PENCOBAAN MENDATANGKAN KEBAIKAN



“Bergembiralah akan hal itu, sebab sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan” (1Ptr. 1:6)


Bayangkanlah apabila di dunia ini tidak ada peperangan, penderitaan dan dunia hanya terpenuhi kedamaiaan….imagine….seperti halnya lirik lagu yang begitu popular yang dinyanyikan oleh Jhon Lennon, pentolan grup band The Beatles. Dimana ia membayangkan sebuah dunia yang damai yang terjauhi dari penderitaan. Tetapi coba bayangkan pula oleh kita, apabila  kita tidak pernah mengalami penderitaan atau rasa sakit, bagaimana rasanya?.


Tentu semasa kecil, orang tua kita pernah melarang kita semisal untuk tidak bermain-main dengan sebuah korek api. Saat itu kita tidak mengetahui mengapa orangtua kita melarang hal itu, namun manakala kita “nekad” bermain korek api dan kita merasakan sakitnya tangan kita setelah terbakar barulah kita menyadari bahwa “penderitaan” itu mendatangkan perbaikan pada sikap dan perilaku kita.


Tetapi rasanya hingga saat ini “pikiran” kita selalu bertanya-tanya mengapa ada penderitaan. Untuk apa Tuhan yang baik menciptakan penderitaan, sakit dan pada akhirnya menimbulkan rasa kekecewaan pada diri kita apabila semua itu tak juga berlalu dalam kehidupan kita.


Saat kita terjatuh dalam lembah kekelaman hal pertama yang mungkin timbul dalam hati adalah mengapa Tuhan, mengapa aku harus mengalami hal ini. Namun, haruskah kita semakin terpuruk karena pencobaan-pencobaan ini? Saat kita tinggal berdiam diri dan hanya mengeluhkan persoalan tersebut akankah waktu pun berhenti mengikuti kita yang hanya “duduk” berdiam diri? Tentunya tidak demikian, waktu tetap berjalan sebagaimana telah Tuhan perintahkan. Cobalah kita lihat pada sebuah jam dinding bagaimana ia bekerja tanpa lelah, jarum-jarum jam itu terus berputar “mengelilingi” putaran waktu. Apakah mereka mengeluh? Ataukah mereka berhenti berputar? Mereka akan berhenti berputar manakala baterainya telah habis. Begitu pula dengan kita, masalah akan selalu datang dan menghampiri di sepanjang kehidupan kita dan masalah itu akan berhenti manakala “baterai” kita pun telah habis.


Jangan larut dalam suatu masalah, singkirkan pikiran-pikran yang mendatangkan diri kita menjadi lemah dalam menghadapi suatu pencobaan. Hidup yang kita jalani tidaklah seluas papan catur. Jadi jangan pernah membatasi alam pikiran kita dengan bidang yang sempit, tetapi tengoklah bagaimana luasnya sebuah samudera. Dan lihatlah bagaimana samudera memberikan contoh dalam menjalani kehidupan ini,  ia tidak pernah membatasi dirinya, padahal setiap hari samudera menerima “air” dari sungai-sungai yang mengaliri bumi. Tetapi air laut itu tidak pernah meluap walaupun dipenuhi oleh bermacam-macam air sungai.


Bersyukurlah kita kepada Tuhan yang telah memberikan kita sebidang tanah yaitu pikiran kita. Kita dapat memilih hendak menanam gandum atau mangga di tanah itu. Jika kita menanam gandum, kita akan menuai biji gandum dalam tiga bulan. Jika di tanah itu kita menanam pohon mangga dan merawatnya, setelah lima tahun kita akan mendapatkan hasilnya bahkan hingga ratusan tahun berikutnya. Pikiran ibarat sebidang tanah yang harus kita rawat dan pelihara. Kita harus menyingkirkan gulma dan hama yang akan merusak kesuburannya. Begitupula dengan diri kita, dimana kita harus memiliki sikap yang positif dalam menghadapi pelbagai pencobaan.


Nikmatilah masa-masa pencobaan yang hadir dalam kehidupan kita, mintalah kepada Tuhan untuk menggenggam tangan kita karena genggaman-Nya sangat kuat. Janganlah kita yang menggenggam karena tangan kita lemah dan terbatas daya dan kekuatannya.

Kisah berikut mungkin akan membantu kita untuk menemukan hikmah di balik berbagai macam pencobaan yang hadir dalam kehidupan kita.

Sepasang kakek dan  nenek pergi berbelanja di sebuah toko souvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju pada sebuah cangkir yang cantik. “Lihatlah cangkir itu” kata si nenek kepada suaminya. “Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat” ujar si kakek.

Saat mereka hendak mendekati cangkir tersebut, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara kepada mereka. “Terimakasih atas perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik . Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari datang seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke dalam sebuah roda.

Kemudian ia memutar-mutar aku hingga aku merasakan pusing yang tiada tara. Stop! Stop! Stop! Aku berteriak berulang-ulang, memohon kepadanya untuk menghentikan perlakuannya. Tetapi orang tersebut tidak menghentikan semua aksinya dan berkata ‘Belum!’ lalu ia menyodok dan meninju aku bertubi-tubi. Stop! Stop! Stop! Aku pun berteriak kembali, akan tetapi tetap saja orang tersebut meninju aku tanpa pernah merasa puas. Tanpa menghiraukan semua teriakan aku, orang tersebut malah melemparkan aku ke dalam perapian. Panas! Panas! Teriak aku dengan keras dan aku memintanya untuk segera menghentikan perbuatannya. Aku meronta saking tak tahan akan penderitaan ini, aku kembali berteriak, Stop! Stop! Stop! Namun semua sepertinya tak membuatnya merasa puas, lalu ia kembali berkata ‘Belum!’.

Akhirnya ia mengangkat aku dari perapian dan membiarkan aku menjadi dingin, pikir aku selesai sudah penderitaanku. Oh ternyata belum, wanita itu berkata ‘Belum!’ , lalu ia memberikan aku kepada seorang pria dan ia kemudian memasukkan aku kembali ke dalam perapian yang lebih panas dari sebelumnya! Tolong! Hentikan penyiksaan ini! Sambil menangis aku berteriak sekuat-kuatnya. Tapi orang ini tidak perduli akan teriakanku. Ia terus membakar aku. Setelah puas menyiksaku, lalu aku dibiarkan dingin.

Setelah benar-benar dingin, seorang wanita cantik mengangkatku dan menempatkan aku dekat sebuah kaca. Aku melihat diriku. Betapa terkejutnya aku. Aku hampir tidak percaya karena di hadapanku berdiri sebuah cangkir yang begitu cantik rupanya, aku kah itu? Sungguh ajaib apa yang telah terjadi pada diriku, semua kesakitan dan pendertiaan yang telah aku alami, menjadi sirna manakala aku melihat keadaan diriku sekarang ini.” 

Seperti itulah Tuhan membentuk karakter diri kita untuk menjadi segambar dan serupa dengan-Nya. Pada saat Tuhan membentuk kita tidaklah menyenangkan, sakit, penuh penderitaan, dan linangan airmata. Tetapi itulah satu-satunya cara bagi-Nya untuk mengubah kita supaya menjadi “cantik” dan memancarkan kemuliaan-Nya.

Anggaplah suatu kebahagiaan apabila kita jatuh ke dalam berbagai pencobaan, sebab kita tahu bahwa ujian terhadap kita akan mendatangkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu menghasilkan buah yang matang supaya kita menjadi sempurna dan utuh serta tak kekurangan suatu apapun.

Apabila kita sedang menghadapi ujian hidup, jangan berkecil hati, karena Dia sedang membentuk diri kita. Bentukan-bentukan ini memang sangat menyakitkan tetapi setelah semua proses itu selesai, kita akan melihat betapa “cantiknya” Tuhan membentuk kita.


WAKTU PRIORITAS



“Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah. Segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin” (Pkh. 1:14)

Tuhan memberi kita jumlah jam yang terbatas dalam setahun, dan kita menghabiskan jam-jam itu untuk meraih tujuan, baik tujuan yang bersifat material maupun spiritual. Tuhan memberikan jumlah jam-jam ini secara berurutan; jam-jam ini tidak dapat diulang ataupun diganti. Dan Tuhan tidak memihak baik pada yang kaya maupun yang miskin, pada yang muda ataupun yang tua. Apa pun kesuksesan yang dapat kita raih dalam kehidupan berasal dari suatu tujuan, dan untuk tujuan inilah kita menggunakan karunia Tuhan yang tidak ternilai ini – waktu.

Tetapi pernahkah terlintas dalam benak kita untuk memberikan waktu kita yang terbaik untuk pasangan, anak dan keluarga kita. Alih-alih karena kesibukan “pekerjaan” hingga kita melupakan arti penting kebersamaan kita dalam kehidupan keluarga. Bagaimana kita dapat mendirikan sebuah mezbah dalam lingkup keluarga apabila kita tidak dapat memberikan waktu kita yang terbaik untuk mereka, bagaimana kita dapat memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan apabila kita tak dapat memberikan “waktu” terbaik kita pada yang terlihat.

Mengejar kesuksesan dalam hal materi memang tidak dilarang, namun haruskah hanya karena sebuah nilai yang fana kita harus mengorbankan nilai yang kekal?. Apakah sebuah kesuksesan hanya di ukur oleh sebuah angka? Apakah angka-angka yang kita raih benar-benar akan mendatangkan kebahagian kepada kita?.

Waktu adalah sebuah anugerah yang begitu berharga yang Tuhan berikan kepada kita. Waktu adalah sebuah harta yang tak ternilai yang Ia ciptakan untuk kebahagiaan manusia. Dalam sehari kita diberikan waktu dua puluh empat jam yang terdiri dari seribu empat ratus empat puluh ribu menit dan terurai menjadi delapan puluh enam ribu empat ratus detik dalam sehari. Dalam satu bulan kita menghabiskan dua juta lima ratus sembilan puluh dua ribu detik, tidak bisakah bagi kita untuk memberikan paling sedikit sepuluh persen dari waktu sebulan yang telah kita pakai untuk kebersamaan dalam sebuah keluarga?. Berikanlah prioritas yang utama bagi orang-orang terdekat yang kita kasihi.
Kisah berikut ini mungkin akan membantu kita menemukan prioritas sehingga kita dapat memiliki lebih banyak waktu! Kisah ini di kutip dari sebuah buku karya Promod Batra yang berjudul Be a Winner Everytime.

Suatu ketika, seorang professor memperlihatkan sejumlah materi di atas mejanya. Ketika kelas dimulai, tanpa sepatah kata pun ia mengambil sebuah stoples kaca besar dan mengisinya dengan batu.

Ia kemudian bertanya pada murid-muridnya apakah stoples itu sudah penuh. Mereka sepakat bahwa stoples itu penuh. Professor itu mengambil sejumlah kerikil dan memasukkanya ke dalam stoples itu. Kerikil itu tentu saja bergulir masuk ke ruang kosong di antara batu-batu yang lebih besar.

Ia kembali bertanya pada murid-muridnya apakah stoples itu sudah penuh. Mereka sepakat bahwa stoples itu sudah penuh. Professor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke dalam stoples itu. tentu saja, pasir itu memenuhi stoples. Ia bertanya sekali lagi apakah stoples itu sudah penuh. Murid-murid memberikan jawaban ya.

Professor itu kemudian menuangkan dua kaleng bir ke dalam stoples, yang langsung mengisi ruang kosong di antara pasir. Sontak saja murid-murid pun tertawa melihat hal tersebut. Segera setelah tawa mereka reda, professor itu melanjutkan, “Saya ingin kalian tahu hal-hal penting dalam kehidupan kalian – keluarga, pasangan, kesehatan, dan anak kalian. Ketika segala sesuatu lenyap dan hanya mereka yang tersisa, hidup kalian masih terasa penuh. Kerikil adalah hal-hal berarti lainnya, seperti pekerjaan, rumah, dan mobil kalian. Pasir adalah segala sesuatu yang lain – hal-hal kecil. Kalau kalian memasukkan pasir terlebih dahulu ke dalam stoples, tidak akan ada lagi ruang bagi kerikil dan batu. Begitu juga dengan kehidupan kalian. Kalau kalian menghabiskan waktu dan energi kalian untuk hal-hal kecil, kalian tidak akan pernah memiliki waktu untuk hal-hal penting.
Curahkan perhatian untuk hal-hal yang penting bagi kebahagiaan kita. Bermainlah dengan anak-anak. Sisihkan waktu untuk menjalani pemeriksaan kesehatan. Ajaklah pasangan kita berjalan-jalan. Akan ada waktu untuk bekerja, membersihkan rumah, atau membuat jamuan makan malam. Terlebih dahulu masukkan batu, hal-hal yang sungguh penting. Tentukanlah prioritas kita. Sisanya hanyalah pasir.

Salah satu murid mengacungkan tangan dan bertanya bir menggambarkan apa. Professor itu tersenyum. “Saya senang kamu menanyakannya. Bir menunjukkan bahwa betapun sibuknya hidupmu, selalu ada waktu untuk menikmati bir”.

KEBAHAGIAAN HIDUP


Skisah kehidupanetiap kita ingin memperoleh sebanyak mungkin kebahagiaan, kesuksesan, dan kepuasan dalam hidup. Kita sibuk mencarinya di mana-mana, bahkan beragam cara dilakukan untuk memperoleh semua itu. Namun banyak diantara kita akhirnya mendapatkan kekecewaan karena pada akhirnya mendapati hidup kita dalam titik stagnan dan kejenuhan.

Semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita semuanya berawal dari pabrik pikiran, yang memproduksi pikiran bahagia atau tidak bahagia. Pikiranlah awal dari suatu proses yang akan terjadi dalam hidup ini berawal, dimana kita “berpikir” bahwa apa yang akan kita lakukan akan membawa kebahagian maka kebahagianlah yang akan kita peroleh. Namun sebaliknya, apabila kita mengawali pikiran ini dengan hal-hal yang buruk dan mendatangkan ketidak bahagiaan maka, hal buruk dan ketidak bahagiaanlah yang akan terjadi.

Dalam hal ini bagaimana kita memproses suatu “kejadian” dengan di awali hal-hal positif maka akan melahirkan hal-hal yang positif pula. Ibarat suatu pohon, ia akan disebut karena buahnya. Jadi dalam hal ini, pikiran adalah memerankan peranan penting dalam hidup kita. Pikiran bagaikan sebuah ruang “produksi” dalam kehidupan kita yang akan menghasilkan suatu “nilai” dimana semua tergantung pada “operatornya” yaitu diri kita sendiri dalam memproses setiap “masalah” yang boleh terjadi dalam ruang lingkup kehidupan kita.

Apapun yang Tuhan berikan kepada kita semua tergantung pada “sikap dan mental” kita dalam memproses semua itu.   Tuhan telah menyediakan 1.000.000 kail mental untuk kita dalam menghadapi kehidupan ini, dan Dia tidak melihat pada hasil akhir, namun Dia lebih melihat dan memperhatikan pada proses kita dalam menyelesaikan suatu tugas yang Dia berikan.

Mulailah dari sekarang untuk memliki sikap dan mental yang baik dalam melaksanakan tugas di kehidupan ini. Jadilah diri sendiri jangan mangharap menjadi orang lain, sebab setiap orang telah Tuhan jadikan dengan “keunikan” tersendiri yang sesuai dengan tugas dan panggilan hidup yang telah Dia berikan kepada kita. Mungkin pada saat kita meraih bintang, kita tidak berhasil mendapatkan satu pun, tetapi yakinlah kita tidak akan pulang dengan tangan hampa.   

Jatuh bangun dalam proses kehidupan adalah suatu hal yang biasa dalam hidup, karena hidup ini adalah bagaikan sebuah “universitas” yang menghadapkan kepada kita serangkaian ujian-ujian kehidupan agar kita “naik tingkat” ke tingkatan yang lebih baik . Mulailah kita BELAJAR  tentang: mencintai pekerjaan kita, mencintai pasangan kita, anak dan atasan kita. dan mulailah untuk BERSYUKUR: atas segala nikmat dan kesempatan yang telah Tuhan berikan.  Saat bahagia tetap bersyukur dan saat mengalami penderitaan kita lebih bersyukur boleh mengalaminya, karena apa pun yang Tuhan ciptakan untuk kita adalah semuanya baik dan untuk kebaikan kita.

Yang terutama adalah kita harus memiliki suatu sikap mental yang tidak mudah untuk berputus asa, ibarat berlayar dengan sebuah perahu layar, kita tidak dapat mengubah arah mata angin, tetapi kita dapat mengatur layar perahu. Percayalah pada diri sendiri, hargai diri kita, bukan dengan keangkuhan melainkan dengan kerendahan hati, rasa percaya diri yang realitas. Berhentilah memikirkan masa lalu, jangan terus menerus mengingat-ingatnya. Jalani hidup kita dengan antusias!. Mulailah sekarang juga, berusahalah sebaik mungkin. Kerahkan seluruh daya upaya maka kita akan berkelimpahan.

Untuk mendatangkan kebahagiaan dalam hidup mulailah dari sekarang untuk BERPIKIR – BERTANYA – BERTINDAK, ketiga hal ini merupakan suatu pondasi dasar dalam mencapai kebahagiaan hidup.

Berpikir itu penting sekali artinya dalam meraih kebahagian terbesar. Berpikir juga merupakan tugas yang sangat berat. Tentunya kita juga dapat melihat bagaimana hasil kerja dari “olah berpikir” dimana seorang Bill Gates dapat berhasil ke puncak kesuksesan oleh karena pikirannya. Penting juga yang harus kita waspadai dalam “berpikir” adalah sikap kita. Benak kita dapat berpikir positif dan negatif. Jika kita ingin menangani masalah, peluang, dan pelbagai peristiwa yang boleh hadir dalam kehidupan, kita harus berada dalam suasana hati yang positif. Hanya diri kita sendirilah yang dapat membuat diri ini berada dalam suasana hati yang positif.

Bertanyalah dan selalu bertanya pada diri kita sudahkah kita menggunakan “karunia waktu” dengan hal-hal yang baik. Ataukah malah sebaliknya “waktu” kita terpenuhi dengan hal-hal keburukan. Jangan pernah “bertanya” mengapa orang dapat berbuat kesalahan namun tanyakan dalam hati kita “mengapa” kita melakukan hal-hal yang buruk, walaupun bagi mata kita hal itu adalah sesuatu yang biasa. Merenungkan kembali setiap “detik” waktu dalam sehari yang telah kita pakai akan mendatangkan pada perubahan sikap kita di kemudian hari. Mulailah dari sekarang untuk meluangkan waktu disela-sela istirahat kita, untuk merenungkan kembali perjalanan hidup yang telah kita lalui di hari ini. satukan hati dan pikiran kita di dalam keheningan malam maka yakinlah kita akan beroleh sebuah bohlam mental kecil dengan kecepatan kilat. Tangkaplah apa yang diberikan oleh “cahaya” bohlam mental tersebut dan mulailah untuk menata ulang kembali sikap dan perilaku diri kita. Dalam keheningan dan kejernihan udara di sepertiga malam akan mendatangkan “keajaiban” yang membawa pembaharuan dalam kehidupan kita. 

Bertindaklah dengan sikap yang tenang dan redam segala emosi, kemarahan dan terutama ke-egoisan diri kita. Sangatlah penting apabila kita ingin mencapai kebahagiaan hidup, kita memiliki sikap yang penuh ketenangan dalam bertindak. Tanggapilah setiap permasalahan dengan respon yang baik bukan dengan “reaksi”. Ibarat sebatang korek api memang memiliki kepala tetapi ia tidak memiliki otak. Karenanya, setiap kali terjadi gesekan kecil, korek api itu langsung terbakar. Tetapi diri kita memiliki kepala dan otak. Oleh karena itu, janganlah kita bereaksi berdasarkan “impuls”…TERSENYUMLAH….semua pasti akan berlalu. Haruslah selalu diingat KEMARAHAN dapat berkembang menjadi bahaya.

Dengan sikap yang penuh ketenangan akan mendatangkan damai sejahtera yang hakiki dan pada periode berikutnya akan membuahkan suatu buah yang dinamakan kebahagiaan. Sikap diri kita yang selalu membawa kedamaiaan akan mendatangkan kebahagiaan bukan saja untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang disekitar kita. Ibarat sebuah pelita ia akan memberikan cahaya di malam yang gelap dan bukankah pelita itu ditaruh di atas kaki dian bukan di bawah gantang?.

MEMBUAT WEBSITE GRATIS

MEMBUAT BLOG WORDPRES


BLOG GRATIS DI BLOGSPOT

PRAKTIKUM ADOBE PHOTOSHOP CS 2

DOKUMEN PENGADAAN BARANG/JASA

Sebuah Renungan



  

Kalau kita mencoba untuk merenung sejenak dan melupakan semua kesibukan sehari-hari maka   kita akan menyadari bahwa manusia jaman sekarang ini paling lama umurnya 80 tahun.      Itupun sudah termasuk panjang umur.

Tetapi kita sering lupa akan hal ini sehingga kita mati-matian mengejar uang, harta, jabatan dan mengabaikan hati nurani kita. Kita menginjak dan menghina orang yang tidak seberuntung kita dan kita menjilat serta mencari muka terhadap orang kaya dan berpangkat.

Kita menilai orang dari mobil, rumah, harta, atau jabatannya dan bukan pada pribadi seseorang. Ini yang membuat kita menjadi orang yang egois, serakah, sombong, materialis dan membutakan hati nurani kita sendiri.

Masing-masing orang bersaing untuk saling melebihi dan pamer kekayaan, pamer rumah, pamer mobil, dan lain-lain. Padahal itu semua hanya membuat orang yang tidak seberuntung kita menjadi panas hati dan iri hati.


Untuk itu kita harus sadar dan ingat bahwa hidup ini tidak semata-mata mengejar uang, harta, jabatan, tapi yang utama hidup ini harus kita isi dengan perbuatan-perbuatan yang berguna dan bermanfaat baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Itu semua membuat kita merasa puas, bahagia, rendah hati dan  mempunyai empati terhadap orang yang tidak seberuntung kita.


Seberapa jauh perjalanan anda dalam hidup ini bergantung pada; apakah anda bersikap lembut kepada yang lebih muda, bersikap kasih kepada yang
 lebih tua. bersimpati kepada yang harus berjuang lebih keras,
danbertenggang rasa kepada yang lemah dan yang kuat.
Suatu hari dalam hidup ini.  anda akan menjadi
salah satu di antaranya.

(George Washington Carver)

Letak Kecantikan Wanita

U ntuk membentuk bibir yang menawan, ucapkanlah kata-kata kebaikan.  Untuk mendapatkan mata yang indah, carilah kebaikan pada setiap orang yang kita jumpai. Untuk mendapatkan bentuk badan yang langsing, bagikanlah makanan dengan mereka yang kelaparan. Untuk mendapatkan rambut yang indah, mintalah seorang anak kecil untuk menyisirnya dengan jemarinya setiap hari. Untuk mendapatkan sikap tubuh yang indah, berjalanlah dengan segala ilmu pengetahuan, dan kita tidak akan pernah berjalan sendirian

Manusia, jauh melebihi segala ciptaan lain. Perlu senantiasa berubah, diperbaharui, dibentuk kembali, dan diampuni. Jadi, jangan pernah kecilkan seseorang dari hati anda. Apabila kita sudah melakukan semuanya itu. ingatlah senantiasa. Jika suatu ketika kita memerlukan pertolongan, akan senantiasa ada tangan terulur. Dan dengan bertambahnya usia kita, akan semakin mensyukuri telah diberi dua tangan, satu untuk menolong diri kita sendiri dan satu lagi untuk menolong orang lain.

Kecantikan wanita bukan terletak pada pakaian yang dikenakan, bukan pada bentuk tubuh, atau cara dia menyisir rambutnya. Kecantikan wanita terdapat pada mata. cara dia memandang dunia. Karena di matanya terletak gerbang menuju ke setiap hati manusia, di mana cinta dapat berkembang.



                             
Kerendahan hati menuntun pada kekuatan bukan
kelemahan.Mengakui kesalahan dan melakukan
perubahan atas kesalahan adalah bentuk
tertinggi dari penghormatan pada
diri sendiri.
(John Mccloy)

Hidup Itu Indah

Dalam menghadapi kehidupan ini, kita sering merasa hidup begitu menekan   dan  sulit.   Berbagai pekerjaan membuat kita melewati hari demi hari dalam stres yang tak  berkeputusan. Berbagai masalah membuat kita tak mampu lagi melihat hal-hal yang indah dan menarik dalam hidup. Bahkan kadangkala ada juga orang yang begitu putus asa sehingga mencoba mengakhiri hidupnya sendiri. Kalaupun tidak seekstrim itu, banyak orang menjadi seperti robot. Melewati hari demi hari dalam rutinitas. Tanpa gairah, tanpa semangat, tanpa harapan.

Dengan memiliki harapan manusia mempunyai alasan untuk tetap melanjutkan hidupnya. Harapan membuat manusia tidak pernah berhenti berjuang. Harapan membuat manusia merancangkan langkah-langkah yang tepat bagi kelangsungan hidupnya. Ini membuktikan bahwa hidup manusia itu berharga karena didalamnya terkandung nilai-nilai yang diperjuangkan untuk membuat manusia tetap hidup. Hidup sangat berharga. Bahwa kita yang hidup tahu,  kita akan mati sementara orang mati tidak dapat berbuat apa-apa. Ini menunjukkan bahwa hidup menjadi berharga karena kita melakukan sesuatu; berbuat sesuatu seperti untuk menikmati segala hal dalam hidup ini dengan sukacita dan kita juga senantiasa hidup dalam kebenaran dan keadilan, dengan tetap menjaga hidup kerohanian kita. Semua hal ini memberi penjelasan kepada kita, bahwa keindahan hidup tidak diukur dari panjang pendeknya umur, tidak juga diukur dari kaya miskinnya orang, tetapi dari bagaimana ia mengisi hidupnya.


Hidup menjadi berarti jika kita mengisinya dengan kerja dan usaha tentang hal hal yang baik. Yang paling penting dari semua itu adalah meskipun hidup ini siasia. tetapi hidup ini adalah pemberian Tuhan. Maka selama kita hidup nikmatilah hidup kita dengan kerja, sukacita dan harapan. Hanya dengan demikian kita dapat menemukan keindahan hidup, pendek atau panjang umur kita. Kita dapat menikmati keindahan hidup, kaya atau miskin keadaan kita. Karena hidup adalah Anugerah.


Kebahagiaan anda tumbuh berkembang manakala anda membantu orang
lain. Namun, bilamana anda tidak mencoba membantu sesama,
kebahagiaan akan layu dan mengering. Kebahagiaan itu bagaikan sebuah
tanaman; harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi.
(J. Donald Walters)

Kekuatan Api Cinta

Alkisah suatu ketika, Kapak, Gergaji, Palu, dan Nyala Api sedang mengadakan perjalanan bersama-sama. Di suatu tempat, perjalanan mereka terhenti karena terdapat sepotong besi baja yang tergeletak menghalangi jalanan. Mereka berusaha menyingkirkan baja tersebut dengan kekuatan yang mereka miliki masing-masing.

"Itu bisa aku singkirkan," kata Kapak. Pukulan-pukulannya keras sekali menghantam baja yang kuat dan keras juga itu. Tapi tiap bacokan hanya membuat kapak itu lebih tumpul sendiri sampai ia berhenti.

"Sini, biar aku yang urus," kata Gergaji. Dengan gigi-gigi yang tajam tanpa perasaan, iapun mulai menggergaji. Tapi kaget dan kecewa ia, semua giginya jadi tumpul dan rontok.


"Apa kubilang," kata Palu, "Kan aku sudah omong, kalian tak bisa. Sini, sini aku tunjukkan caranya." Tapi baru sekali ia memukul, kepalanya terpental sendiri, dan baja tetap tak berubah.

"Boleh aku coba?" tanya Nyala Api. Dan iapun melingkarkan diri, dengan lembut menggeluti, memeluk, dan mendekapnya erat-erat tanpa mau melepaskannya. Baja yang keras itupun meleleh cair.


Ada banyak hati yang cukup keras untuk melawan kemurkaan dan amukan kemarahan demi harga tinggi. Tapi jarang ada hati yang tahan melawan nyala api cinta kasih yang hangat. Betapa arif bijak ada dalam sebuah kelembutan dan kehangatan.seperti api mencairkan hati yang dingin. Ah, tak ada yang tahan menampik nyala cinta kasih.

Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja: siapa tahu. pada suatu
hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kaubenci. Dan bencilah
orang yang kau benci sekedarnya saja; siapa tahu. pada suatu hari kelak,
ia akan menjadi orang yang kaucintai.
(Imam Ali RA)

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings