada Abraham, bahwa keturunan Abraham akan seperti bintang di langit banyaknya (Kej 15:5; 22:17; 26:4).

Dalam anti puitis bintang-bintang dilihat sebagai manifestasi agung dari ‘beda’ Allah dalam hubungan dengan manusia. Hanya Dia sendirilah yang membuat, menguasai dan mengendalikan serta menentukan bilangan bintang-bintang itu. Kecongkakan hati manusia kadang-kadang berusaha merampas kekuasaan ini (Kej 1:16; Mzm 8:2; 136:9; 147:4; Ams 5:8; Ayub 9:7; Yer 31:35; Yes 14:13; Ob 1:4; Nah 3:16; bnd Kej 37:9). Pencobaan yang terus-menerus ialah kecenderungan menyembah dewa-dewa bintang; padahal bintang-bintang tidak punya arti apa-apa dibandingkan dengan Yahweh sendiri (Ul 4:19; Yer 7:18; Ams 5:26; Kis 7:43). Dialah yg bersemayam di langit yg tinggi (Ayub 22:12).


Tindakan final Allah dalam melepaskan dan menghakimi dunia ini akan didahului oleh tanda-tanda astronomis. Para nabi dan Tuhan Yesus menubuatkan tanda-tanda demikian; dan dalam Why tanda-tanda itu mencolok (Yes 13:10; Yeh 32:7; Dan 8:10; Yoel 2:10; 3:15; Mat 24:29; Mrk 13:25; Luk 21:25; Why 6:13; 8:10-12; 9:1).


Kata ‘bintang’ dipakai juga secara kiasan tanpa menyinggung perbintangan, biasanya mengacu kepada pengertian keluhuran, baik kehalusan bawaan lahiriah ataupun perampasan kekuasaan (Ayub 38:7; Dan 12:3; Why 1:16,20; 2:1; 3:1; 12:1; 22:16).


II. Gugusan Bintang yang disebut


Beberapa gugusan bintang disebut dalam Alkitab dengan namanya.


a. Bintang Biduk (Ayub 9:9; 38:32). Ursa Major (Inggris ‘bear’), yaitu gugusan bintang yg mengelilingi kutub dan tak pernah terbenam. Beredar ‘dengan pengiring-pengiringnya’, yaitu 7 bintang utama dalam gugusan itu.


b. Bintang Mintakulhuruj (Ayub 38:32). Artinya masih gelap. Mungkin maksudnya (keduabelas) gugusan bintang, atau hanya yang di sebelah selatan (bh Aram Mazzaloth, ‘bintang yang mengelilingi’, yaitu lingkaran mintakulburuj).


c. Bintang Belantik (Ayub 9:9; 38:31; Ams 5:8). ‘Pemburu’, yaitu gugusan bintang yang cerah, meliputi bintang-bintang utama terbesar Betelguse (atas kiri; merah) dan Rigel (bawah kanan, biru). Urutan warna dan terangnya cahaya dari kedua bintang ini beserta bintang-bintang di sekitarnya merupakan gambaran yang menarik dikaitkan dengan 1Kor 15:41.


d. Kartika(Ayub 9:9; 38:31; Ams 5:8). Sekelompok bintang yang samar-samar di Taurus, tersusun rapi, terdiri dari 7 bintang, yang membentuk kesatuan yang berkaitan erat, terselubung dalam zat yang nampak sebagai kabut di langit kr 300 tahun cahaya jauhnya dari matahari. Ungkapan ‘memberkas ikatan bintang Kartika’ dan ‘membuka belenggu bintang Belantik’ (Ayub 38:31) mungkin merujuk kepada kepercayaan bahwa munculnya bintang-bintang itu menandai permulaan musim semi dan musim gugur. Kemungkinan lain yang menarik tapi sukar diterima akal, ialah bahwa ‘keterikatan’ Kartika karena keduanya saling menarik, atau (secara puitis) oleh selendang kabut yang mengelilingi mereka, adalah bertentangan dengan ‘lepasnya’ Belantik, yaitu bintang-bintang yg secara alami di antara keduanya tak punya hubungan apa-apa, dan yang bagi kita kelihatan berhubungan hanyalah karena garis pandangan mata kita.


e. Gugusan bintang Ruang Selatan (Ayub 9:9). Tidak jelas maksudnya; barangkali gugusan bintang yang nampak di atas kaki langit jika seseorang menempuh jalur perdagangan ke arah selatan menuju Arabia.




III. Bintang Betlehem


Bintang yang memberitakan kelahiran Tuhan Yesus disebut hanya dalam Mat 2, walaupun agaknya sudah dinubuatkan Bil 24:17; Yes 60:3. Bintang ini ditafsirkan dengan tiga cara.


a. Mungkin bintang itu adalah bintang berekor Halley (thn 11 sM), atau bintang berekor lain yang muncul pada thn 4 sM. Arah gerak bintang berekor ini berlawanan dengan bintang-bintang lainnya, dan para astrolog pasti menganggapnya mempunyai arti penting. Tapi mungkinkah bintang itu kelihatan cukup lama di langit? Dan dapatkah penanggalan tahun dicocokkan dengan tanggal kelahiran yang paling mungkin dari Tuhan Yesus?


b. Mungkin bintang itu adalah gabungan dari beberapa planet. Penggabungan yang menarik dari Yupiter, Saturnus dan Venus terjadi pada awal tahun 7 sM. Para astrolog tentu mencatatnya; tapi jangka waktu penggabungan itu singkat sekali, wujud seperti itu tentu tidaklah dapat disebut sebagai ‘bintang’.


c. Bintang itu mungkin bintang supernova. Bintang-bintang nova (baru) muncul pada waktu-waktu tertentu; bintang yang samar-samar bisa tiba-tiba benderang, kemudian berangsur-angsur memudar dan hilang. Barangkali semua bintang mengalami hal ini pada suatu tahap dalam perkembangannya. Tapi, bintang supernova sangat jarang; belum pernah muncul satu pun dalam bimasakti kita, sejak teleskop diciptakan (abad ke-17). Bintang-bintang nova biasanya tidak terlihat oleh mata kita bila tanpa alat bantu (teropong). Tapi bintang supernova dalam bimasakti kita, bisa untuk suatu saat tertentu berjaya menerangi kegelapan malam, memancarkan lebih banyak cahaya dari semua bintang lain bersama-sama. Munculnya bintang nova dan bintang supernova sama sekali tak dapat diramalkan. Ahli-ahli perbintangan di Cina mencatat adanya suatu bintang nova atau supernova kira-kira pada waktu kelahiran Tuhan Yesus.


Ungkapan en to anatole, ‘pada waktu terbitnya’ (TBI, ‘di Timur’, juga terjemahan lain; Mat 2:2), mungkin mencerminkan pengalaman dahsyat orang majus menyaksikan terbitnya bintang baru, yang muncul pertama kalinya. Posisi letak bintang itu di langit serta merta memberikan kepada mereka makna astrologisnya. Adalah pantas bahwa sekian triliun kali cahaya matahari harus dipancarkan untuk menyiarkan kelahiran Juruselamat dunia.



IV. Astronomi


Dalam Alkitab tidak ada ‘astronomi’ yang sesungguhnya; dan pendekatan ilmiah oleh ahli-ahli Babel, misalnya (yang pada abad 4 sM mampu meramalkan perubahan yang akan terjadi dlm perbintangan), tidak terdapat dalamnya. Yang ada ialah pandangan pra-dalil mengenai alam semesta ini, yang tidak bertentangan dengan kosmologi sains modem. Tentu mudah menjumpai acuan pandangan dunia purba yang tak dapat diterima, yang umpama, dapat dibandingkan dengan mitos Babel tentang penciptaan. Tapi menuding Alkitab ‘salah’ hanya berdasarkan ini, adalah sama tidak sehat dengan menghakimi pengetahuan modem perihal alam semesta melulu berdasarkan nalar pemakaian kita akan istilah-istilah seperti ‘terbitnya matahari’ dan’kubah langit’.


Kita hidup dalam suatu tatanan raksasa benda-benda langitan, yang jumlahnya barangkali sekian ribu juta bintang, seperti matahari, yg diatur dalam ‘cakra raya’ yang garis tengahnya 60.000 thn cahaya. Inilah ‘alam semesta’ atau ‘bimasakti’ kita. Tapi ada sekian puluh juta ‘alam semesta’ atau ‘bimasakti’ lain yang dapat dilihat, yang jauhnya sampai 1.000 juta tahun cahaya, dan inilah batas kejauhan yang dapat dijangkau oleh teleskop paling canggih dan mutakhir dewasa ini. Perbedaan khas alam yang demikian ini dengan alam tiga lapis dalam mitos bangsa Sem mencolok sekali.


Secara rohani Alkitab kerap kali lebih dekat kepada nalar modern itu, daripada nalar yang lama. Sebab alam semesta yang diperkenalkan oleh para penulis Alkitab dapat dipahami oleh akal budi, dan kebesarannya membuat kita terperanjat. Umpama  Mzm 104, menceritakan suatu dunia yang sama sekali dapat dimengerti oleh akal budi, dan seluruhnya bergantung kepada hukum-hukum Allah; inilah ciri khas dari pandangan para penulis Alkitab. Dalam janji-Nya kepada Abraham, Allah memadankan bilangan bintang di langit dengan bilangan butir pasir di pantai (Kej 22:17). Tanpa alat bantu, mata kita mampu melihat hanya beberapa ribu bintang saja, dan perbandingan angka ini jelas sangat timpang. Tapi jumlah seluruh bintang di langit dapat dibandingkan dengan bilangan butir pasir di seluruh bumi! Alkitab penuh untaian pemikiran tentang alam semesta yang mahabesar seperti itu, yang sama sekali melampaui ilmu pengetahuan pada waktu itu.


Jelas pasti dan mantap, betapa Alkitab dengan teguh mempercayai suatu alam semesta yang sungguh-sungguh rasional, mahabesar dalam ukurannya, kontras dengan pandangan umum dunia pada waktu itu yang menganggap alam semesta ini khayalan, tidak lebih dari apa yang secara nyata dapat dibuktikan oleh indra manusia. Ada pun buku-buku karangan I Velikovsky (Worlds in Collision, 1950 dll) walaupun dikecam pedas, ditulis berdasarkan pandangan Yahudi, sangat menarik bagi orang yg mau mempelajari baik PL maupun astronomi.



KEPUSTAKAAN. G. V Schiaparelli, Astronomy in the Old Testament, 1905; 0 Neugebauer, The Exact Sciences in Antiquity, 1958; E. A Milne, Modern Cosmology and the Christian Idea of God, 1952; G. R Driver dan L. W Clarke, ‘Stars’, HDB2 1963, hlm 936 dst; R. A Rosenburg, The Star of the Messiah reconsidered, Bib 53, 1972, hlm 105 dst; W Foerster, TDNT 1, hlm 503-505’; D. A Hagner, NIDNTT 3, hlm 734-736. (MTF/MHS/RBC-2004)

0 komentar:

Post a Comment

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings