Ada yang berpendapat bahwa ajaran PL dan ajaran PB mengenal pokok ini
tak dapat dipersatukan, tapi pendapat itu tidak benar. PL dan PB tidak
bertentangan tentang pemeliharaan Allah dan anugerah-Nya, atau tentang tindakan
Logos dalam penciptaan dan pekerjaan penyelamatan oleh Anak Allah, atau
mengenal Roh Kudus. Bapak dan Anak aktif dalam kedua Kitab Perjanjian itu, dan
Roh Kudus bekerja sepanjang zaman. Memang benar, hanya dalam PB terdapat
gambaran rinci mengenal aktivitas-Nya. Tapi ajaran Tuhan Yesus dan para rasul
sama sekali tidak bertentangan dengan apa yg kita pelajari dari penulis PL.
Karena Allah itu Roh adanya (Yoh 4:24*), pemikiran tentang
Trinitas berasaskan ‘Roh’, mengaburkan perbedaan antara Roh, Bapak, dan Anak.
Berbicara mengenal Roh sebagai tali kasih antara Bapak dan Anak, atau
mendefinisikan Roh sebagai ‘tindakan hidup Allah di dunia’, memang menekankan
kebenaran berharga namun cenderung mengurangi kepribadian Roh, sehingga Ia
menjadi tidak lebih dari pengaruh atau kekuatan yang bersifat baik.
Berita PL tentang aktivitas Roh memang lebih mudah diterangkan sebagai
aktivitas dari sesuatu yang impersonal — tidak berpribadi — daripada berita PB.
Tapi Allah hadir secara pribadi dan berkuasa melalui Roh-Nya, demikian PL dan
PB. Dalam PL dan PB ada gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus dari yang eksternal
ke yang internal — dari yang lahiriah ke yang batiniah, dan dari penerapan atas
‘keadaan’ ke penerapan atas ‘watak’. Ihwal yang ragawi dan amoral menuju ke yang
rohani dan moral.
I. Perjanjian Lama
(PL)
Dalam PL dapat dilihat lima segi pekerjaan Roh.
a. Pekerjaan Roh
dalam penciptaan
Roh melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2),
membentuk manusia (Kej 2:7), mencerahkan langit (Ayub 26:13),
memelihara kehidupan binatang, dan membaharui permukaan bumi (Mzm 104:30*).
Roh itulah ruakh (’ nafas’, ‘angin’) Allah, tenaga dan kekuatan Allah, asas
dari kehidupan manusia dalam segala seginya. Manusia — roh, jiwa dan tubuh —
terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah
‘pelita Tuhan’ (ms 20:27*) bila berada dalam Roh Tuhan. Bila roh manusia
mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan
atas dirinya. (Dlm PL manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia
mempunyai ‘hati’ atau ia adalah pribadi.) Sayang, karena dosa, manusia membuat
dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merusak kepribadiannya
sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila
kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.
b. Pekerjaan Roh
dalam melengkapi manusia bagi pelayanan
Roh datang pada orang yANg dipilih Allah untuk tugas
tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, mis keahlian
(Kel 31:3*), kepemimpinan (Hak 3:10*), kekuatan badani (Hak
14:6*). Hal itu dibuat-Nya tanpa harus mengubah moral orang itu.
c. Pekerjaan Roh
dalam mengilhami para nabi
Ada kalanya mereka yang fanatik mengatakan dini digerakkan
oleh Roh Kudus melakukan hal-hal yang bagi orang-orang lain adalah
berlebih-lebihan. Orang-orang lain itu sangat berhati-hati dan lebih mengerti
perihal rohani. Akibatnya orang-orang lain itu cenderung memisahkan dini dari
kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gamblang menyebut diri didiami oleh Roh
Kudus (Am 7:14*; Yer 31:33*; Hos 9:7*). Sementara itu ada
pula nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh Kudus. Karya
Roh Kudus dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan
bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan
diakui.
Pada prinsipnya pandangan ini diulangi oleh Yesaya dan
Yehezkiel, yang terus terang dan tegas menyamakan Roh Kudus dengan Allah (Yes
63:10,11*) dan memberikan dua dari ketiga contoh dalam PL dimana istilah
‘Roh Kudus’ digunakan.
d. Pekerjaan Roh
Kudus dalam menghasilkan kehidupan bermoral
Bagi pemazmur kehadiran Roh Kudus berarti kehancuran roh
manusia dan penyesalan, hati yang bersih, setia dan bahagia. Dalam Mzm
139:7* Roh Allah disamakan dengan kehadiran-Nya dan keduanya tak dapat
dihindari. Pendekatan dan kuasa Allah membuat pemazmur menaikkan permohonan
supaya hati nuraninya diselidiki dan ia dipimpin di jalan kekal (Mzm
139:23,24*).
e. Pekerjaan Roh
menubuatkan Mesias
Pemazmur mencatat kehadiran Roh pada zamannya dan beberapa
penafsir menganggap itu puncak penyataan Roh dalam PL. Tapi nabi juga merujuk
pada pekerjaan Roh pada masa datang, dan tentang itu ada dua acuan. Pertama,
nubuat bahwa Roh akan mendiami tokoh mesianis (Yes 11:2; 42:1-4; 61:1,2*;
bnd Luk 4:18*). Kedua, nubuat tentang kegiatan Roh dalam umat perjanjian
Allah umumnya (Yeh 36:26,27*; Yoel 2:28* dab).
Kurun waktu antar perjanjian (inter-testamental) kurang
mengalami kehadiran Roh. Menurut dugaan, dengan penuh kerinduan orang zaman itu
menoleh ke belakang, atau dengan sangat berharap memandang ke depan, tapi tidak
mengalami sukacita sebagai dampak pekerjaan Roh. Namun beberapa penafsir
Gulungan Laut Mati berkata, kuasa Roh Kudus dialami oleh orang Esen dan mungkin
juga oleh sekte lain sebelum kedatangan Kristus.
II. Perjanjian Baru
(PB)
PB penuh rujukan pada Roh (Yunani pneuma). Ia disebut
dalam tiap kitab kecuali 2 dan 3 Yoh. Dalam Injil Sinoptik banyak acuan kepada
Roh berkaitan dengan peristiwa akbar dalam hidup Yesus, kontras dengan
kurangnya ucapan Yesus sendiri mengenai pekerjaan Roh. Ucapan Yesus yang
berkaitan dengan Roh hanya lima, dan beberapa sarjana mengatakan hanya satu
dari antaranya sebagai asli (Mrk 3:29, Mat 12:31, Luk 12:10*), yang
lainnya dicurigai dengan berbagai alasan. Ini bukanlah tempat untuk
membicarakan keberatan itu secara rinci. Cukup mengatakan bahwa seandainya
ucapan Kristus tentang Roh ditiadakan, maka tindakan itu sama sekali tidak
dapat diterapkan atas rincian kehidupan-Nya yang dicatat penulis Sinoptik. Roh
itu berperan serta dalam peristiwa sebelum kelahiran Yesus (Luk 1:15,35,41*),
pada kelahiran dan peristiwa lain yang segera menyusul (Luk 2:25-27*),
baptisan (Mat 3:13-17*), pencobaan (Mat 4:1-11*), permulaan
pelayanan (Luk 4:14*), ucapan pengantar pada awal pelayanan Yesus (Luk
4:18* dab), pengusiran roh jahat dan pemberian kuasa kepada rasul-Nya untuk
membaptis dalam nama Tritunggal termasuk Roh Kudus (#Mat 28:19*). Hal
ini bersama pertimbangan lain, cukup untuk membantah pendapat bahwa dalam
‘agama Yesus’ peranan Roh lebih sempit dari peranan-Nya dalam ‘kepercayaan
gereja perdana’, dan pendapat bahwa Yesus takut terhadap pengertian yang
berlebih-lebihan perihal Roh pada saat itu, sehingga lebih menyukai persekutuan
akrab dengan BapakNya.
Yoh 14; 15; 16* yg penuh uraian tentang Roh, menerangkan mengapa Yesus
kurang menyebut Roh pada permulaan pelayanan-Nya. Roh tak berperan sepenuhnya
dalam dini orang percaya dan atas dunia sampai Anak kembali kepada Bapak melalui
salib, kebangkitan dan kenaikan. Memang Yesus memiliki Roh dan Roh tersedia
bagi Dia (Yoh 3:34*), tapi Roh hanya dapat mendiami murid Yesus (Yoh
14:17*). Dan karena Roh — pada hakikatnya — adalah ‘diri Kristus’, maka
peranan langsung Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang
menikmati kehadiran Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela,
Penghibur dan Sumber kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun
waktu inkarnasi-Nya di bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu
mendesak hingga Kristus kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung
menjelaskan diriNya sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada
murid-murid-Nya, maka tidak diperlukan Yang lain untuk memberikan pencerahan,
bersaksi dan membuat Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka
penting Bapak mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap
orang-orang percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia
akan dosa karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus,
penjelmaan kebenaran, telah naik kepada Bapak; akan penghakiman karena penguasa
dunia dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11*). Dengan jelas
Kristus menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi
akan menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis
1:1*, berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya Yang
Kudus).
Dengan demikian tak dapat dikatakan bahwa Yesus menurut
Alkitab sengaja mengabaikan atau tidak mengakui pentingnya peranan Roh; atau
bahwa bila Ia dicatat menyebut Roh, maka hal itu adalah melulu pengaruh gereja
perdana yang memasukkan pengalaman Pentakosta dan post Pentakosta ke dalam
Injil.
Pernah dikatakan bahwa pada ps-ps permulaan Injil Yoh,
Yesus menarik perhatian pada Roh yang ada sekarang (Yoh 3:5-8*), tapi
dalam bagian terakhir Yesus berbicara mengenai Roh yang akan datang. Dalam hal
ini harus diterima keduanya, bukan mempertentangkan yang satu terhadap yang
lain. Nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Kristus akan membaptis orang dengan Roh
dan api, digenapi sebagian dalam hidup-Nya, namun hal ini baru mendapat
penggenapan sepenuhnya pada hari Pentakosta.
Kis menceritakan ‘pencurahan’ Roh dan pekerjaan ganda-Nya.
Kadang-kadang penekanan terletak pada kekuatan Roh seakan-akan Ia bertindak
secara impersonal (’ turun ke atas’, ‘memenuhi’; lih Kis 2:1* dab).
Kadang-kadang Ia bertindak dengan penampilan berpribadi — personal, ump Kis
5:1* dab, di mana Ia dapat dibohongi dan dalam ayat lain Ia membimbing,
memilih dan menghibur. Dalam Kis, Kristus dan Roh terang dibedakan.
Perhatikanlah Kis 8:16; 19:1-6*, di mana karunia Roh diberikan menyusuli
kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada
landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa
Kristus. Roh datang kepada orang yang percaya akan janji yang dibuat bagi dan
oleh Kristus (bnd acuan PL yang mengacu pada Kis 2:39* yakni Yes
54:13; 57:19*; Yoel 2:28-32*), dan menantikan penggenapannya — bahwa
Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi
saksi-saksi perihal karya akbar Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan
keselamatan di Sion. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi
demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi oleh Roh, berkhotbah dan melakukan pekerjaan
kasih yang ajaib dalam nama Yesus dari Nazaret (#Kis 3:6*); Roh menjaga
kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diriNya dan bagi manusia (Yoh 16:14*).
Ajaran paling rinci perihal Roh terdapat dalam surat
rasuli yang bicara tentang pengalaman jemaat yang dipenuhi oleh Roh. Beberapa
sarjana melihat perkembangan kronologis dalam ajaran Paulus mengenai Roh.
Menurut mereka dalam Surat Paulus yg paling pertama (2 dan 2 Tes), ia
sependapat dengan gereja perdana, terutama dalam pengakuan yg kurang kritis
mengenai karunia lahiriah dari Roh (karunia lidah, nubuat, 1Tes 5:19,20*)
disamping sifat moral batiniah, kekuatan-kekuatan moral yang dikerjakan oleh
Roh (#/TB 1Tes 1:5,6*). Tapi dalam Surat Rm, Kor dan Gal Paulus prihatin
— demikian para sarjana itu — perihal tuntutan berlebih-lebihan akan Roh dari
orang-orang yang menyalahgunakan karunia Roh sehingga merusak keharmonisan
gereja. Ia tetap mengklaim dan sadar akan pengalamannya sendiri dan rekannya
tentang ‘karunia lahiriah’ itu, tapi menomorduakannya dibanding agape Kristen —
kasih Kristus yang dicurahkan dalam hati oleh Roh dan disebut kasih Roh (Rm
15:30*). Penekanan lebih terletak pada buah moral spontan yang memancar
nyata dalam hidup atau perilaku orang percaya karena Roh, ketimbang pada
‘karunia’ Roh. Karunia itu dinilai berdasarkan bobot buah-buah Roh itu (Gal
5:22,23*).
Pada tahap ini terdapat ajaran Paulus mengenai Roh yang
sangat berharga, yaitu hubungan Roh yang sangat dekat dengan Kristus yang
hampir tak dapat dipisahkan. Paulus bicara tentang ‘Roh Kristus’, ‘Roh Allah’
‘Roh Kudus’ dan ‘Roh’ tanpa perbedaan sampai ungkapan yang sangat sulit ‘Tuhan
yg adalah Roh’ (2Kor 3:18*).
Kumpulan Surat-surat terakhir ditulis (menurut tradisi)
saat masa Paulus di penjara (Flp, Ef, Kol, dan Surat-surat Penggembalaan)
menekankan secara bersama-sama pekerjaan Roh yang menciptakan dan memelihara
kesatuan gereja (Ef 4:3,4*).
Dalam tulisan baik yang paling pertama maupun yang
terkemudian (#/TB 1Kor 2* dan #/TB 2Tim 3* — bila theopneustos
menunjuk pada Nafas Roh Allah), Paulus memperlihatkan hubungan antara Roh dan
pengetahuan spiritual, pengertian dan kebijaksanaan. Roh-lah yang mengetahui
pikiran Allah dan yang sanggup mengajarkan perihal Allah dengan meresapkannya
ke dalam pikiran (roh) manusia (1Kor 2:4*; Rm 8:26,27*). Karya
Roh dalam penyataan bersifat menebus. Ia tidak hanya memberitakan berita
menarik tentang Allah, tapi juga bekerjasama dengan Allah dalam aktivitas yang
dibarengi kekuatan (1Kor 2:4*). Paulus tidak menulis langsung mengenai
karya Roh yang menuntun orang pada pertobatan, atau mengenai kelahiran baru.
Tapi karya Roh pada saat kelahiran baru atau sesudahnya sering disebut. Roh-lah
yang mengangkat manusia menjadi anak Allah, dan bersaksi dengan roh manusia
tentang hal itu (Rm 8:15,16*; Gal 4:6*). Roh Perjanjian yang
memeteraikan orang percaya (Ef 1:13*). Roh yang satu yang oleh-Nya
tersedia jalan masuk dalam Kristus kepada Bapak. Jalan masuk meliputi
perdamaian dan persekutuan, terutama dalam doa. Sama seperti Anak yang berdoa
di sebelah kanan Bapak, Roh juga berdoa untuk kita (Ef 2:18*; Rm
8:26*).
Roh Kudus — dengan memberi diriNya menjadi kehidupan
rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan
Kristus yg bangkit dalam dirinya. Roh adalah Pencipta, Sumber dan Penata
kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan
Roh maka orang percaya dapat memperoleh kemenangan melawan dosa. Roh melepaskan
orang kudus dari belenggu ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah; Roh
adalah Roh Kristus Pembebas, dan Yang mengubah orang berdosa, yg menyesuaikannya
dengan citra Kristus (2Kor 3:17,18*). Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah
yang mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan
minuman (Rm 14:17*). Di atas segala-galanya, Roh-lah sumber kebenaran,
sumber kasih kudus yang mengungguli imam dan pengharapan, yang paling pertama
dan utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal
5:22,23*). Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai
dan digunakan (1Kor 12; 13*).
Roh-lah yang mempersatukan, dan apabila Ia membagikan karunia yang berbeda Ia
berusaha memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (Ef 4:3*).
Janganlah memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah
mendukakan-Nya dengan mengandalkan-Nya secara salah (1Tes 5:19*; Ef
4:30*).
Di luar Surat-surat rasul Paulus acuan pada Roh Kudus
sedikit dan tidak menambah kejelasan mengenai sifat atau tabiat-Nya. Alkitab
adalah ucapan dan karya-Nya (Ibr 3:7*; 2Ptr 1:21*). Hubungan-Nya
dengan Kristus dinyatakan (Ibr 9:14*; 1Ptr 1:1,2*; 1Yoh 4:3*).
Dalam Why Kristus yang ditinggikan berbicara kepada jemaat melalui Roh yang
transenden; Roh memperlengkapi penulis Why dengan wahyu eskatologis dan melihat
drama universal yang mencapai puncaknya pada saat Roh dan Pengantin Perempuan
bersama-sama memberi hormat kepada Kristus Tuhan pada kedatangan-Nya yang kedua
kalinya kelak.
Data-data alkitabiah mengenai Roh Kudus menyatakan bahwa
Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yg
kudus, transendental namun sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia.
Kadang-kadang Roh Kudus nampak sebagai daya imanen, atau asas hidup, yang
menopang alam semesta dan isinya. Pengakuan akan kuasa Roh pada tingkat ini pun
sudah sangat bermanfaat bagi manusia, yang setiap waktu dan yang senantiasa
makin tergantung pada energi alam, tapi cenderung menyalahgunakan energi itu
untuk menimbulkan kekacauan dan bencana. PL bicara tentang Roh memampukan para
tukang, mengilhami para pemimpin umat, dan menobatkan orang-orang saleh
sehingga haus akan kekudusan. Semua peri ‘kecakapan’ itu digenapi dalam PB pada
Dia yg melalui nafas Allah tidak terhalang mengucapkan Firman Allah, dan yang
pada diriNya sendiri adalah Logos — Firman Allah. Dosa yg menjadi kendala dalam
diri manusia dipikul oleh Dia yang melalui Roh yang kekal mempersembahkan
diriNya yang tanpa cacat kepada Allah, yang oleh Roh kekudusan dibangkitkan
dari antara orang mati (Ibr 9:14*; Rm 1:4*). Sejak pengalaman itu
Allah yang menjadi manusia bersama kita, menjadi pengalaman Allah Roh berdiam
dalam kita. Kehidupan, terang, kemerdekaan dan kasih Kristus diambil oleh Roh
dan diterapkan pada roh manusia, sehingga manusia diinsyafkan akan kematian,
kegelapan, perhambaan, dan kebencian akan Allah dan segala kebaikan, ia
diperbaharui oleh kekuatan yang menuju pada kebenaran, yaitu Roh kemuliaan.
Pengikut Kristus wajib sadar akan tindakan Roh yang
berperang demi dia dan dengan dia, meyakinkannya, mengubah, mendesak, mengawal
dengan peringatan lembut, supaya tidak memadamkan atau mendukakan Roh dan
teristimewa supaya tidak menghujat Roh. Dampak moral dan spiritual dalam
kepribadian manusia tidak dapat terjadi oleh dan karena sesuatu yang tidak
berpribadi. Dan peningkatan kepribadian yang benar terjadi hanya bila manusia
dipertemukan dengan Roh, dalam Siapa Allah Yahweh — AKU ADALAH YANG AKU ADA —
menjumpai manusia. Pada perjumpaan itu manusia tahu pasti, bahwa tidak ada yang
lain kecuali Allah sendiri yg memanggilnya. Waktu bersekutu dengan Allah dalam
persekutuan Roh penyucian, manusia tahu bahwa sekarang dirinya berada dalam
persekutuan yang baru dengan sesamanya di dalam Kristus, memasuki dan sekaligus
menghayati sarana dan tanggung jawab dalam kerajaan Roh. Manusia baru dapat
tercipta hanya bila Roh Kudus mempersatukan manusia ragawi yang memiliki roh
itu dengan Makhluk Baru Yang Kudus. Dikelilingi oleh dosa, ketidakbenaran,
pencemaran hidup dan ancaman kematian, manusia wajib berseru kepada Roh Kudus yang
dapat menghidupkan dan yang dapat memberikan realitas pada ibadatnya,
pekerjaannya dan kesaksiannya. Hanya dengan mengambil bagian dalam Roh Kudus
dan menghormati anugerahNya, manusia dapat senantiasa dan untuk selamanya
berada dalam citra baru dan menikmati persekutuan dengan Roh Kudus.
KEPUSTAKAAN. H Berkhof, The Doctrine of the
Holy Spirit, 1965; F. D Bruner, A Theology of the Holy Spirit, 1970; J. D. G
Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 1970; Jesus and the Spirit, 1975; ‘Spirit,
Holy Spirit’, NIDNTT 3, hlm 689-709; M Green, I Believe in the Holy Spirit,
1975; G. S Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology, 1965; J. H. E Hull,
The Spirit in the Acts of the Apostles, 1967; M. E Isaacs, The Concept of
Spirit, 1976; G. W. H Lampe, Holy Spirit, 1DB 2, hlm 626-638; K McDonnell
(red.) The Holy Spirit and Power, 1975; G. T Montague, The Holy Spirit: Growth
of a Biblical Tradition, 1976; D Moody, Spirit of the Living God, 1968; E
Schweizer dll, TDNT 6, hlm 332-451; T. S Smail, Reflected Glory, The Spirit in
Christ and Christians, 1975; A. M Stibbs dan J. I Packer, The Spirit within
You, 1967; L. J Suenens, A New Pentecost?, 1975; J. V Taylor, The Go-Between
God, 1972. Tentang roh manusia: H. W Robinson, The Christian Doctrine of Man,
1926; W. D Stacey, The Pauline View of Man, 1956. (GW/IMP/HAO//RBC-2004)
0 komentar:
Post a Comment