ROH KUDUS


     
Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api. Kepelbagaian itu membantu untuk menerangkan identitas dan kerja Roh.

      Ada yang berpendapat bahwa ajaran PL dan ajaran PB mengenal pokok ini tak dapat dipersatukan, tapi pendapat itu tidak benar. PL dan PB tidak bertentangan tentang pemeliharaan Allah dan anugerah-Nya, atau tentang tindakan Logos dalam penciptaan dan pekerjaan penyelamatan oleh Anak Allah, atau mengenal Roh Kudus. Bapak dan Anak aktif dalam kedua Kitab Perjanjian itu, dan Roh Kudus bekerja sepanjang zaman. Memang benar, hanya dalam PB terdapat gambaran rinci mengenal aktivitas-Nya. Tapi ajaran Tuhan Yesus dan para rasul sama sekali tidak bertentangan dengan apa yg kita pelajari dari penulis PL.

      Karena Allah itu Roh adanya (Yoh 4:24*), pemikiran tentang Trinitas berasaskan ‘Roh’, mengaburkan perbedaan antara Roh, Bapak, dan Anak. Berbicara mengenal Roh sebagai tali kasih antara Bapak dan Anak, atau mendefinisikan Roh sebagai ‘tindakan hidup Allah di dunia’, memang menekankan kebenaran berharga namun cenderung mengurangi kepribadian Roh, sehingga Ia menjadi tidak lebih dari pengaruh atau kekuatan yang bersifat baik.

      Berita PL tentang aktivitas Roh memang lebih mudah diterangkan sebagai aktivitas dari sesuatu yang impersonal — tidak berpribadi — daripada berita PB. Tapi Allah hadir secara pribadi dan berkuasa melalui Roh-Nya, demikian PL dan PB. Dalam PL dan PB ada gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus dari yang eksternal ke yang internal — dari yang lahiriah ke yang batiniah, dan dari penerapan atas ‘keadaan’ ke penerapan atas ‘watak’. Ihwal yang ragawi dan amoral menuju ke yang rohani dan moral.


I. Perjanjian Lama (PL)

Dalam PL dapat dilihat lima segi pekerjaan Roh.


a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan


Roh melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2), membentuk manusia (Kej 2:7), mencerahkan langit (Ayub 26:13), memelihara kehidupan binatang, dan membaharui permukaan bumi (Mzm 104:30*). Roh itulah ruakh (’ nafas’, ‘angin’) Allah, tenaga dan kekuatan Allah, asas dari kehidupan manusia dalam segala seginya. Manusia — roh, jiwa dan tubuh — terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah ‘pelita Tuhan’ (ms 20:27*) bila berada dalam Roh Tuhan. Bila roh manusia mempunyai hubungan yang benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. (Dlm PL manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia mempunyai ‘hati’ atau ia adalah pribadi.) Sayang, karena dosa, manusia membuat dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merusak kepribadiannya sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.


b. Pekerjaan Roh dalam melengkapi manusia bagi pelayanan


Roh datang pada orang yANg dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, mis keahlian (Kel 31:3*), kepemimpinan (Hak 3:10*), kekuatan badani (Hak 14:6*). Hal itu dibuat-Nya tanpa harus mengubah moral orang itu.


c. Pekerjaan Roh dalam mengilhami para nabi


Ada kalanya mereka yang fanatik mengatakan dini digerakkan oleh Roh Kudus melakukan hal-hal yang bagi orang-orang lain adalah berlebih-lebihan. Orang-orang lain itu sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya orang-orang lain itu cenderung memisahkan dini dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gamblang menyebut diri didiami oleh Roh Kudus (Am 7:14*; Yer 31:33*; Hos 9:7*). Sementara itu ada pula nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh Kudus. Karya Roh Kudus dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.


Pada prinsipnya pandangan ini diulangi oleh Yesaya dan Yehezkiel, yang terus terang dan tegas menyamakan Roh Kudus dengan Allah (Yes 63:10,11*) dan memberikan dua dari ketiga contoh dalam PL dimana istilah ‘Roh Kudus’ digunakan.


d. Pekerjaan Roh Kudus dalam menghasilkan kehidupan bermoral


Bagi pemazmur kehadiran Roh Kudus berarti kehancuran roh manusia dan penyesalan, hati yang bersih, setia dan bahagia. Dalam Mzm 139:7* Roh Allah disamakan dengan kehadiran-Nya dan keduanya tak dapat dihindari. Pendekatan dan kuasa Allah membuat pemazmur menaikkan permohonan supaya hati nuraninya diselidiki dan ia dipimpin di jalan kekal (Mzm 139:23,24*).


e. Pekerjaan Roh menubuatkan Mesias


Pemazmur mencatat kehadiran Roh pada zamannya dan beberapa penafsir menganggap itu puncak penyataan Roh dalam PL. Tapi nabi juga merujuk pada pekerjaan Roh pada masa datang, dan tentang itu ada dua acuan. Pertama, nubuat bahwa Roh akan mendiami tokoh mesianis (Yes 11:2; 42:1-4; 61:1,2*; bnd Luk 4:18*). Kedua, nubuat tentang kegiatan Roh dalam umat perjanjian Allah umumnya (Yeh 36:26,27*; Yoel 2:28* dab).


Kurun waktu antar perjanjian (inter-testamental) kurang mengalami kehadiran Roh. Menurut dugaan, dengan penuh kerinduan orang zaman itu menoleh ke belakang, atau dengan sangat berharap memandang ke depan, tapi tidak mengalami sukacita sebagai dampak pekerjaan Roh. Namun beberapa penafsir Gulungan Laut Mati berkata, kuasa Roh Kudus dialami oleh orang Esen dan mungkin juga oleh sekte lain sebelum kedatangan Kristus.


II. Perjanjian Baru (PB)


PB penuh rujukan pada Roh (Yunani pneuma). Ia disebut dalam tiap kitab kecuali 2 dan 3 Yoh. Dalam Injil Sinoptik banyak acuan kepada Roh berkaitan dengan peristiwa akbar dalam hidup Yesus, kontras dengan kurangnya ucapan Yesus sendiri mengenai pekerjaan Roh. Ucapan Yesus yang berkaitan dengan Roh hanya lima, dan beberapa sarjana mengatakan hanya satu dari antaranya sebagai asli (Mrk 3:29, Mat 12:31, Luk 12:10*), yang lainnya dicurigai dengan berbagai alasan. Ini bukanlah tempat untuk membicarakan keberatan itu secara rinci. Cukup mengatakan bahwa seandainya ucapan Kristus tentang Roh ditiadakan, maka tindakan itu sama sekali tidak dapat diterapkan atas rincian kehidupan-Nya yang dicatat penulis Sinoptik. Roh itu berperan serta dalam peristiwa sebelum kelahiran Yesus (Luk 1:15,35,41*), pada kelahiran dan peristiwa lain yang segera menyusul (Luk 2:25-27*), baptisan (Mat 3:13-17*), pencobaan (Mat 4:1-11*), permulaan pelayanan (Luk 4:14*), ucapan pengantar pada awal pelayanan Yesus (Luk 4:18* dab), pengusiran roh jahat dan pemberian kuasa kepada rasul-Nya untuk membaptis dalam nama Tritunggal termasuk Roh Kudus (#Mat 28:19*). Hal ini bersama pertimbangan lain, cukup untuk membantah pendapat bahwa dalam ‘agama Yesus’ peranan Roh lebih sempit dari peranan-Nya dalam ‘kepercayaan gereja perdana’, dan pendapat bahwa Yesus takut terhadap pengertian yang berlebih-lebihan perihal Roh pada saat itu, sehingga lebih menyukai persekutuan akrab dengan BapakNya.


Yoh 14; 15; 16* yg penuh uraian tentang Roh, menerangkan mengapa Yesus kurang menyebut Roh pada permulaan pelayanan-Nya. Roh tak berperan sepenuhnya dalam dini orang percaya dan atas dunia sampai Anak kembali kepada Bapak melalui salib, kebangkitan dan kenaikan. Memang Yesus memiliki Roh dan Roh tersedia bagi Dia (Yoh 3:34*), tapi Roh hanya dapat mendiami murid Yesus (Yoh 14:17*). Dan karena Roh — pada hakikatnya — adalah ‘diri Kristus’, maka peranan langsung Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang menikmati kehadiran Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela, Penghibur dan Sumber kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun waktu inkarnasi-Nya di bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu mendesak hingga Kristus kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung menjelaskan diriNya sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, maka tidak diperlukan Yang lain untuk memberikan pencerahan, bersaksi dan membuat Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka penting Bapak mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap orang-orang percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia akan dosa karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus, penjelmaan kebenaran, telah naik kepada Bapak; akan penghakiman karena penguasa dunia dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11*). Dengan jelas Kristus menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi akan menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis 1:1*, berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya Yang Kudus).


Dengan demikian tak dapat dikatakan bahwa Yesus menurut Alkitab sengaja mengabaikan atau tidak mengakui pentingnya peranan Roh; atau bahwa bila Ia dicatat menyebut Roh, maka hal itu adalah melulu pengaruh gereja perdana yang memasukkan pengalaman Pentakosta dan post Pentakosta ke dalam Injil.


Pernah dikatakan bahwa pada ps-ps permulaan Injil Yoh, Yesus menarik perhatian pada Roh yang ada sekarang (Yoh 3:5-8*), tapi dalam bagian terakhir Yesus berbicara mengenai Roh yang akan datang. Dalam hal ini harus diterima keduanya, bukan mempertentangkan yang satu terhadap yang lain. Nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Kristus akan membaptis orang dengan Roh dan api, digenapi sebagian dalam hidup-Nya, namun hal ini baru mendapat penggenapan sepenuhnya pada hari Pentakosta.


Kis menceritakan ‘pencurahan’ Roh dan pekerjaan ganda-Nya. Kadang-kadang penekanan terletak pada kekuatan Roh seakan-akan Ia bertindak secara impersonal (’ turun ke atas’, ‘memenuhi’; lih Kis 2:1* dab). Kadang-kadang Ia bertindak dengan penampilan berpribadi — personal, ump Kis 5:1* dab, di mana Ia dapat dibohongi dan dalam ayat lain Ia membimbing, memilih dan menghibur. Dalam Kis, Kristus dan Roh terang dibedakan. Perhatikanlah Kis 8:16; 19:1-6*, di mana karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yang percaya akan janji yang dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd acuan PL yang mengacu pada Kis 2:39* yakni Yes 54:13; 57:19*; Yoel 2:28-32*), dan menantikan penggenapannya — bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi saksi-saksi perihal karya akbar Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan keselamatan di Sion. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi oleh Roh, berkhotbah dan melakukan pekerjaan kasih yang ajaib dalam nama Yesus dari Nazaret (#Kis 3:6*); Roh menjaga kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diriNya dan bagi manusia (Yoh 16:14*).


Ajaran paling rinci perihal Roh terdapat dalam surat rasuli yang bicara tentang pengalaman jemaat yang dipenuhi oleh Roh. Beberapa sarjana melihat perkembangan kronologis dalam ajaran Paulus mengenai Roh. Menurut mereka dalam Surat Paulus yg paling pertama (2 dan 2 Tes), ia sependapat dengan gereja perdana, terutama dalam pengakuan yg kurang kritis mengenai karunia lahiriah dari Roh (karunia lidah, nubuat, 1Tes 5:19,20*) disamping sifat moral batiniah, kekuatan-kekuatan moral yang dikerjakan oleh Roh (#/TB 1Tes 1:5,6*). Tapi dalam Surat Rm, Kor dan Gal Paulus prihatin — demikian para sarjana itu — perihal tuntutan berlebih-lebihan akan Roh dari orang-orang yang menyalahgunakan karunia Roh sehingga merusak keharmonisan gereja. Ia tetap mengklaim dan sadar akan pengalamannya sendiri dan rekannya tentang ‘karunia lahiriah’ itu, tapi menomorduakannya dibanding agape Kristen — kasih Kristus yang dicurahkan dalam hati oleh Roh dan disebut kasih Roh (Rm 15:30*). Penekanan lebih terletak pada buah moral spontan yang memancar nyata dalam hidup atau perilaku orang percaya karena Roh, ketimbang pada ‘karunia’ Roh. Karunia itu dinilai berdasarkan bobot buah-buah Roh itu (Gal 5:22,23*).


Pada tahap ini terdapat ajaran Paulus mengenai Roh yang sangat berharga, yaitu hubungan Roh yang sangat dekat dengan Kristus yang hampir tak dapat dipisahkan. Paulus bicara tentang ‘Roh Kristus’, ‘Roh Allah’ ‘Roh Kudus’ dan ‘Roh’ tanpa perbedaan sampai ungkapan yang sangat sulit ‘Tuhan yg adalah Roh’ (2Kor 3:18*).


Kumpulan Surat-surat terakhir ditulis (menurut tradisi) saat masa Paulus di penjara (Flp, Ef, Kol, dan Surat-surat Penggembalaan) menekankan secara bersama-sama pekerjaan Roh yang menciptakan dan memelihara kesatuan gereja (Ef 4:3,4*).


Dalam tulisan baik yang paling pertama maupun yang terkemudian (#/TB 1Kor 2* dan #/TB 2Tim 3* — bila theopneustos menunjuk pada Nafas Roh Allah), Paulus memperlihatkan hubungan antara Roh dan pengetahuan spiritual, pengertian dan kebijaksanaan. Roh-lah yang mengetahui pikiran Allah dan yang sanggup mengajarkan perihal Allah dengan meresapkannya ke dalam pikiran (roh) manusia (1Kor 2:4*; Rm 8:26,27*). Karya Roh dalam penyataan bersifat menebus. Ia tidak hanya memberitakan berita menarik tentang Allah, tapi juga bekerjasama dengan Allah dalam aktivitas yang dibarengi kekuatan (1Kor 2:4*). Paulus tidak menulis langsung mengenai karya Roh yang menuntun orang pada pertobatan, atau mengenai kelahiran baru. Tapi karya Roh pada saat kelahiran baru atau sesudahnya sering disebut. Roh-lah yang mengangkat manusia menjadi anak Allah, dan bersaksi dengan roh manusia tentang hal itu (Rm 8:15,16*;  Gal 4:6*). Roh Perjanjian yang memeteraikan orang percaya (Ef 1:13*). Roh yang satu yang oleh-Nya tersedia jalan masuk dalam Kristus kepada Bapak. Jalan masuk meliputi perdamaian dan persekutuan, terutama dalam doa. Sama seperti Anak yang berdoa di sebelah kanan Bapak, Roh juga berdoa untuk kita (Ef 2:18*; Rm 8:26*).


Roh Kudus — dengan memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yg bangkit dalam dirinya. Roh adalah Pencipta, Sumber dan Penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan Roh maka orang percaya dapat memperoleh kemenangan melawan dosa. Roh melepaskan orang kudus dari belenggu ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah; Roh adalah Roh Kristus Pembebas, dan Yang mengubah orang berdosa, yg menyesuaikannya dengan citra Kristus (2Kor 3:17,18*). Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah yang mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan minuman (Rm 14:17*). Di atas segala-galanya, Roh-lah sumber kebenaran, sumber kasih kudus yang mengungguli imam dan pengharapan, yang paling pertama dan utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal 5:22,23*). Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai dan digunakan (1Kor 12;  13*). Roh-lah yang mempersatukan, dan apabila Ia membagikan karunia yang berbeda Ia berusaha memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (Ef 4:3*). Janganlah memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah mendukakan-Nya dengan mengandalkan-Nya secara salah (1Tes 5:19*; Ef 4:30*).


Di luar Surat-surat rasul Paulus acuan pada Roh Kudus sedikit dan tidak menambah kejelasan mengenai sifat atau tabiat-Nya. Alkitab adalah ucapan dan karya-Nya (Ibr 3:7*; 2Ptr 1:21*). Hubungan-Nya dengan Kristus dinyatakan (Ibr 9:14*; 1Ptr 1:1,2*; 1Yoh 4:3*). Dalam Why Kristus yang ditinggikan berbicara kepada jemaat melalui Roh yang transenden; Roh memperlengkapi penulis Why dengan wahyu eskatologis dan melihat drama universal yang mencapai puncaknya pada saat Roh dan Pengantin Perempuan bersama-sama memberi hormat kepada Kristus Tuhan pada kedatangan-Nya yang kedua kalinya kelak.


Data-data alkitabiah mengenai Roh Kudus menyatakan bahwa Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yg kudus, transendental namun sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia. Kadang-kadang Roh Kudus nampak sebagai daya imanen, atau asas hidup, yang menopang alam semesta dan isinya. Pengakuan akan kuasa Roh pada tingkat ini pun sudah sangat bermanfaat bagi manusia, yang setiap waktu dan yang senantiasa makin tergantung pada energi alam, tapi cenderung menyalahgunakan energi itu untuk menimbulkan kekacauan dan bencana. PL bicara tentang Roh memampukan para tukang, mengilhami para pemimpin umat, dan menobatkan orang-orang saleh sehingga haus akan kekudusan. Semua peri ‘kecakapan’ itu digenapi dalam PB pada Dia yg melalui nafas Allah tidak terhalang mengucapkan Firman Allah, dan yang pada diriNya sendiri adalah Logos — Firman Allah. Dosa yg menjadi kendala dalam diri manusia dipikul oleh Dia yang melalui Roh yang kekal mempersembahkan diriNya yang tanpa cacat kepada Allah, yang oleh Roh kekudusan dibangkitkan dari antara orang mati (Ibr 9:14*; Rm 1:4*). Sejak pengalaman itu Allah yang menjadi manusia bersama kita, menjadi pengalaman Allah Roh berdiam dalam kita. Kehidupan, terang, kemerdekaan dan kasih Kristus diambil oleh Roh dan diterapkan pada roh manusia, sehingga manusia diinsyafkan akan kematian, kegelapan, perhambaan, dan kebencian akan Allah dan segala kebaikan, ia diperbaharui oleh kekuatan yang menuju pada kebenaran, yaitu Roh kemuliaan.


Pengikut Kristus wajib sadar akan tindakan Roh yang berperang demi dia dan dengan dia, meyakinkannya, mengubah, mendesak, mengawal dengan peringatan lembut, supaya tidak memadamkan atau mendukakan Roh dan teristimewa supaya tidak menghujat Roh. Dampak moral dan spiritual dalam kepribadian manusia tidak dapat terjadi oleh dan karena sesuatu yang tidak berpribadi. Dan peningkatan kepribadian yang benar terjadi hanya bila manusia dipertemukan dengan Roh, dalam Siapa Allah Yahweh — AKU ADALAH YANG AKU ADA — menjumpai manusia. Pada perjumpaan itu manusia tahu pasti, bahwa tidak ada yang lain kecuali Allah sendiri yg memanggilnya. Waktu bersekutu dengan Allah dalam persekutuan Roh penyucian, manusia tahu bahwa sekarang dirinya berada dalam persekutuan yang baru dengan sesamanya di dalam Kristus, memasuki dan sekaligus menghayati sarana dan tanggung jawab dalam kerajaan Roh. Manusia baru dapat tercipta hanya bila Roh Kudus mempersatukan manusia ragawi yang memiliki roh itu dengan Makhluk Baru Yang Kudus. Dikelilingi oleh dosa, ketidakbenaran, pencemaran hidup dan ancaman kematian, manusia wajib berseru kepada Roh Kudus yang dapat menghidupkan dan yang dapat memberikan realitas pada ibadatnya, pekerjaannya dan kesaksiannya. Hanya dengan mengambil bagian dalam Roh Kudus dan menghormati anugerahNya, manusia dapat senantiasa dan untuk selamanya berada dalam citra baru dan menikmati persekutuan dengan Roh Kudus.



KEPUSTAKAAN. H Berkhof, The Doctrine of the Holy Spirit, 1965; F. D Bruner, A Theology of the Holy Spirit, 1970; J. D. G Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 1970; Jesus and the Spirit, 1975; ‘Spirit, Holy Spirit’, NIDNTT 3, hlm 689-709; M Green, I Believe in the Holy Spirit, 1975; G. S Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology, 1965; J. H. E Hull, The Spirit in the Acts of the Apostles, 1967; M. E Isaacs, The Concept of Spirit, 1976; G. W. H Lampe, Holy Spirit, 1DB 2, hlm 626-638; K McDonnell (red.) The Holy Spirit and Power, 1975; G. T Montague, The Holy Spirit: Growth of a Biblical Tradition, 1976; D Moody, Spirit of the Living God, 1968; E Schweizer dll, TDNT 6, hlm 332-451; T. S Smail, Reflected Glory, The Spirit in Christ and Christians, 1975; A. M Stibbs dan J. I Packer, The Spirit within You, 1967; L. J Suenens, A New Pentecost?, 1975; J. V Taylor, The Go-Between God, 1972. Tentang roh manusia: H. W Robinson, The Christian Doctrine of Man, 1926; W. D Stacey, The Pauline View of Man, 1956. (GW/IMP/HAO//RBC-2004)

RIWAYAT HIDUP YESUS KRISTUS


I. Kebenaran sejarah

         Fakta sejarah bahwa Kristus pernah hidup di dunia ini tak dapat disangkal. Segenap upaya untuk membuktikan bahwa itu tidak benar selama 200 thn silam gagal total. Kenyataan bukan hanya bahwa seluruh PB disusun berdasarkan Kristus yg benar hidup, tapi lahirnya dan berkembangnya gereja bahkan perjalanan sejarah dunia sejak 19 abad yang lalu, tak dapat diterangkan terlepas dari realitas sejarah tentang Kristus yang hidup, mati dan bangkit kembali.


         Bahwa sumber-sumber data di~ luar Alkitab dari abad pertama sesudah pelayanan Kristus hanya sedikit menyinggung mengenai Dia, hal itu adalah lumrah. Agama Kristen adalah salah satu dari sekian agama yang lahir di negeri timur wilayah dunia Romawi pada kedua abad pertama. Perihal agama itu sedikit sekali yang menarik perhatian para ahli sejarah bangsa-bangsa. Tapi sesudah agama Kristen bertikai dengan negara, agama itu penting disebut terutama pada kurun waktu itu, dan penulis-penulis non-Kristen pertama yang menyinggungnya berkaitan dengan pertikaian itu menyebut Kristus adalah pendiri Agama Kristen (Tacitus, Annals 15. 44; Suetonius, Claudius 25, Nero 16; Plinius, Epistles 10.96).


         Di luar berita dalam tulisan Yosefus (Ant. 18. 64), yang sangat diragukan dan sudah pasti banyak ditambah dengan sisipan, tak pernah Yesus disebut langsung dalam tulisan-tulisan Yahudi yang non-Kristen pada zaman itu. Penyebabnya ialah rasa permusuhan dan dendam yang selalu timbul jika pemimpin-pemimpin Yahudi zaman itu teringat kepada Yesus. Tapi secara tak langsung ada rujukan kepada Dia dalam tulisan-tulisan rabi terdahulu, yang menyebut Dia orang durhaka di Israel dan yang mempraktikkan sihir, yabg mencemooh kata-kata orang bijak, menuntun orang tersesat, datang untuk menambahi hukum Taurat, yang mati digantung pada hari sebelum Hari Raya Paskah orang Yahudi, dan yg murid-murid-Nya menyembuhkan orang sakit dalam namaNya. Kita dapat, mengenal Kristus di belakang gambaran ini.


         Pada abad-abad pertama M tak seorang pun gembong musuh agama Kristen yang menyangkal bahwa Yesus hidup dan mati di Palestina, dan bahwa Dia melakukan mujizat-mujizat — tak menjadi soal, keterangan apa pun yang mereka berikan tentang kekuasaan yang Dia gunakan untuk melakukannya. Dan pada masa kini tak seorang pun ahli sejarah yang obyektif menyangkal fakta sejarah mengenai Kristus. Bukanlah ahli sejarah bila bermain-main dengan khayalan suatu ‘dongeng Kristus’. Tidak hanya kematian-Nya saja, tapi kebangkitan-Nya juga harus dihitung termasuk realitas sejarah yang paling teguh dan sahih.


II. Sumber-sumber

         Mengenai keterangan terperinci peri kehidupan Kristus, kita mutlak bergantung pada Pendalaman Alkitab. Seperti sudah dikatakan, tidak banyak yang dapat diharapkan dari penelitian atas kepustakaan Yahudi atau non-Yahudi dari dekade awal tahun M, dan jika kita beralih ke kepustakaan Kristen di luar Alkitab dari zaman yang sama, hanya sedikit yang akan kita dapati di sana yang belum disebut dalam PB. Kebanyakan Injil Apokrifa mencolok sebagai hasil khayalan, sehingga — dengan cara yang bertentangan — membantu untuk membuktikan watak sejarah Injil-injil Kanon, tapi tidak menambah pengetahuan apa pun tentang Tuhan Yesus.


         Berita Injil bukanlah riwayat hidup dalam arti biasa ungkapan itu. Masing-masing penulis keempat Injil mempunyai tujuan khas dalam menulis Injilnya, dan mereka teliti memilih bahan dari data yang tersedia tentang hidup Tuhan Yesus Kristus. Kendati banyak beda penekanan peri segi-segi tertentu hidup Yesus, keempat Injil itu memberitakan Kristus yg satu dan sama adalah Tuhan dan Juruselamat, Anak Manusia sejati dan Anak Tunggal Allah.


         Karena keempat Injil bukanlah riwayat hidup biasa, tapi pengumuman kabar baik mengenai Yesus yang adalah Juruselamat dan Tuhan, maka sukar mencari di dalamnya kronologis yang ketat. Pada pihak lain, tujuan agamawi para penulis Injil tidak menyesatkan mereka untuk mengabaikan watak sejarah hidup Yesus. Seperti jelas dinyatakan dalam kata pendahuluan Injil ketiga, para penulis itu benar-benar menyadari betapa mendesak dan perlunya mengumumkan kebenaran tentang Kristus. Bagi mereka dan sesama mereka yang seiman kepercayaan kepada Kristus adalah soal hidup atau mati. Karena itu mereka tak dapat mengalaskan iman mereka pada takhayul, dongeng atau legenda. Kepercayaan seperti yang dimiliki generasi Kristen pertama menuntut ketaatan mutlak kepada Kristus — bahkan ketaatan mutlak sampai mati. Kepercayaan seperti itu hanya dapat didasarkan pada fakta-fakta yang benar-benar meyakinkan. Lagipula, begitu dekat dan hidup hubungan para penulis Injil dengan banyak saksi mata yang sempat mendengar dan melihat sendiri Tuhan Yesus, sehingga para penulis itu mempunyai kesempatan yang khas luar biasa untuk memperoleh bukti-bukti nyata dan sah. Disamping itu, karena fakta-fakta historis itu diperoleh dari begitu banyak saksi mata, maka para penulis Injil tidak berani memberikan keterangan-keterangan fiktif.


         Kendati Lukas memasukkan ke dalam Injilnya sebagian besar dari tulisan Markus, dan mungkin Yohanes sudah mengenal baik ketiga Injil pertama, tapi masing-masing keempat Injil itu merupakan sumber yang berdiri sendiri mengenai hidup Tuhan Yesus. Masing-masing menekankan segi tertentu dari hidup dan pelayanan Kristus — yang satu melebihi yang lain, tapi pada dasarnya Kristus yg sama dan yg satu itulah yg kita jumpai dalam keempatnya. Hal itu benar dalam Injil Yohanes, seperti dalam Injil-injil Sinoptik. Injil Yohanes  melengkapi yang lain, dan — sebagai hasil perenungan yang bertahun-tahun dan pemikiran yang lebih matang tentang makna filsafat dan teologi yang lebih dalam peri sejarah Injil — Yohanes lebih memusatkan perhatiannya kepada ajaran Tuhan Yesus mengenai diriNya sebagai Anak Allah. Tapi Yohanes tidak memberitakan Kristus yang lain dari Kristus yang diberitakan oleh ketiga penulis Injil terdahulu.

     
   Ringkasnya, sumber paling jitu dan paling terpercaya untuk memperoleh informasi tentang hidup Yesus Kristus adalah keempat Injil Kanon. Kendati bagian PB lainnya tidak menambah rincian informasi atas peri kehidupan Yesus yg disajikan dalam Kitab-kitab Injil, penting diperhatikan bahwa Kisah Para Rasul, Surat-surat dan Wahyu semuanya disusun berdasarkan fakta bahwa Yesus hidup, mengajar, menderita kematian dan menang atas maut seperti diceritakan oleh Kitab-kitab Injil. Beberapa surat dalam PB ditulis awal thn 50 M (atau sedikit lebih dini), ump 1 dan 2 Tes dan Gal, dan mungkin Yak — ditulis kr 20 thn kemudian dari tanggal penyaliban Kristus. Selanjutnya, mengingat kenyataan bahwa salah seorang penulis PB, yakni Paulus, yang begitu kejinya menganiaya pengikut Kristus, tapi yang bertobat kemudian thn 32 M atau 33 M, juga Surat Yakobus  yang ditulis oleh saudara Tuhan Yesus, maka dapatlah kita bayangkan betapa dekatnya hubungan masa hidup Tuhan Yesus di bumi ini (thn 6/4 sM — 30 M) dengan generasi masyarakat Kristen yang pada masa hidup mereka dokumen-dokumen asli PB ditulis.


         Ringkasan yang diberikan Paulus tentang pemberitaan para rasul dalam 1Kor 15:1-8* penting sekali: ‘Dan sekarang, saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. Oleh Injil itu kamu diselamatkan …. Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita … bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua betas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya.’


         Dalam bagian ini Paulus tidak hanya memberitakan Injil yang satu dan sama dengan yang diberitakan keempat Kitab Injil, tapi ia juga menyatakan betapa dekatnya hubungan gereja Kristen perdana, para rasul dan saksi-saksi mata lainnya dengan hidup Tuhan Yesus. Maka tidaklah mengherankan menjumpai bahwa keempat Kitab Injil, kendati dengan perbedaan-perbedaan penekanan dan keberbagaian perincian informasi, toh keempatnya memberitakan Kristus yang sama yang datang untuk mencari dan menyelamatkan orang yang hilang, Tuhan yang datang dari Allah, yang kepada-Nya telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi (Mat 11:27; 28:18*; Mrk 1:11; 8:29*; Luk 1:32,35; 2:11; 9:35; 10:22*;  Yoh 1:1; 20:28*, dll).


         Justru sesudah mengalami kecaman-kecaman tajam dan bertubi-tubi lebih satu abad, sifat kesahihan dan ketegaran keempat Injil kanon untuk dipercayai makin mantap dan teguh dari sebelumnya. Teori — satu demi satu, juga aliran-aliran pemikiran yang sambung-menyambung yang meragukan kesahihan keempat Injil untuk dipercayai, rontok berguguran. Kendati Kitab-kitab Injil memang bungkam tentang banyak rincian perihal hidup Yesus, keempat Injil saling mengukuhkan dan melengkapi, menyajikan semua fakta mengenai Yesus yang perlu kita ketahui, supaya kita mempercayai Dia adalah ‘Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya’ (Yoh 20:31*).



III. Unik


         Ditinjau dari berbagai sudut hidup Tuhan Yesus adalah unik. Satu dari keunikan itu ialah hidup-Nya adalah kegenapan dari nubuat-nubuat khusus yang dinubuatkan ratusan tahun sebelum kelahiran-Nya. Yesus sendiri, ump, beberapa kali mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia harus menderita, mati dan bangkit dari antara orang mati sesuai Kitab Suci (bnd Luk 18:31-34*). Sesudah kebangkitan-Nya Ia menjelaskan bahwa hidup-Nya, kematian-Nya dan kebangkitan-Nya menggenapi semua yang tertulis dalam Kitab Suci (Luk 24:25-27,44-48*).


         Dalam tuturan Petrus, Stefanus dan Paulus yang tertulis dalam Kisah Para rasul dan hampir semua kitab PB, berulang kali diumumkan bahwa hidup, penderitaan, kematian dan kenaikan Tuhan Yesus adalah penggenapan janji-janji Allah dalam PL. Tidak ada satu pun dalam sejarah dunia yang dapat dibandingkan dengan ketepatan fakta, bahwa ratusan tahun sebelum Yesus lahir banyak hal mengenai Dia — bahkan tempat kelahiran-Nya (Mi 5:3*) — sudah dipraucapkan dan dicatat dalam Kitab-kitab PL. Dan ditinjau dari berbagai sudut — mulai dari Ia dikandung secara supraalami sampai peristiwa kenaikan-Nya ke sorga — hidupNya adalah khas unik. Hanya di dalam hidup Dia nampak kepada kita Allah menjadi manusia. Sementara hidup semua pendiri agama lainnya mengungkapkan kepada kita orang-orang yang mencari kebenaran dan berusaha memahami hakikat agama, hidup Yesus Kristus menyatakan Allah Pengasih dan Penegak keadilan yang berprakarsa menyelamatkan umat manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa.


         Semua klaim Yesus mengenai diriNya bahwa Dia adalah Anak Allah yg kekal dibenarkan oleh hidup-Nya, kematian-Nya, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya yang penuh kejayaan. Ia memang khas unik di antara segenap umat manusia.


IV. Masa-masa terpenting

         Kendati mustahil menyusun riwayat hidup Yesus Kristus secara kronologis, keempat Injil menyajikan cukup bahan yg memungkinkan kita menunjuk masa-masa paling penting dalam hidup-Nya.


a. Kelahiran-Nya yg supra alami

Para penulis Injil beroleh kesempatan luar biasa untuk menyelidiki kebenaran tentang kelahiran Yesus. Lepas dari kenyataan bahwa Maria, ibu Yesus, diserahkan ke dalam pengasuhan murid yang paling akrab kepada Yesus (bnd Yoh 19:26-27*), baiklah diingat bahwa Yakobus, saudara Yesus, beberapa tahun menjadi salah seorang pemimpin jemaat Yerusalem. Sesudah kebangkitan dan kenaikan Yesus, Maria dan anak-anaknya tidak lagi meragukan ke-Tuhan-an Yesus. Mereka hidup dalam persekutuan yang akrab dengan sesama mereka seiman di jemaat Yerusalem (bnd Kis 1:14*). Ketika Lukas menyertai Paulus ke Yerusalem thn 56 atau 57 M, salah seorang yang dia kunjungi ialah Yakobus, saudara Yesus (Kis 21:17-18*). Waktu itu — sesuai pendahuluan Injilnya — Lukas sudah memberi perhatian besar pada fakta-fakta yang berkaitan dengan hidup Tuhan Yesus. Apakah Lukas bertemu dengan Maria tidaklah diberitakan, tapi pasti kesempatan terbuka lebar baginya untuk memperoleh informasi mengenai kelahiran Tuhan Yesus, teristimewa informasi khusus yang hanya Maria satu-satunya nara sumber yang otoritatif. Justru sudut pandang dan pengalaman pribadi Maria-lah yang mewarnai dan mendasari laporan Lukas tentang kesupraalamian Yesus dikandung dan dilahirkan (Luk 1:26-56; 2:1-51*). Pada pihak lain Matius menyusun laporannya berdasarkan sudut pandang dan pengalaman pribadi Yusuf Tapi kedua Injil itu bulat-bulat sepakat bahwa keberadaan dan kehadiran ‘jasadi’ Yesus dalam kandungan Maria tidaklah berasal dari atau oleh bapak manusiawi, melainkan oleh kuasa Roh Kudus dan lahir sebagai Anak Allah (bnd Luk 1:35*; Mat 1:18-24*).


Persis sesuai kenyataan ini Yohanes memulai Injilnya, ‘Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah …. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yg diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapak, penuh kasih karunia dan kebenaran’ (Yoh 1:1-14*).


b. Masa bayi, kanak-kanak dan berjenjang dewasa

Luk 2:40,52* melaporkan jelas perkembangan hidup Yesus dari masa kanak-kanak sampai berjenjang dewasa berjalan seperti biasa tapi sempurna. Setiap segi kehidupan ideal manusia sempurna seperti yg dikehendaki Allah terwujud nyata dalam hidup Yesus. Kendati Dia hidup di tengah-tengah keluarga sederhana bersama Maria, Yusuf dan beberapa adik-Nya lelaki dan perempuan, hidup-Nya seluruhnya selaras dengan kehendak Allah (Luk 2:52*). Dan sejak usia anak-anak (Luk 2:49*) nampaknya Ia sudah sadar bahwa Dia adalah Anak Allah dalam arti yang khas. Dari Luk 2:46-47* jelas pula bahwa sejak usia kanak-kanak Ia sudah mempelajari Kitab-kitab PL secara mendalam. Dan kendati mungkin Yusuf meninggal pada usia yang masih segar, sehingga Yesus harus bekerja keras sebagai tukang kayu untuk memenuhi kebutuhan keluarga-Nya (Mat 13:55-56*), Ia menyediakan cukup waktu memahami Kitab Suci dan berdoa.

Memang ada sedikit informasi tentang masa kanak-kanak Tuhan Yesus, dan kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari Kitab-kitab Injil mengenai hidup-Nya dalam hal pertumbuhan fisik, mental dan rohani menuju kedewasaan penuh, tapi di luar itu tidak terkisahkan tentang apa yang terjadi pada tahun-tahun persiapan itu.


c. Baptisan dan pencobaan

Setelah Yesus (barangkali thn 27 M) mencapai usia paling ‘tegar’ (kr usia 30 thn, Luk 3:23*) Ia meninggalkan Nazaret dan dibaptiskan oleh Yohanes Pembaptis. Dengan baptisan ini Ia menerima di muka umum tugas kemesiasan-Nya sebagai Anak Allah dan Juruselamat, yang sekalipun Dia sendiri tidak berdosa (2Kor 5:21*), memikul hukuman dosa umat manusia.

Allah Bapak membenarkan dan mensahihkan tindakan AnakNya itu, yang dalam kesadaran penuh menyamakan diriNya dengan orang berdosa. Pembenaran dan pensahihan itu dinyatakan dengan turunnya Roh Kudus ‘dalam wujud burung merpati’ dan dengan suara dari langit, ‘Engkau inilah AnakKu yang Ku-kasihi, kepada-Mu Aku berkenan’ (Luk 3:22* — terjemahan lama). Pernyataan ini — yang menghubungkan Mzm 2:7* dengan  Yes 42:1* — mengenal Dia adalah Mesias, tapi itu berarti Dia wajib menggenapi panggilan kemesiasan-Nya dalam citra Hamba Yahweh yg taat dan menderita sengsara.


Dengan keyakinan demikian dalam hati-Nya, Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun Yudea untuk dicobai oleh Iblis (Mat 4:1*). Guna membuktikan kelaikan dan kesanggupan-Nya menjadi Juruselamat manusia, Dia harus membuktikan lebih dulu ketaatan-Nya secara mutlak dan tanpa syarat kepada BapakNya, juga kuasa keperkasaanNya mengalahkan penggoda ulung itu. Peristiwa pencobaan ini mencolok dibandingkan peristiwa kejatuhan ke dalam dosa pada Kej 3*; di sana Adam dan Hawa menyerah terhadap pencobaan kendati mereka hidup dalam keadaan paling menguntungkan. Padahal, di sini, Yesus menang berjaya kendati Ia dicobai dalam keadaan yang paling buruk dan mengerikan. Sesudah 40 hari di padang gurun terus-menerus dicekam ketegangan fisik dan spiritual, Iblis mengerahkan segenap kemampuannya dan kelicikannya menipu, untuk mendesak Yesus mencobai BapakNya, atau, menolak melakukan misi-Nya sesuai yang digariskan dalam seruan dari langit, seperti yang dikehendaki BapakNya bagi Dia. Tapi Yesus mematahkan cobaan itu betapa pun lihainya dan halusnya dan Dia tetap taat tak tergoyahkan kepada kehendak BapakNya. Ia bangkit berjaya dari pertarungan spiritual itu sebagai Anak Allah yang taat dan Hamba yang setia (Mat 4:1,11*; Mrk 1:12-13*; Luk 4:1-13*).


d. Awal pelayanan-Nya terhadap masyarakat umum


Setelah berjaya mematahkan semua serangan Iblis, Yesus memulai tahap pertama pelayanan-Nya terhadap masyarakat umum secara terbuka, memanggil murid-murid-Nya yang pertama (Yoh 1:35-51*), menyatakan kuasa ke-Allah-an-Nya dengan mengubah air menjadi anggur (Yoh 2:1-11*), melakukan mujizat-mujizat (Yoh 2:23* dab), mengajarkan kepada Nikodemus kebenaran-kebenaran rohani yang revolusioner, melayankan keselamatan bahkan kepada orang Samaria yang di mata orang Yahudi adalah hina (Yoh 4:1-42*). Tahapan pelayanan-Nya ini dipersiapkan oleh Yohanes Pembaptis, dan mencapai puncaknya tatkala beberapa orang Samaria mengakui, ‘Kami tahu, bahwa Dia-lah benar-benar Juruselamat dunia’ (Yoh 4:42*).


e. Pelayanan dan ajaran berpusat di Galilea

Penahanan Yohanes Pembaptis menjadi tanda bagi Yesus untuk memulai pelayanan-Nya di Galilea, dengan pengumuman ‘waktunya telah tiba dan Kerajaan Allah sudah dekat’ (Mrk 1:14* dab). Waktu Ia menyatakan di sinagoge Nazaret bahwa Dia-lah yang menggenapi janji janji mengenai Mesias, Dia ditolak oleh masyarakat sekampung-Nya itu (Luk 4:16* dab). Lalu Ia menjadikan Kapernaum markas besar-Nya. Ia bekerja dan mengajar di Kapernaum dan daerah-daerah lain di Galilea kr 1 thn (Mat 4:12-14:13*; Mrk 1:14-6:34*; Luk 4:14-9:11*;  Yoh 4:46-54* dst), sambil menyatakan kuasa keilahian-Nya atas alam (Mrk 4:35-41; 6:34-51* dst), atas roh-roh dan setan-setan (Luk 8:26-39; 9:37-45* dst), atas badan manusia dan atas penyakit badani dan rohani (Mat 8:1-17; 9:1-8* dst), bahkan atas hidup dan kematian (Luk 7:11-17*; Mat 8:18-26*). Selanjutnya Ia menyatakan memiliki otoritas final atas nasib akhir dan kekal umat manusia. Dalam Khotbah di Bukit dan ajaran-ajaran-Nya yg lain Ia menyatakan otoritas-Nya yang khas memberitakan undang-undang Kerajaan Allah (Mat 5:1-7:29* dst).


Sementara Ia menyatakan keunggulan otoritas-Nya sebagai Mesias, pada periode ini Ia juga menyatakan kasihNya dan keprihatinan-Nya terhadap orang-orang yang tertindas secara badani dan rohani (Mat 9:1-8,18-22*; Luk 8:43-48* dst). Berulang kali Ia nyatakan bahwa Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, dan Ia melakukan hak khas ilahi mengampuni dosa (Luk 5:20-26; 7:48-50*). Ia memilih 12 orang dari antara pengikut-Nya untuk menjadi murid khusus bagi-Nya (Mat 10:1-4*; Luk 6:12-16*), yang secara sistematis Ia ajar dan latih menjadi rasul-Nya.


Otoritas Yesus mengajar begitu mencolok dan khas. Ia begitu tegar tak goyah sedikit pun menghadapi penentangNya dari kalangan Yahudi dan Farisi. Mujizat-mujizat penyembuhan yang Dia perbuat dan manifestasi-manifestasi lainnya menyatakan kuasa-Nya atas alam (Luk 4:33-41*; Mrk 5:1-42* dst). Semuanya itu membuat Dia sangat terkenal dan dikagumi masyarakat di seluruh Galilea (Luk 4:40-42; 5:15,26; 6:17-19*). Ketenaran ini mencapai puncaknya pada mujizat memberi makan 5.000 orang (Mat 14:13-21*; Mrk 6:30-44*; Luk 9:10-17*; Yoh 6:5-13*). Peristiwa ini, yang begitu gamblang membuktikan kemesiasan-Nya mendorong orang banyak untuk menobatkan Dia menjadi raja (Yoh 6:15*).


f. Dua belas orang dilatih


Karena Yesus menolak dinobatkan menjadi Mesias duniawi (Yoh 6:26-27*) massa bahkan jumlah terbesar murid-Nya dalam arti yang lebih luas (Yoh 6:66-67*) meninggalkan Dia. Lalu Yesus memasuki wilayah Tirus, Sidon dan Kaisarea Filipi ( Mat 15:21; 16:13*; Mrk 7:31* dsb) dan melayani di sana. Ketika Yesus berkunjung lagi ke daerah sekitar Danau Galilea, Ia menyembuhkan dan menolong banyak penderita yang tertekan jiwa, dan untuk kedua kalinya Ia membuat mujizat memberi makan banyak orang (Mat 15:29-39*).


Kemudian Ia membawa murid-murid-Nya menyendiri ke tempat yg sepi. Lalu Ia mengajukan pertanyaan pelik, ‘Siapakah Aku ini?’ (Mat 16:15*). Petrus, mewakili semua rasul, menjawab tegas, ‘Engkau adalah Mesias, Anak Allah yg hidup!’ (Mat 16:16*). Sejak itu Yesus mulai mempersiapkan murid-murid-Nya untuk menghadapi pukulan dahsyat yang akan menimpa mereka di Yerusalem (Mat 16:21-26*). Tapi ketika itu juga dengan jelas dan berulang kali Ia mengajarkan bahwa pada akhirnya kemenangan akan menjadi milik Dia (Mat 16:27-28*), dan karena itu pengikut-Nya tidak perlu takut (Luk 12:4-12,32-34*).


Puncak penyataan diri Yesus kepada murid-murid-Nya terjadi saat dipermuliakan di atas gunung, pada saat mana Ia nampak dalam kemuliaan ilahi kepada tiga orang muridNya yg paling akrab (Mat 17:1-13*; Mrk 9:2-10*; Luk 9:28-36*). Karena Dia datang untuk menggenapi hukum Taurat maupun Nabi-nabi, maka Musa (yang menggambarkan hukum Taurat) dan Elia (yg mewakili para nabi) nampak bersama Dia dalam pemuliaan itu, sebelum Dia pada akhirnya memulai perjalanan-Nya menuju Yerusalem menanggung derita maut untuk menyelamatkan umat manusia. Sekali lagi suara Allah dari langit menyatakan bahwa Yesus adalah AnakNya yang terpilih, kepada-Nya semua orang wajib menyimak dan patuh (Luk 9:35*).


g. Permusuhan memuncak


Setelah Yesus menyatakan diriNya kepada murid-muridNya, dan murid-murid itu mengenal Dia adalah benar-benar Anak Allah (Mat 17:1-13*; Mrk 9:2-10*; Luk 9:18-20*), maka Dia mempersiapkan mereka lebih terarah dari sebelumnya untuk mengemban tugas mereka di hari depan sebagai jajaran fondasi gereja-Nya. Dia mengajarkan kebenaran kepada mereka baik langsung atau berupa perumpamaan, dan Ia lanjutkan menyatakan kuasa keilahian-Nya dan otoritasNya dengan menyembuhkan orang sakit (Luk 14:1-6; 17:11-19*), orang buta (Mrk 10:46-52*) dan menanggulangi beban hidup orang-orang yang tersiksa ditekan penderitaan.


Para penguasa Yahudi dan para pemimpin agama Yahudi makin keras dan gencar menentang Dia (Luk 14:1*b). Cara dan jalan apa saja ditempuh untuk menjerat Dia, menghancurkan pengaruh-Nya yang terus meningkat atas masyarakat banyak, dan alasan terus dicari-cari untuk menyeret Dia ke tangan penguasa Roma supaya dihukum mati (Mat 19:1-3*; Luk 11:53-54*). Semua peringatan serius yg Dia tujukan kepada penentang-Nya, semua ajaran-Nya yang punya daya gugah dan yang dimaksudkan untuk mengubah hati mereka, semua karya-Nya menyembuhkan orang sakit dan membangkitkan orang mati (Yoh 11:41-45*), hanya mempertajam kebencian orang Farisi, ahli Taurat dan para pemimpin Yahudi terhadap Dia (Yoh 11:46-53*).


h. Minggu terakhir di Yerusalem


Setelah Yesus dengan terang-terangan sebagai Mesias memasuki Yerusalem, diarak dan dielu-elukan orang banyak yang bersorak-sorai (Mrk 11:1-10*; Yoh 12:12-19* dst), Ia mengusir para penukar uang dan pedagang binatang korban dari pelataran luar Bait Suci. Dengan demikian Ia memperlihatkan kekuasaan-Nya sebagai Mesias (Luk 19:45-46*; Mat 21:12-16*). Akhir hidup-Nya sekarang makin dekat. Dengan gamblang Ia menelanjangi kemunafikan orang-orang yang memburu-buru Dia (Mat 23:1-39*; Luk 20:45-47*), sewaktu Dia mengajar di pelataran Bait Suci pada hari-hari terakhir yang begitu mencekam (Mat 21:33-34; 22:1-14*; Mrk 12:1-12*; Luk 20:9-47*), menubuatkan apa yang akan menimpa orang Yahudi, Yerusalem dan Bait Suci (Luk 21:20-24*). Ia mempersiapkan pengikut-Nya perihal bahaya yang telah siap menanti mereka (Luk 21:9-19* dst), memberi tahu apa yang telah tersedia bagi dunia dan gereja (Luk 21:25-27*), dan menubuatkan bahwa sejarah dunia akan mencapai puncaknya kelak pada saat Ia dalam kemuliaan datang lagi untuk menyatakan kuasa ke-Allah-an-Nya atas semua kuat kuasa kegelapan, dan untuk mulai menegakkan Kerajaan-Nya yang kekal (Mat 24:29-31; 25:31-46*).


Malam menjelang penderitaan-Nya, dan sebagai upaya terakhir mempersiapkan para rasul mengemban tugas besar yg menanti mereka, Yesus membasuh kaki murid-muridNya itu (Yoh 13:1-11*), mengajarkan kepada mereka pelajaran yg sangat penting tentang kerendahan hati (Yoh 13:12-17*; Luk 22:24-30*), dan memberitahukan bahwa Yudas akan mengkhianati Dia (Mrk 14:18-21*; Yoh 13:21-30*). Kemudian Ia menetapkan Perjamuan Kudus (Mat 26:26-29* dst) dan akhirnya Ia mendoakan semua pengikut-Nya (Yoh 17:1-26*).


Lalu di Getsemani Ia menyerahkan diriNya mutlak seutuhnya dan untuk yg terakhir kalinya kepada kehendak BapakNya (Mat 26:39-46* dst). Setelah menimpakan atas diriNya segenap kesalahan umat manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, dengan ikhlas Ia membiarkan diriNya ditangkap, disiksa, dijatuhi hukuman yang salah dan disalibkan. Penderitaan-Nya sebagai korban tebusan dosa mencapai puncaknya di kayu salib, menjelang akhir tiga jam gulita saat Ia berseru, ‘AllahKu, AllahKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?’ (Mat 27:46*). Telah Ia kemukakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia datang bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 26:28*; Mrk 10:45* dst). Setelah dengan sukarela Ia mempersembahkan diriNya sebagai Anak Domba Allah (Yoh 1:29; 10:11-18*), tugas-Nya tuntas seutuhnya. Lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya ke dalam tangan BapakNya dengan seru kemenangan, ‘Sudah selesai!’ (Yoh 19:30*).


i. Penguburan, kebangkitan dan kenaikan


Setelah Yesus mati, Ia tidak lagi di bawah kuasa musuh-musuh-Nya. Mayat Yesus diturunkan dari kayu salib (Luk 23:50-53*) dan dikuburkan di kuburan baru dalam suatu kebun. Janji-Nya akan bangkit dari antara orang mati segera digenapi. Sebagai Kristus yang bangkit dan Tuhan yang hidup, Ia membasmi ketakutan dan kebimbangan hati pengikutNya (Luk 24:13-49*; Yoh 20:11-21:22*). Pada kurun waktu 40 hari Ia berulang-ulang menampakkan diriNya kepada mereka, membuka hati mereka supaya mengerti Kitab Suci PL, menjanjikan akan mengutus Roh Kudus untuk menghibur, memimpin dan memberi kuasa kepada mereka bertindak sebagai saksi-Nya mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi (Kis 1:8*). Setelah sekali lagi Ia meyakinkan mereka bahwa segala kuasa di sorga dan di bumi telah diberikan kepada-Nya (Mat 28:18*), Ia menugasi mereka untuk menjadikan semua bangsa murid-Nya (Mat 28:19*). Lalu Ia berjanji akan senantiasa menyertai mereka, bahkan sampai akhir zaman (Mat 28:20*), dan Ia pun terangkat ke sorga — sambil mengangkat tangan-Nya memberkati mereka (Luk 24:50*).


Dengan demikian hidup Yesus sebagai Manusia di antara manusia di bumi ini pada akhirnya menang berjaya. Klaim para rasul sangat tepat menyimpulkan pelayanan Yesus di bumi, ‘Allah telah membuat Yesus, yg kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus’ (Kis 2:36*).




KEPUSTAKAAN. H Anderson, Jesus and Christian Origins, 1964; 0 Borchert, The Original Jesus, 1933; G Bornkamm, Jesus of Nazareth, 1960; F. C Burkitt, Jesus Christ — an historical outline, 1932; CJ Cadoux, Life of Jesus, 1948; F. C Conybeare, The Historic Jesus, 1914; H Daniel-Rops, Jesus in His Time, 1955; A Edershaim, The Life and Times of Jesus the Messiah, 1883; F. W Farrar, The Life of Christ, 1874; J. N Geldenhuys, Commentary on the Gospel of Luke, 1950 (terutama hlm 36-41, catatan-catatan khusus yg tertera pada hlm 14, dan keterangan-keterangan pada hlm 649-670); Giovanni Papini, Life of Christ, 1925; T. R Glover, The Jesus of History’, 1920; M Goguel, Life of Jesus, 1933; E. J Goodspeed, A Life of Jesus, 1950; A. C Headlam, The Life and Teaching of Jesus’, 1936; A. M Hunter, The Work and Words of Jesus, 1950; J. W Jack, The Historic Christ, 1933; S. E Johnson, Jesus in His own Times, 1959; J Klausner, Jesus of Nazareth, 1929; K. S Latourette, The First Five Centuries, 1937 (ps 2); J MacKinnon, The Historic Jesus, 1931; H. D. A Major, T. W Manson, dan C. J Wright, The Mission and Message of Jesus, 1940; T. W Manson, The Servant-Messiah, 1953; E Meyer, Ursprung and Anfange des Christentums, 3 jilid, 1921-1923; G Ogg, Chronology of the Public Ministry of Jesus, 1940; A. T Olmstead, Jesus in the Light of History, 1942; J. M Robinson, A New Quest of the Historical Jesus, 1959; W Sanday, Outlines of the Life of Christ, 1931; A Schweitzer, The Quest of the Historical Jesus’, 1936; P. C Simpson, The Fact of Christ, 1901; David Smith, The Days of His Flesh, 1905; J Stalker, The Life of Jesus Christ, 1891; E Stauffer, Jesus and His Story, 1960; N. B Stonehouse, The Witness of Matthew and Mark to Christ, 1944; The Witness of Luke to Christ, 1951; R. H Strachan, The Ministry of Jesus, 1954; M. C Tenney, New Testament Survey, 1961; H. E. W Turner, Jesus, Master and Lord, 1953; B. B Warfield, The Person and Work of Christ, 1950; H. G Wood, Did Christ Really Live?, 1938. (JNG/MHS/HAO//RBC-2004)

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings