HUKUM YANG TERUTAMA



“Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."” (Mat 22:34-40)

Ketika orang-orang Farisi yang terkenal ahli dalam hukum Taurat hendak mencobai Yesus dengan pernyataan mengenai hukum yang terutama, Yesus merujuk pada; Ul 6:5 Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Im 19:18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

Pada kedua hukum itu adalah intisari dari hukum Taurat dan hukum-hukum para nabi, orang Farisi sendiri mereka dalam hal melaksanakan hukum Taurat tidak semuanya mereka jalankan dengan benar. Dalam hal hukum yang terutama ini terdapat dua hubungan yang tak dapat dipisahkan yaitu berhubungan dengan Tuhan dan Manusia atau suatu hubungan secara vertikal dan horisontal yang keduanya termaktub dalam hukum ini. Dalam melaksanakan hukum kasih ini harus menggunakan tiga hal yang tidak dapat terpisahkan yaitu; segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu, yang artinya secara total kita melakukan semua itu adalah karena kasih kita kepada Tuhan.

Yang diminta oleh Allah dari semua orang yang percaya kepada Kristus dan menerima keselamatan-Nya ialah kasih yang setia;

1) Kasih ini menuntut sikap HATI yang begitu menghormati dan menghargai Allah sehingga kita sungguh-sungguh merindukan persekutuan dengan-Nya, berusaha untuk menaati Dia di atas muka bumi ini, dan benar-benar memperdulikan kehormatan dan kehendak-Nya di dunia. Mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah akan ingin mengambil bagian dalam penderitaan-Nya (Flp 3:10 Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,), memperluas kerajaan-Nya (1Kor 9:23 Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.), dan hidup bagi kemuliaan-Nya dan standar-Nya yang benar di bumi ini (Mat 6:9-10,33 Mat 6:9 Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, Mat 6:10 datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Mat 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu).

2) Kasih kita kepada Allah haruslah kasih yang sepenuh hati dan yang menguasai seluruh diri kita, kasih yang dibangkitkan oleh kasih-Nya kepada kita yang menyebabkan Dia mengutus Anak-Nya untuk kepentingan kita.

 (Yoh 3:16; Rm 8:32; Yoh 3:16 Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Rm 8:32 Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?). Kasih kita hendaknya merupakan kasih seperti terungkap dalam Rm 12:1-2; 1Kor 6:20; 10:31; 2Kor 9:15; Ef 4:30; 5:1-2; Kol 3:12-17 Rm 12:1 Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Rm 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. 1Kor 6:20 Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 1Kor 10:31 Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Ef 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan. Ef 5:1 Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasihEf 5:2 dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Kol 3:12 Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Kol 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. Kol 3:14 Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. Kol 3:15 Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah. Kol 3:16 Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu. Kol 3:17 Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita.).

3) Kasih kepada Allah meliputi:

(a) kesetiaan dan keterikatan pribadi terhadap Dia;

(b) iman sebagai sarana pengikat yang kokoh dengan Dia yang dipersatukan dengan kita oleh hubungan Bapak dengan anak;

(c) kesetiaan kepada penyerahan kita kepada-Nya;

(d) ketaatan yang sungguh-sungguh, yang dinyatakan dalam pengabdian kita kepada standar-Nya yang benar di tengah-tengah dunia yang menolak Allah; dan

(e) kerinduan akan kehadiran dan persekutuan-Nya.

Anak-anak Allah dituntut untuk mengasihi semua orang (bd. Gal 6:10; 1Tes 3:12 Gal 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. 1Tes 3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu.), termasuk orang yang memusuhi mereka (Mat 5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.).

Mereka juga diperintahkan untuk mengasihi semua orang Kristen yang telah lahir baru secara khusus (Yoh 13:34; Gal 6:10; bd. 1Tes 3:12; 1Yoh 3:11; Yoh 13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Gal 6:10 Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman. 1Tes 3:12 Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang, sama seperti kami juga mengasihi kamu. 1Yoh 3:11 Sebab inilah berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi; ).

1) Kasih orang percaya terhadap sesama saudara seiman, sesama manusia dan musuhnya harus tunduk kepada, dan diatur serta dikendalikan oleh kasih dan pengabdian mereka kepada Allah.

2) Kasih kepada Allah merupakan "hukum yang terutama" (ayat Mat 22:37-38). Oleh karena itu, ketika menyatakan kasih terhadap semua orang, kita sama sekali tak boleh berkompromi mengenai kekudusan Allah, keinginan-Nya akan kemurnian, kehendak dan standar-Nya sebagaimana terdapat dalam Alkitab.

Dalam hal menjalankan hukum kasih itu ada tiga unsur yang terkait dan menjadi alat yang pokok bagi kita yaitu; hati, jiwa dan akal budi. Seperti halnya Tuhan sebelum menjadikan bumi mempersiapkan dahulu sarana dan prasarana,

“Berfirmanlah Allah: "Jadilah terang." Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap.” (Kej 1:3-4).

Mengapakah hal tersebut yang pertama Tuhan ciptakan? Ini adalah suatu gambaran dari Tuhan kepada kita agar dalam menjalankan kehidupan ini harus mengutamakan dahulu hal-hal yang bersifat kekal bukan yang fana. Mengenai makan, minum dan pakaian adalah hal-hal yang akan habis namun apabila kita mengejar yang keutamaan maka hal-hal yang bersifat fana tersebut akan mengikuti kita. Bagaimanakah kita mempersiapkan hati, jiwa dan akal budi yang berkenan bagi Tuhan?.

Hati
[Kamus Browning]

1) Sering kali digunakan, baik dalam PL maupun PB, namun jarang dalam arti fisiologis; karena, orang Ibrani tidak menyadari fungsinya. Namun, diakui bahwa hati itu penting, dan karena itu, ‘hati yang suci’ (Mzm 51:10; Yeh 36:26) memperoleh makna metaforis untuk sesuatu yang paling berharga dan paling baik. Hati juga dianggap sebagai tempat kedudukan emosi (1Raj 8:38), ingatan (1Raj 4:29), dan kebijaksanaan (1Raj 3:12; NRSV memilih mind’,’pikiran’, daripada ‘hati’). Perjanjian baru akan dituliskan dalam hati umat Allah (Yer 31:31-34).Demikian juga halnya dalam PB di mana dikatakan bahwa Yesus itu ‘lemah lembut dan rendah hati’ (Mat 11:29). ‘Orang yang suci hati-Nya’ (Mat 5:8) adalah yang kata hatinya tidak menyalahkan, karena ‘Allah menyelidiki hati’ (Rom 8:27), dan ‘hati yang terharu’ merupakan awal pertobatan (Kis 2:37). Dalam analisis Paulus mengenai hakikat manusia, hati itu netral, mungkin jahat (TB Rom 1:21), tetapi mungkin pula baik (2Kor 1:22).

2) Dipandang sebagai pusat kehidupan (Ams 7:23). Hati adalah bagian dari binatang korban yang dibakar (Kel 29:13). Di Babel hati digunakan untuk mendapatkan petunjuk ilahi (TB Yeh 21:21).

Hati adalah sumber kehidupan dari manusia, dan yang dimaksud hati disini bukanlah hati (liver) namun adalah jantung, karena dari hati-lah terpancar kehidupan, perjanjian baru itu sendiri Tuhan tanam dalam hati kita. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa jantung adalah alat yang paling vital dalam tubuh manusia. Untuk itulah hati memegang peranan utama dalam kehidupan kita karena awal yang terpancar dari tubuh kita berawal dari hati, untuk itulah kita harus menjaga hati kita agar senantiasa peka terhadap kehendak Tuhan. Karena hati mempunyai peranan yang vital dalam kehidupan kita maka ia juga adalah titik kelemahan dan titik penyerangan awal dari musuh utama manusia yaitu iblis.Kej 3:6 Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.

Inilah pengajaran dari Tuhan tentang bagaimana hati manusia itu sendiri yang mudah di ombang-ambingkan oleh pengetahuan yang bukan dari Tuhan, padahal mereka telah mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah suatu pelanggaran dan yang mengakibatkan mereka langsung mati secara rohani dan moral,

Yoh 17:3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Kematian moral merupakan kematian hidup Allah di dalam diri mereka dan tabiat mereka menjadi penuh dosa; kematian rohani berarti bahwa hubungan mereka dengan Allah sebelumnya sudah hancur. Bagaimanakah kita dapat menjaga hati agar senantiasa menjadi tempat Tuhan bertahta? Jika kita lihat, “Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.” (Yer 31:31-32).

Tuhan menanamkan Perjanjian Baru dalam hati kita, namun tentunya tanpa kemauan dari kita untuk mau diajar dan belajar maka hal itu tidak akan pernah menjadi sumber terang bagi jalan kita. Alkitab mengajarkan bagaimana Yesus mentransformasikan bagaimana kuasa dari Firman sangat besar dan efektif dalam menghadapi pencobaan (Mat. 4:1-11) pagarilah kehidupan kita dengan, doa, Firman dan puasa.

Jiwa

Kamus Gering
(nyawa). Menurut paham Ibrani, manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa, dan roh. Yang pertama dijadikan dari tanah liat, yang kedua ialah kehidupannya (nyawa), sedang yang ketiga ialah roh yang dapat merasa, mendengar, melihat, memikirkan dsbnya 1Tes 5:23; Kej 2:17; Bil 16:22.

Kamus Browning
Digunakan dalam PL sebagai asas kehidupan, seperti pada waktu Allah menghembuskan napas ke dalam Adam (Kej 2:7). Dengan demikian, ‘jiwa’ itu menunjuk pada keseluruhan manusia. Kemudian Kitab Kebijaksanaan Salomo (Kej 9:15*) memasukkan pandangan Yunani, yang membedakan tubuh dari jiwa yang kekal. Dalam PB ‘jiwa’ berarti ‘hidup’. Maka, ‘jiwamu diambil’ (Luk 12:20*) sama dengan ‘mati’ (BIS). Pengertian Yunani tentang jiwa yang kekal berbeda dari tubuh, masuk ke dalam PB’ dalam 1Pet 1:9 dan mendapat tempat da lam teologi Kristen. Perkataan Paulus dalam 1Tes 5:23 mengenai ‘roh, jiwa dan tubuh’ tidak berarti ada tiga bagian manusia; ‘jiwa dan tubuh’ berarti tubuh yang hidup,‘ bukan yang mati.

Keseluruhan hidup kita harus kita berikan untuk kemuliaan Tuhan, menyenangkan hati-Nya dan apapun yang kita perbuat adalah sesuatu yang mengikuti apa kehendak-Nya. Dalam hal ini mengasihi Tuhan dengan segenap jiwa berarti memberikan seluruh kehidupan dan kematian kita hanya untuk kemulian-Nya. Dapatkah kita mempersiapkan segala kehidupan kita untuk dipersembahkan kepada Tuhan, apapun dari mulai hobi sampai pekerjaan dan hal-hal lain dalam segi kehidupan kita?


Akal budi

2 Tawarikh 2:12 Lalu Huram melanjutkan: "Terpujilah TUHAN, Allah orang Israel, yang menjadikan langit dan bumi, karena Ia telah memberikan kepada raja Daud seorang anak yang bijaksana, penuh akal budi dan pengertian, yang akan mendirikan suatu rumah bagi TUHAN dan suatu istana kerajaan bagi dirinya sendiri! Ayub 28:28 tetapi kepada manusia Ia berfirman: Sesungguhnya, takut akan Tuhan, itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi."

Dalam mengasihi Tuhan pakailah akal budi dengan sebaik-baiknya, pengertian yang benar tentang hakekat Tuhan menciptakan kita dan mengerti betul peran kita di bumi ini. Ibarat seorang aktor yang hebat ia senantiasa mengikuti arahan dari sutradaranya sehingga hasil perannya bagus dan ia tentunya akan senantiasa dipakai oleh sutradara.

Namun kebalikannya jika akal budi si aktor tidak baik dan berlaku sombong dengan tidak mengikuti arahan sutradara maka hasilnya buruk dan yakinlah ia tidak akan dipakai lagi oleh sutradara. Dalam hal ini akal budi mempunyai peranan dalam menilai kebaikan dan keburukan yang akan terjadi, dan pada akhirnya untuk mengasihi Tuhan itu kita harus secara totalitas mengerahkan semua yang telah Tuhan berikan kepada kita.


Studi Alkitab:

“25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: "Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 26 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?" 27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." 28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." 29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: "Dan siapakah sesamaku manusia?" 30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" 37 Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!"” (Luk 10:25-37)

Seorang ahli Taurat datang untuk mencobai Yesus dengan pertanyaan yang tadinya adalah pertanyaan menjebak, “Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" Sang Juruselamat yang mempunyai otoritas Perjanjian Lama tidak menghakimi jawaban pertanyaan dengan langsung menjawab secara terbuka namun Ia membalikan jawaban dengan pertanyaan "Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?", ahli Taurat pun menjawab "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Jawaban si ahli Taurat merupakan perpaduan dari dua ayat Ul 6:5 dan Im 19:18. Yang pertama merupakan bagian dari Sheena, atau kredo (pengakuan iman), yang umumnya diucapkan pada saat kebaktian di sinagoge. Hati (Yunani: kardia) adalah kehidupan batiniah, tidak harus perasaan saja. Jiwa (Yunani: psyche-) adalah kepribadian, bagian kesadaran seseorang. Kekuatan (Yunani: ischui) adalah kekuatan jasmaniah. Akal budi (Yunani: dianoia) ialah kemampuan untuk berpikir. Ahli Taurat sadar bahwa pertanyaan yang tadinya untuk menjebak Yesus ternyata malah menjadi sandungan baginya Yesus dengan tepat berkata ayat 28 Kata Yesus kepadanya: "Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup." Suatu jawaban yang merupakan sindiran hebat bagi ahli Taurat yang menjalankan hukum taurat sebagian tidak semuanya di kerjakan, maka untuk membenarkan dirinya ia mulai berdalih tentang definisi dan kembali bertanya kepada Yesus "Dan siapakah sesamaku manusia?".

Yesus menjawab hal ini dengan perumpamaan ayat 30 Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.(Kamus Browning: Secara harfiah memang benar, sebab Yerusalem terletak 2.600 kaki di atas permukaan laut, dan Yerikho hampir 1.300 kaki di bawah permukaan laut. Jelasnya berbelok-belok dan sempit, melingkar turun sepanjang jalan berbatu yang banyak jurang, di mana para perampok dapat bersembunyi dengan mudah).

Kebetulan lewat seorang imam dan orang Lewi namun keduanya enggan untuk menolong, mungkin mereka tidak ingin mengotori tangan mereka ataupun mereka jijik untuk turun tangan berbelas kasihan namun yang pasti kedua orang tersebut tidak memeliki hati yang berbelas kasih. Ayat 33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Orang Samaria dihina oleh orang Yahudi sebab mereka merupakan keturunan dari orang bukan Yahudi dan karena cara beribadat mereka berbeda dengan Cara beribadat orang Yahudi ortodoks. Mereka beribadah di Gunung Gerizim dan bukan di Yerusalem, serta memiliki keimanan tersendiri. Sekelompok kecil dari mereka masih tetap ada di Desa Nablus, dekat lokasi Sikhem kuno.

 (Kamus Browning: Ibu kota kerajaan Utara yang terpisah sejak zaman Omri (k.l. 870 sM; lRaj. 16:24) sampai tahun 722 sM pada waktu Asyur merebutnya. Kota ini sangat diperkuat dan beberapa penduduknya sangat mewah (Am 6:4-6). Daerah perbukitan sekitar Samaria diduduki suku-suku Yusuf pada waktu awal mula pendudukan, tetapi setelah ditaklukkan Asyur, sebagian besar penduduk setempat dikeluarkan (2Raj 17:6) dan diganti dengan pendatang asing sekitar tahun 720 sM. Ini adalah penjelasan orang Yahudi tentang perasaan benci di antara Yehuda dan Samaria yang makin memburuk dengan dibangunnya kembali Yerusalem, setelah masa pembuangan (Ezr 4:8-24). Di lain pihak, permusuhan orang Yahudi setelah pembuangan itu yang mungkin menghasilkan catatan permusuhan mengenai asal-usul orang Samaria. Pada waktu zaman Helenis (325-363 sM) ada gangguan lebih lanjut dan orang Samaria membangun kembali kota di Sikhem dan Bait Suci untuk Yahweh di Gunung Gerizim. Pada zaman Makabe daerah ini dikuasai Yudea. Pemerintah Roma memberikannya kepada Herodes Agung pada tahun 30 sM dan dilanjutkan kepada Arkhelaus (4sM-6M). Sebagai daerah pemerintahan, Samaria disebut dalam PB (Mat 10:5; Kis 8:4-25).

Dan apakah yang selanjutnya orang Samaria lakukan? Mereka menolong dengan segenap hati, jiwa dan akal budi mereka rawat orang tersebut tanpa peduli dia sebangsanya atau bukan, namun mereka tetap lakukan untuk menolong orang tersebut. Padahal mereka pun harus mempertaruhkan nyawa apabila para penyamun masih mengintai selain itu mereka juga harus berkorban akan harta tapi mereka tetap memberikan pertolongan. Dan perumpamaan ini jelas membuat ahli Taurat menjadi malu sebab ia harus mengakui bahwa sesama itu adalah orang Samaria yang mereka hina dalam kehidupan kerohaniannya, namun jelas kerohanian mereka lebih baik dibandingkan orang ahli Taurat karena berbuah dalam kehidupan mereka. Tidak seperti mereka yang pandai dalam berteori namun dalam prakteknya mereka hanya sebagian mentaati hukum Taurat.

Perumpamaan ini menekankan bahwa dalam iman dan ketaatan yang menyelamatkan terkandung belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan. Panggilan untuk mengasihi Allah adalah panggilan untuk mengasihi orang lain.

1) Hidup baru dan kasih karunia yang Kristus karuniakan bagi mereka yang menerima Dia akan menghasilkan kasih, rahmat, dan belas kasihan bagi mereka yang tertekan dan menderita. Semua orang percaya bertanggung jawab untuk bertindak menurut kasih Roh Kudus yang ada di dalam mereka dan tidak mengeraskan hati mereka.

2) Mereka yang menyebut dirinya Kristen, namun hatinya tidak peka terhadap penderitaan dan keperluan orang lain, menyatakan dengan jelas bahwa di dalam diri mereka tidak terdapat hidup kekal (ayat Luk 10:25-28,31-37; bd. Mat 25:41-46; 1Yoh 3:16-20).

Kehidupan sehari-hari:

John adalah seorang karyawan yang berprestasi, berdedikasi, loyal pada perusahaan dan memiliki sifat yang jujur. Suatu hari ia dipanggil oleh bos ke ruang kerjanya, “John, tahukah mengapa anda saya panggil kemari?”, John menjawab ”Saya tidak tahu apa yang menyebabkan saya di panggil ke ruangan bos” jawab john dengan polos. “John sudah berapa lama kamu bekerja di perusahaan ini?’ lanjut si bos bertanya, “Hampir 12 tahun, bos!” jawab John. “Baiklah John, saya memanggil anda kemari adalah untuk memberikan anda suatu tanggung jawab besar di perusahaan ini. Saya menilai anda berdedikasi, jujur dan loyalitas kepada perusahaan dan tidak ada cela serta nilai buruk dari catatan kerja anda, pertanyaannya maukah anda menerima sebuah tugas besar kepundak anda?”. “Maksud bos tanggung jawab seperti apa? Apapun tugas yang bos tunjukkan kepada saya tentu dilaksanakan dengan tanggung jawab” jawab john tegas. “Baiklah john, anda saya tugaskan untuk memimpin perusahaan ini. Namun dengan catatan anda harus membuat catatan ganda untuk laporan perusahaan, maukah anda melakukan itu dengan tanggung jawab seperti yang telah anda katakan” pinta si bos. John mendengar kabar baik bahwa ia di promosikan untuk memimpin perusahan ini sungguh luar biasa senangnya namun kabar buruknya ia harus melakukan praktek curang dengan membuat catatan ganda, tentunya apabila ia ikuti hal itu maka sama saja ia tidak mengasihi Tuhan tetapi jika tidak ia ikuti maka akibatnya ia kehilangan pekerjaannya dan bagaimana nasib anak dan istrinya kelak?. Dalam kecamuknya situasi itu ia harus cepat mengambil keputusan yang tepat dan benar yang tentunya benar menurut kebenaran Tuhan, namun dari dua jawaban yang akan ia kemukakan keduanya memiliki resiko ada harga yang harus di bayar olehnya. Jika ia jawab ya untuk menerima posisi berarti ia tidak kehilangan pekerjaan dan pikirnya kehidupannya dan keluarganya akan bertambah baik, namun ia harus kehilangan kemuliaan Tuhan. Tapi bila ia jawab tidak mau menerima posisi itu dengan syarat kecurangan maka ia akan kehilangan pekerjaan dan segala fasilitas yang ia peroleh.

John akhirnya memilih jawaban dengan mempertimbangkan segala resiko yang akan diperolehnya, “Bos sebelumnya saya mohon maaf dan saya berterimakasih kepada Tuhan Yesus karena kasih-Nya kepada saya telah berikan kesempatan bekerja hingga akhirnya kini saya mendapatkan kesempatan promosi ke posisi yang tinggi, namun karena saya mengasihi-Nya maka saya tidak mau membuat hati-Nya bersedih karena saya melukai-Nya dengan berbuat melakukan dosa. Jadi saya dengan segala hormat dan menghargai semua kebaikan bos selama ini, namun mohon maaf saya tidak dapat menerima tawaran bos dengan syarat seperti itu dan saya menerima segala konsekuensinya”. “John, anda sungguh naif tidakkah engkau lihat di sekelilingmu bagaimana dunia sekarang berkehendak?. Ada perkataan pancing ikan dengan umpan dan pancing uang dengan uang artinya pakailah suap untuk melancarkan bisnis. Dan pakailah catatan ganda dalam laporan perusahaan maka membuat kita semakin kaya, tidakkah anda berpikir dengan pikiran yang sehat? Jika anda menolak hal ini tentu sudah tahu apa resikonya bukan?’ jawab si bos. John menjawab “Saya telah pikirkan resiko tersebut dan saya yakin bersama-Nya adalah suatu kebenaran sebab, Rm 12:2 Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Dan “Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Inilah prinsip hidup saya mengasihi Dia dengan seluruh hidup saya”.

“Luarbiasa John, inilah jawaban yang saya tunggu-tunggu dan anda memang pantas untuk menempati posisi sebagai pemimpin perusahaan ini. Roh Tuhan telah membimbing saya menemukan orang yang tepat, selamat John! Anda kini yang memimpin perusahaan ini tetaplah menjadi John seperti sekarang sampai selamanya” kata si bos. John begitu terharu mendengar berita itu dia yakin bahwa Yesus yang ia kasihi tak akan menjauhakan kasih-Nya dari diri John, walaupun semisal ia harus di pecat karena menolak ia tetap yakin bahwa Yesus adalah setia dan yang terutama adalah apapun bentuk penindasan, kesengsaraan dan penderitaan tak akan dapat memisahkan John dari kasih Yesus. Haleluya! Penerepan kasih kepada-Nya dan juga sesama senantiasa kita jumpai dalam market palace di setiap segi kehidupan kita, dan disisi lain untuk menerapkan kasih yang sesuai dengan apa yang Yesus kehendaki pasti akan menemui suatu cobaan apakah kita akan selamat dari si pencoba ataukah malah kita jatuh dalam pelukan si pencoba. Teruslah belajar kepada Yesus karena Ia adalah suatu jalan, kebenaran dan kehidupan bagi setiap kita orang-orang percaya berikan waktu terbaik kita untuk-Nya dan berikan segala sesuatu yang terbaik untuk-Nya.

BY: ARSY IMANUEL



BAGAIMANA BANGKIT DARI TEKANAN HIDUP?



Depresi

Akhir-akhir ini di media cetak maupun elektronik marak kejadian “bunuh diri” penyebab hal ini beragam ada yang di karenakan faktor ekonomi, kehidupan rumah tangga dan banyak lainnya, namun sebetulnya yang mendorong terjadinya aksi tersebut adalah suatu depresi yang tak dapat di tahan lagi oleh jiwa dan tubuh ini dan fakator terjadinya hal itu di karenakan tipisnya iman seseorang. Pada beberapa kasus, depresi dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Yakni sejak mereka tidak dapat menikmati segala sesuatu dalam hidup ini. Mereka kehilangan minat terhadap pekerjaan, bahkan banyak yang mengundurkan diri. Mereka resah, mudah marah, dan merasa tak berharga. Mereka bimbang antara menyalahkan dan memaafkan diri sendiri. Mereka membicarakan rasa bersalah yang mereka alami, mudah lelah, tidak dapat tidur dengan nyenyak, serta sering mengeluh sakit dan nyeri. Tak mengherankan bila penelitian medis menunjukkan bahwa orang-orang yang depresi lebih mudah terkena serangan jantung, kanker, dan radang sendi daripada orang-orang lainnya. Ketegangan yang berlangsung terus-menerus akan mengganggu fungsi-fungsi alami tubuh. Sebenarnya depresi itu cenderung muncul sebagai masalah rohani daripada psikologis, obat yang paling mujarab menolong adalah kembali kepada Allah dan dengan sungguh-sungguh mencari wajah-Nya dan yakin mereka pasti disembuhkan dan sukacita, damai sejahtera dari Allah berlimpah serta tercurah. Ada beberapa langkah yang dapat mengatasi depresi yaitu:

Menerima Pengampunan Allah
Menyadari Pemeliharaan Allah
Mengakui Hak Istimewa Allah
Menerima Apa yang Telah Allah Sediakan.

Doa saya, kiranya Tuhan Yesus menggunakan tulisan ini untuk memimpin orang-orang yang menderita agar keluar dari keputusasaan yang mendalam menuju sukacita dan kemenangan sebagai orang Kristiani.


MENERIMA PENGAMPUNAN ALLAH

Saya anjurkan Anda untuk memulai peperangan terhadap depresi dengan cara menerima pengampunan Allah. Dengan menerima pengampunan berarti Anda membuat satu keputusan terpenting untuk pulih dari depresi. Anda tahu, setiap kesalahan, baik yang meliputi dosa-dosa khusus di masa lampau atau sekadar perasaan berdosa, merupakan aspek dasar munculnya depresi. Seseorang yang digayuti rasa bersalah akan mendapati dirinya berada dalam situasi yang menyedihkan. Orang ini tidak dapat mencintai dirinya sendiri dan orang lain, serta berpikir bahwa tak seorang pun mencintai dirinya. Ia tenggelam dalam lautan kesedihan yang semakin dalam. Itu sebabnya, orang ini perlu keluar dari depresi dengan menerima pengampunan dan pembebasan dari Allah. Bagi orang yang belum percaya, hal ini berarti pertama-tama ia harus menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Meskipun ada perasaan, seperti rasa bersalah, perasaan ini perlu diredam untuk mencegah munculnya rasa bersalah yang sesungguhnya. Jadi, seseorang yang belum pernah diselamatkan perlu mengaku dosa dan menerima Kristus sebagai Juru Selamatnya. Alkitab mengungkapkan: Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian (Yesaya 53:6). Dan Paulus menulis kepada jemaat di Efesus: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani didalam surga… Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya (Efesus 1:3,7).
Tuhan Yesus, Anak Allah yang kekal, lahir sebagai manusia sejati di Betlehem untuk menggantikan kita melalui hidup-Nya yang sempurna, kematian-Nya yang penuh pengurbanan, dan kebangkitan-Nya yang mulia. Dia mati untuk membayar dosa-dosa kita, sehingga barang siapa yang percaya kepada-Nya tidak saja terbebas dari rasa bersalah, tetapi juga dari rasa tak berharga dan terasing dari Allah. Berkat yang menakjubkan, baik secara emosi maupun rohani, menanti mereka yang menerima Tuhan Yesus dan mengalami pengampunan dosa secara nyata. Namun, sebagian orang Kristiani masih mengalami siksaan rasa bersalah yang mengerikan. Bagaimana dengan Anda? Sudahkah Anda percaya kepada Kristus? Tahukah Anda apa yang diajarkan Kitab Suci tentang pengampunan Allah?. Dan terkadang kenyataan hidup senantiasa berbanding terbalik dengan harapan kita, namun ketahuilah di balik setiap kejadian yang Tuhan ijinkan terjadi semua adalah kebaikan untuk kehidupan kita. Percayailah Allah melalui firman-Nya saat ini juga, seperti saat Anda menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat dan mengalami pengampunan dosa. Akuilah setiap dosa yang merusak dan meresahkan Anda, dan terimalah pentahiran yang dijanjikan: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa dan menyucikan kita dari segala kejahatan (1Yohanes 1:9). Allah senang jika Anda datang kepada-Nya dan mengaku dosa dengan sungguh-sungguh. Dia bersedia mengampuni Anda. Jadi, percayalah pada firman-Nya, dan akui dosa Anda di hadapan-Nya. Jangan mengingkari setiap kesalahan yang telah Anda perbuat. Selanjutnya, terimalah pengampunan dan penghapusan yang utuh atas kesalahan Anda. Langkah ini penting bagi Anda agar dapat bangkit dari jurang depresi menuju puncak kedamaian dan keyakinan.

MENYADARI PEMELIHARAAN ALLAH

Perlu disadari bahwa Allah memiliki tujuan bagi hidup Anda. Dia memiliki rencana kekekalan bagi Anda. Namun, masih banyak orang merasa tidak puas. Mereka mengeluhkan penampilan, perangai, kemampuan, dan lingkungan mereka. Mereka membesar-besarkan hal-hal negatif dan mengabaikan hal-hal positif. Mungkin sebagian orang tampaknya mendapat kesusahan melebihi kekuatan mereka, yang sering disebut "nasib buruk". Anda mungkin cacat, kesepian, mengidap penyakit kronis, atau miskin. Namun coba renungkan! Sadarilah pemeliharaan-Nya dan kenyataan bahwa Dia memiliki rencana khusus bagi setiap orang. Kesadaran ini akan memberi kedamaian pikiran dan sukacita di hati, bahkan saat segala sesuatu tampak buruk. Ketika seorang kristiani mulai mengeluh karena ia membenci dirinya sendiri, baik penampilan, kepribadian, maupun hal-hal lain yang berada di luar kendalinya, berarti ia melawan Allah. Sebagai ciptaan-Nya, kita sebagai orang percaya perlu menyadari bahwa Tuhanlah yang menciptakan kita. Dia tahu benar setiap kelemahan dan keterbatasan kita. Dia tidak menuntut kita lebih dari kasih karunia yang disediakan-Nya bagi kita. Karena itu, sadarilah pemeliharaan Allah dalam hidup kita. Dan, bersyukurlah atas relung khusus dalam hidup Anda, yang hanya dapat diisi oleh Anda sendiri. Dalam 1Kor 12 Rasul Paulus menggunakan analogi tubuh manusia untuk menjelaskan fungsi setiap individu sebagai anggota gereja, yakni tubuh Kristus. Setiap orang itu penting. Tentu saja ada orang yang menduduki tempat lebih terhormat dibandingkan yang lain. Namun, pada dasarnya setiap orang itu berguna.

MENGAKUI HAK ISTIMEWA ALLAH

Sangat penting bagi Anda untuk mengenal bahwa Allah memiliki hak mutlak dan penuh untuk membentuk Anda sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini diungkapkan dengan jelas dalam Roma 9:14-23, “14 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil! 15 Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." 16 Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. 17 Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." 18 Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. 19 Sekarang kamu akan berkata kepadaku: "Jika demikian, apa lagi yang masih disalahkan-Nya? Sebab siapa yang menentang kehendak-Nya?" 20 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?" 21 Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa? 22 Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan  —  23 justru untuk menyatakan kekayaan kemuliaan-Nya atas benda-benda belas kasihan-Nya yang telah dipersiapkan-Nya untuk kemuliaan,” (Rm 9:14-23). Ketika tergoda untuk mengeluhkan situasi di sekitar Anda; atau ketika Anda menyesali diri karena apa pun yang menyangkut Anda tampak salah; atau ketika Anda bersedih karena merasa kehidupan orang lain lebih baik, ingatlah selalu kata-kata Paulus dalam Roma 9:20Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: "Mengapakah engkau membentuk aku demikian?"

Allah berhak membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya. Sebagai ciptaan-Nya, kita harus menerima apa yang terbaik menurut-Nya. Sebenarnya, kita harus bersukacita saat Dia menggunakan hak istimewa-Nya sebagai sang Pencipta, dan yakin bahwa jalan-Nya sempurna.

Tatkala Abraham memohon pengampunan Tuhan bagi penduduk kota Sodom dan Gomora, ia berkata: Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil? (Kejadian 18:25). Dan Musa, dalam nyanyian yang tertulis dalam Ulangan 32:4, mengungkapkan: Allah adalah Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia. Ya, kita berada dalam tangan Pribadi yang "adil dan benar". Tatkala kita mengakui hak istimewa Allah (bahwa Dia memiliki hak yang penuh untuk membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya), dan bukannya meratapi apa yang terjadi di sekitar kita, kita akan mulai bersukacita dalam hikmat dan kuasa Allah. Kita akan tahu bahwa tidaklah sulit untuk berserah pada kehendak-Nya yang sempurna. Langkah ini merupakan salah satu langkah penting untuk keluar dari depresi.

MENERIMA APA YANG TELAH ALLAH SEDIAKAN

Setelah menerima pengampunan Allah, menyadari pemeliharaan Allah, dan mengakui hak istimewa Allah, Anda perlu terus melakukan hal yang baik. Namun, Anda tidak akan pernah mampu melakukannya bila bersandar pada kekuatan sendiri. Banyak yang telah mencoba namun gagal. Hal ini disebabkan oleh cara yang salah. Karena itu, ingatlah, untuk memperoleh hidup yang penuh kemenangan dan terhindar dari kekalahan depresi rohani, Anda harus mengambil manfaat dari apa yang telah Allah sediakan. Renungkanlah segala sesuatu yang telah Allah lakukan bagi Anda! Jika Anda seorang kristiani, Dia telah memberi hidup baru melalui keajaiban kelahiran baru. Dia telah menempatkan Roh Kudus-Nya dalam diri Anda. Dia telah memberikan kebenaran-Nya bagi kita. Dia telah menjadikan Anda warga kerajaan surga dan memperkenalkan Anda kepada seluruh anggota keluarga-Nya. Dia memberkati Anda dengan memberikan gereja dan persekutuan dengan orang-orang percaya lainnya. Dia berjanji akan mencukupi kebutuhan Anda. Dan Dia mengundang Anda masuk ke dalam takhta kemuliaan-Nya saat Anda membutuhkan pertolongan. Oleh karena itu, kenali dan gunakanlah apa yang telah Allah sediakan dengan limpah. Lakukan apa yang benar, dengan kekuatan dan pertolongan-Nya. Jika Anda melakukannya, Anda akan terhindar dari keputusasaan saat gagal melakukan kehendak Allah.
Saya akan uraikan hal ini secara praktis. Jika terlibat pertengkaran dengan seseorang, temui orang itu dan mintalah maaf. Jika Anda malas ke gereja, cobalah untuk mulai hadir kembali. (Pastikanlah bahwa gereja yang Anda pilih adalah gereja yang bersandar pada firman Tuhan dan menempatkan Yesus Kristus sebagai Tuhan.) Jika Anda terlalu mementingkan diri sendiri, maka usahakanlah untuk mulai memerhatikan orang lain dengan tulus berdasarkan kasih karunia Allah. Carilah seseorang yang memang membutuhkan sahabat. Tinggalkan sikap Anda yang sekarang dan jadilah penolong. Pasti ada sesuatu yang dapat Anda lakukan. Sekali Anda melakukan kehendak Allah, dengan kekuatan dan kemampuan dari-Nya, Anda akan berada di jalan yang benar. Anda akan terbebas dari kehampaan dan keputusasaan hidup yang selama ini dijalani dengan sikap mementingkan diri sendiri, bukan untuk Allah ataupun sesama. Kita semua pasti pernah mengalami tekanan hidup sehingga kita bersedih. Segala sesuatu tampak tak benar, serbasalah, buruk, dan tanpa pengharapan. Berdasarkan pengalamannya, pemazmur pernah berseru, "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah!" (Mazmur 42:1-2).
Nasihat yang baik bagi kita semua! Dalam Kisah Para Rasul diungkapkan tentang pengalaman hidup Rasul Paulus saat ia menjadi tawanan, di dalam kapal yang bertolak ke Roma. Badai dahsyat mengancam kapal dan seluruh awaknya terhempas ke dasar lautan. Suatu malam, malaikat Tuhan menampakkan diri kepada Paulus dan meyakinkannya bahwa tak seorang pun dari awak kapal itu akan binasa. Paulus percaya pada pesan itu dan berkata kepada para awak kapal lainnya, "Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku" (Kis 27:25). Meskipun Anda takut dan putus asa, Anda akan menemukan alasan untuk bersukacita saat memandang Bapa surgawi. Seperti dinyatakan pemazmur, "Berharaplah kepada Allah!" Ungkapkan seperti yang diucapkan Rasul Paulus, "Saya percaya, ya Allah." Ya, tatkala Anda tertekan, ingatlah untuk memandang ke atas!

Kekhawatiran    

Tekanan hidup kerap kali datang secara tiba-tiba. Persaingan, kesulitan keuangan, kebutuhan keluarga yang makin meningkat, tragedi, bujuk rayu iblis, dan masih banyak lagi hal yang makin lama makin rumit. Semakin banyak orang harus berjuang menjaga kestabilan emosi. Hal ini terjadi pada semua kelompok umur. Bahkan, orang-orang percaya pun sering menyerah saat mengalami ujian hidup yang beruntun dan situasi membingungkan yang mewarnai hidup mereka sehari-hari. Mereka harus banyak menghadapai masalah-masalah emosional.

Namun, apakah itu berarti kita harus terkurung oleh tekanan di sekeliling kita? Haruskah kita menjadi korban dari masyarakat yang terus melaju dan penuh tuntutan ini? Saya katakan, "Tentu tidak!" Kita yang telah lahir baru memiliki Roh Allah dalam diri kita. Kita memiliki pengharapan yang hidup, sauh bagi jiwa. Kita juga memiliki Alkitab, firman Allah, yang memberi petunjuk dan dorongan dalam menghadapi ujian dan cobaan hidup. Doa saya, kiranya Anda melihat sumber kekuatan yang telah Allah sediakan bagi setiap orang percaya, sehingga Anda dapat belajar menerima kekuatan tersebut dan mengatasi setiap permasalahan yang Anda hadapi. Para ahli mengatakan bahwa asal mula kekhawatiran bukanlah dari luar, melainkan dari dalam. Kekhawatiran tidak berkaitan dengan pekerjaan, jadwal, komitmen Anda, atau orang lain. Kekhawatiran berkaitan dengan cara Anda menanggapi tekanan dari luar yang dapat menimbulkan kecemasan. jika Anda menganalisanya dengan cermat, Anda akan tahu bahwa kekhawatiran merupakan masalah dari dalam. Untuk itulah dibutuhkan tanggung jawab Anda untuk mengendalikannya. Berdasarkan hal ini, saya ingin membantu Anda agar terhindar dari dampak kehawatiran.


PERCAYALAH KEPADA ALLAH

Seseorang yang mampu mengatasi kekhawatiran biasanya adalah orang yang selalu mencoba memecahkan sendiri setiap masalahnya. Orang ini berusaha keras memenuhi tuntutan hidup dengan kekuatan dan hikmatnya sendiri. Namun, orang yang bijak belajar menaruh keyakinannya kepada Allah. Saya senang dengan ungkapan Mazmur 43:5. Di tengah tekanan, pemazmur berkata: Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah didalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku! Perhatikan tiga kata yang muncul di tengah ayat ini: "Berharaplah kepada Allah!" Pemazmur percaya kepada Allah, dan tidak bersandar pada diri sendiri. Orang yang meminta pertolongan Allah berarti sudah mengambil langkah utama untuk mengatasi kecemasan.


INGATLAH UNTUK BERDOA

Rasul Paulus menasihati kita dengan bijak: Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6,7). Saya tahu terkadang Anda enggan berdoa. Sesungguhnya, dalam keadaan tertekan, sering terlintas dalam benak Anda, "Apa sih gunanya berdoa? Doa sama sekali tidak berarti." Namun, kerap kali ketika Anda merasa jemu berdoa, Anda justru sangat membutuhkannya. Tuhan senantiasa menjawab jerit tangis anak-anak-Nya. Doa tidak saja mengubah segala sesuatu, tetapi juga mengubah manusia. Ada sesuatu yang terjadi pada saat Anda berbicara kepada Bapa surgawi yang memberi kesegaran bagi roh dan memupus kecemasan. Pada saat Anda mencurahkan segala ketakutan dan mengarahkan perhatian kepada Tuhan, maka akan mulai terlihat bahwa sewaktu menjalin hubungan dengan kekuatan-Nya yang besar, hikmat dan kasih-Nya yang tak terbatas, Anda akan menemukan bahwa hal-hal tersebut tidak seburuk dugaan Anda. Roh Kudus akan memberikan ketenangan bagi jiwa Anda. Ketegangan yang ada dalam diri Anda akan menurun. Tentu saja, Anda akan merasa lebih baik saat berbicara dengan Allah.


HIDUPLAH UNTUK HARI INI

Dalam Khotbah di Bukit Yesus berkata, Sebab itu janganlah kamu khawatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari ( Matius 6:34).Genggaman tangan kita penuh dengan persoalan hari ini. Lalu, mengapa kesukaran hari esok juga harus ditanggung hari ini? Ada benarnya juga bahwa banyak hal yang kita khawatirkan acap kali tak pernah terjadi. Betapa bodohnya kita mengkhawatirkan apa yang tak pernah terjadi!. Pada masa awal pertobatan begitu banyak hal pahit yang harus di lalui bagaimana kami harus hidup bagaikan “musafir” karena kini fasilitas tempat tinggal sudah tidak ada lagi begitupula dengan fasilitas pendukung lainnya. Kami berpikir bahwa kehidupan ini bakal lebih berat lagi dan pastilah hidup hari-hari kami akan mengalami kesukaran luarbiasa dan kami taktahu harus tinggal dimana?. Puji Tuhan Ia pun memberi kami tempat tinggal walaupun harus mengontrak dan saya pun diberinya pekerjaan walaupun tidak permanen dan pekerjaanitu harus saya tinggalkan juga karena hal itu sangat bertentangan dengan keyakinan saya kepada Tuhan bahwa kita hidup harus benar jangan mendapatkan sesuatu dari suap, karena tempat saya bekerja untuk mendapatkan proyek melakukan praktek tersebut maka saya pun mengikuti apa yang Allah kehendaki. Walaupun pada akhirnya saya dan istri kini menjadi khawatir akan apa yang kami makan, pakai bahkan untuk membayar kontrakan rumah, batin kami menjerit, hati ini dilingkupi rasa khawatir karena saya tak punya pekerjaan tetap dan hanya serabutan saja. Namun kami yakinkan bahwa Allah senantiasa memelihara anak-anak-Nya dan Ia tidak lengah dalam pemeliharaan-Nya, mengapakah kami harus khawatir akan apa yang belum pasti terjadi di hari esok? Apakah kita yang mempunyai jalan kehidupan? Apakah kita yang mempunyai rencana dalam hidup? Nasihat yang baik! Daripada mencemaskan hal-hal di depan, lebih baik kita melakukan apa yang dapat dilakukan saat ini. Jika kita memaksakan diri membawa seluruh beban hari esok ke dalam kehidupan hari ini, maka hampir dapat dipastikan kita akan jatuh karena beban yang terlalu berat. Yesus berkata, "Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari" (Matius 6:34). Betapa bodohnya kita membawa kesulitan hari esok untuk hari ini!


INGATLAH KEMBALI KESETIAAN ALLAH

Nabi Yeremia menyatakan: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! (Ratapan 3:22,23). Selaku orang percaya yakinlah akan kesetiaan Allah bagaimana Ia penuh kasih setia akan janji-Nya, bandingkanlah dengan bos anda yang mana banyak mengecewakan akan janjinya dengan kata lain jai Allah pasti digenapi namun intinya kembali pribadi masing-masing percayakah kita akan kesetiaan-Nya? Dan tetapkah kita di jalan Allah walaupun menurut mata jasmani kita hari-hari kita jauh dari pengharapan?. Janganlah kita memandang suatu perbuatan Allah hanya dengan yang dilihat oleh mata kita namun lihatlah secara keseluruhan dari pelbagi nikmat yang Allah limpahkan kepada kita dan jangan sekali-kali kita membatasi rezeki/berkat Tuhan adalah hal-hal yang bersifat materi.

Suatu saat dimana seperti biasanya setiap hari jum’at malam sekitar pukul 23 tepat di Gereja kami mengadakan pelayanan memberi makan kepada kaum tunawisma, kami melakukan secara rutin dan kami lakukan dengan sukacita dan kasih kepada Allah. Karena memberikan kesempatan kepada setiap kami untuk berbagi akan kasih karunia Allah kepada sesama kami yang kurang beruntung dalam hidupnya. Ketika sedang membagikan makanan di satu titik di kota kami, secara nyata Tuhan Allah memberikan pengajaran kepada setiap kami yaitu dengan cara Ia memperlihatkan seorang tunawisma yang dengan tenangnya minum dari air yang tergenang alias “comberan”, salah satu rekan sekerja kami mendekati bapak tersebut dan menasehatinya agar jangan minum dari air yang kotor dan ia pun memberikan air mineral untuk di minum bapak tunawisma itu. Saya melihat kejadian itu memuji akan kebesaran Allah dan benarlah Allah adalah Gembala yang baik, Ia menyediakan segala kebutuhan kita dan memberikan pemeliharaan serta Ia maha adil. Saya lihat tunawisma itu badannya tetap sehat padahal mereka tidur seharian di tempat terbuka yang pasti kedinginan dan jauh dari hidup sehat dan higeinis menurut ukuran mata manusia, tetapi Tuhan Allah begitu kasih dalam pemeliharaan-Nya Ia berikan kesehatan yang luarbiasa kepada tunawisma itu. Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus dimana hari lepas hari saya dan keluarga boleh Tuhan ijinkan dengan limpahan pengetahuan dan hikmat-Nya, sungguh Tuhan Engkau dasyat dan luarbiasa.

SADARILAH KEHADIRAN ALLAH

Renungkanlah dan resapi dua ayat yang menguatkan ini dengan saksama! Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata:"Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?" (Ibrani 13:5,6). Kesadaran akan kehadiran Allah merupakan penawar paling manjur untuk mengobati kekhawatiran. Kita dapat memegang jaminan yang diberikan pada ayat 5, yakni saat Allah berkata, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau," sehingga kita dapat berkata, "Aku tidak akan takut." Saya yakin Dia selalu hadir untuk memberikan penghiburan, menopang, dan menguatkan kita di jalan, di rumah, di ruang tunggu rumah sakit, dan di mana pun kita berada. Ya, kehadiran Allah dapat melakukan perkara yang ajaib!


PERCAYALAH KEPADA ALLAH UNTUK SETIAP KEBUTUHAN

Pada Khotbah di Bukit, Tuhan Yesus secara langsung menyinggung masalah kekhawatiran. Dia berkata: Sebab itu janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di surga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu (Matius 6:31-33). Jika Allah sanggup memelihara burung di udara dan bunga bakung di ladang, tidakkah Dia akan lebih memelihara anak-anak-Nya? Sekali kita memahami dan sungguh-sungguh memercayai pemeliharaan Allah, kita sudah dapat mulai memerangi kekhawatiran. Segala sesuatu yang telah Allah sediakan bagi kita bukan sekadar makanan dan pakaian. Dia sanggup menyediakan setiap kebutuhan kita. Misalnya, renungkan janji Allah dalam Filipi 4:19. Rasul Paulus menulis, Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dengan berpegang pada janji itu, orang percaya seharusnya tidak membiarkan dirinya menjadi korban kekhawatiran akan pemenuhan kebutuhan hidup. Tentu saja Filipi 4:19 tidak bermaksud mengatakan bahwa Allah akan memenuhi seluruh keinginan kita. Namun, kita dapat meyakini bahwa setiap kebutuhan kita akan dipenuhi "menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus" Tentu saja, sumber itu tidak pernah mengalami kekurangan!


Kemalangan

Orang terkadang saat di kehidupannya terjadi suatu kemalangan senantiasa mengeluh dan seakan-akan bahwa penderitaan yang sedang terjadi adalah penderitaan yang hebat dan besar bahkan kita tidak menyadari bahwa Allah dalam menguji kehidupan Anak-anak-Nya tidak melebihi dari batas kemampuan anak-anak-Nya. Bahkan melalui pengujian itu Allah membukakan mata hati kita agar melihat bahwa begitu besar potensi yang ada pada diri kita yang tak nampak keluar, semua kemampuan itu terkubur karena kita terlena berada di zona aman dalam kehidupan kita. Tuhan inggin kita menjadi besar dan keluar sebagai lebih dari pemenang, coba kita lihat kumban dan semut mereka mahkluk yang kecil dan lemah menurut ukuran dan dilihat dari mata manusia, coba kita pelajari lebih dalam akan kehidupan mereka kita pasti akan terkagum-kagum betapa dalam kenyataannya mereka dapat mengangkut beban melebihi berkali-kali dari berat tubuh mereka. Itulah yang Allah kehendaki kepada anak-anak-Nya dengan ujian kehidupan Allah sangat menginkan kita menjadi yang terbesar sesuai dengan rencana umum-Nya bagi manusia dan terlebih rencana khususnya bagi kita anak-anak-Nya.

Contoh klasik terkenal tentang penderitaan manusia didapati dalam pengalaman Ayub. Tatkala Ayub kehilangan harta benda dan anak-anak serta tertimpa penyakit parah, ia diperintah istrinya untuk, "Kutukilah Allahmu dan matilah!" Namun, ia tahu itu hanya akan memperberat penderitaannya. Ayub tidak hanya mendapat saran buruk dari istrinya, ia juga dikecewakan oleh teman-temannya saat ia membutuhkan dukungan mereka. Di kemudian hari, ia menyebut mereka "Penghibur yang buruk". Mereka menuduh Ayub berdosa, sehingga kondisi tragis yang ia alami itu adalah hukuman Allah bagi setiap dosanya. Namun kita tahu itu tidak benar. Penderitaan Ayub bukan murka Allah. Menurut Alkitab, Ayub adalah orang yang: … saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan (Ayub 1:1). Dan Ayub pun pernah mengucapkan kata kata yang gegabah manakala ia di uji namun ia jujur untuk mengakui kekeliruannya dan memohonkan ampunan kepada Tuhan. Meskipun demikian, saat ia mengalami ujian, ia sanggup berkata: Meski Dia mengambil nyawaku sekalipun, aku tetap percaya pada-Nya (Ayub 13:15). Bahkan, ia mengungkapkan keyakinannya: Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas (Ayub 23:10). Kini, kita yang telah menemukan keselamatan lewat iman kepada Kristus, memiliki tambahan pengetahuan tentang Allah, maksud-maksud-Nya, dan metode yang Dia gunakan. Jika Ayub masih dapat mengalami kedamaian setelah kehilangan harta benda dan anak-anak, menderita sakit parah, dan frustasi karena salah paham dengan teman-temannya, maka seharusnya kita lebih tangguh menghadapi setiap situasi. Kita pasti mampu!

BERDOA DENGAN PENUH KETAATAN

Pertama-tama, bila Anda mengenal Kristus sebagai Juru Selamat dan dihadapkan pada suatu masa yang sulit, datanglah kepada Tuhan dalam doa dengan penuh ketaatan dan kerendahan hati. Tatkala Anda berdoa meminta kesembuhan atau kelepasan dari situasi buruk, pastikan bahwa Anda melakukannya dengan berserah penuh pada apa yang Allah pandang terbaik bagi Anda. Berdoa saat menghadapi masalah merupakan reaksi normal, meskipun minat rohani seseorang hanya setengah-setengah atau sama sekali tak ada. Seruan kepada Allah ketika putus asa sama dengan jeritan minta tolong dari orang yang akan tenggelam. Orang kristiani yang dewasa rohani tidak hanya akan mengharapkan kesembuhan atau memohon perubahan drastis saat mengalami masalah. Orang ini akan menyertakan kalimat berikut dalam doanya, "Jadilah kehendak-Mu." Terkadang Allah tidak mengabulkan apa yang kita minta. Mungkin Dia punya rencana yang lebih baik. Dia membuat penderitaan kita terus berlanjut agar kita semakin dekat dengan-Nya. Atau, Dia memakai kita sebagai alat untuk menunjukkan kemuliaan dan anugerah-Nya melalui kesusahan dan penderitaan yang terjadi. Ya, kita harus yakin Allah akan memulihkan kita, atau Dia akan campur tangan dalam situasi sulit bila memang itu yang terbaik. Namun, kita tidak selalu mengalami demikian.

Surat-surat penggembalaan dalam Alkitab menyebutkan adanya orang-orang kristiani yang tidak dipulihkan keadaannya oleh Allah. Saya teringat pada Rasul Paulus. Dalam 2Kor 12 ia berbicara tentang "duri dalam daging". Mungkin itu semacam penyakit jasmani, dan bukan masalah rohani seperti halnya hawa nafsu. Sebab, bila berkaitan dengan hawa nafsu, ia tidak akan pernah berkata, "Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku" (2Kor 12:9). Yang dimaksud Paulus dengan "duri dalam daging" tidaklah berkaitan dengan hal rohani. Ungkapan itu lebih merujuk pada ketidakmampuannya melepaskan diri dari penyakit jasmani. Meski tiga kali ia meminta Tuhan mengangkat penderitaannya, Allah tidak melakukannya. Sebaliknya, Dia hendak memakai penyakit itu untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Orang lain dalam Kitab Suci yang mengalami masalah jasmani adalah Trofimus. Dalam 2Tim 4:20 Paulus menyebutkan bahwa ia meninggalkan Trofimus dalam keadaan sakit di Miletus. Tampaknya Paulus menganggap sakit ini merupakan kehendak Allah bagi Trofimus, karenanya ia tidak memohonkan kesembuhan yang ajaib. Timotius menderita gangguan pencernaan dan penyakit lainnya. Namun, Paulus tidak mengungkapkan mengenai usaha Timotius untuk mendapatkan mukjizat penyembuhan atau bahwa hal itu merupakan ujian atas imannya. Sebaliknya ia memberi nasihat kepada anak rohaninya: Janganlah lagi minum air saja, melainkan tambahkanlah anggur sedikit, berhubung pencernaanmu terganggu dan tubuhmu sering lemah (1Tim 5:23). Sekalipun ada banyak contoh, ada saja orang percaya yang berpikir semua penyakit pasti disembuhkan asal iman mereka cukup kuat. Menurut Anda, apakah Paulus tidak sembuh karena imannya terlalu lemah? Apakah Trofimus dan Timotius tidak sembuh karena kurangnya rasa percaya mereka berdua kepada Allah? Tentu tidak! Allah memiliki rencana lain bagi mereka.

Yang harus kita lakukan saat mengalami situasi sulit adalah memohon dalam doa, dengan penuh kerendahan hati, "Tuhan, biarlah kehendak-Mu yang terjadi." Dan kita akan diteguhkan bahwa sekalipun Allah tidak memenuhi keinginan kita, seperti yang dialami para orang kudus yang menderita, kita tetap disertai oleh-Nya. Paulus mengalami tekanan karena "duri dalam daging". Timotius mengalami gangguan pencernaan dan banyak kelemahan lainnya. Dan Trofimus, rekan pelayanan Paulus, sedang sakit ketika Paulus terakhir kali bertemu dengannya.


MILIKILAH KEYAKINAN DI DALAM ALLAH

Daripada menganggap bahwa penderitaan yang Anda alami adalah tanda Allah tidak mengasihi Anda, lebih baik anggaplah hal itu sebagai tanda kemurahan-Nya. Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesaliorang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggungganjaran, Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? (Ibrani 12:6,7). Jangan pernah berpikir Anda sedang dilupakan Allah. Pandanglah diri Anda sebagai salah satu dari anak-anak yang dikasihi-Nya. Saat Anda berdoa memohon kelepasan dari kesusahan dan penderitaan, lebih baik Anda memohon agar kehendak Tuhan saja yang terjadi daripada mengharapkan kesembuhan atau kelepasan yang ajaib. Dan yakinlah bahwa Allah akan melakukan yang terbaik. Bersandarlah pada janji-Nya berikut ini: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah (Roma 8:28).

Mungkin Anda tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Segala sesuatu tampak buruk. Namun, ingatlah, Tuhan tahu apa yang dilakukan-Nya. Suatu saat, dengan sudut pandang yang baru Anda akan bersyukur kepada Allah atas setiap hal yang terjadi, termasuk yang menyakitkan dan menyedihkan. Demikian pula dengan orang kristiani yang terkena cahaya Juru Selamat. Keserupaan dengan Kristus akan tampak dalam diri orang yang peka. Namun, "pencahayaan" ini harus diikuti proses pertumbuhan. Gambar Kristus yang terpatri di hati kita oleh iman, harus diperlihatkan agar orang tahu kita makin menyerupai-Nya. Paulus menulis: Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar (2Kor 3:18). Bagi orang percaya, perubahan ini kerap kali termasuk pengalaman "ruang gelap." Petrus memberi tahu kita: … karena barang siapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa, supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah (1Petrus 4:1,2).

BERTUMBUHLAH DALAM IMAN

Setelah berdoa dengan berserah dan percaya bahwa Allah sanggup melakukan yang terbaik, Anda perlu bertumbuh dalam iman saat mengalami penderitaan. Tuhan ingin Anda memercayai-Nya secara mutlak. Iman akan bertumbuh bila Anda mempelajari Alkitab, menaati perintah di dalamnya, dan menerima kebenaran agung yang mengungkap tentang Tuhan dan janji-janji-Nya. Sumber kepastian dan keyakinan yang besar berasal dari pemahaman terhadap jati diri Allah yang sesungguhnya. Kita harus tetap meyakini kuasa, hikmat, dan kasih Allah yang tak terbatas, meski apa yang terjadi dalam hidup ini tampak bertolak belakang. Saya teringat pada Maria dan Marta serta saudara mereka yang sakit. Anda tentu ingat bahwa penulis Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus tetap tinggal dua hari lagi di tempat Dia berada setelah mendengar tentang sakit yang diderita Lazarus. Oleh karenanya, saya dapat membayangkan kedua saudara perempuannya berkata, "Di manakah Yesus?" "Mengapa Dia belum juga datang?" "Dia sibuk dengan orang lain." "Mereka lebih mendapatkan perhatian-Nya." "Dia sudah tidak meme dulikan kita lagi."

Betapa kelirunya pemikiran seperti itu! Yohanes 11 ayat 5 mengatakan Yesus sangat mengasihi Maria dan saudara-saudaranya. Lalu, mengapa ayat 6 mencatat bahwa setelah mendengar Lazarus sakit, Dia "tetap tinggal selama dua hari di tempat di mana saat itu Dia berada"? Yesus baru datang setelah 4 hari kematian Lazarus. Yesus menunda kcdatangan-Nya bukan karena Dia tidak mengasihi Maria dan Marta. Apa yang Dia kerjakan dan kapan waktu yang tepat untuk hal itu, diatur oleh tujuan yang melebihi per:’.ingnya kebutuhan orang yang dikasihi-Nya. Di ayat 4 Yesus berkata, "Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah." Menurut ayat 45, banyak orang "yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya". Yesus tahu apa yang dilakukan-Nya. Dan saya yakin ketika semua itu berlalu, Maria dan Marta — serta Lazarus — tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Marilah kita percaya penuh pada Allah. Ingatlah bahwa Dia tidak perlu memandang segala sesuatu seperti kita. Juga tidak perlu bertindak seperti yang kita kehendaki. Nabi Yesaya menulis tentang Allah: Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu (Yesaya 55:8,9). Namun, Anda tidak dapat melayani Allah jika tidak terlebih dahulu menerima Yesus sebagai Juru Selamat pribadi. Dalam kasih-Nya yang agung, Allah telah menyediakan jalan keselamatan bagi manusia, termasuk Anda. Dia mengutus Anak-Nya, Yesus Kristus, datang ke dunia ini. Yesus datang dalam wujud manusia, memenuhi hukum dengan sempurna, dan mati disalibkan di Kalvari untuk menebus dosa-dosa kita. Ya, Yesus mati bagi Anda. Tidakkah Anda percaya kepada-Nya dan bahwa keselamatan hanya disediakan oleh-Nya? Akuilah bahwa Anda adalah orang berdosa dan Anda tidak sanggup menyelamatkan diri sendiri, lalu terimalah Dia, sebagai Juru Selamat Anda. Alkitab berkata: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16).

=======TUHAN YESUS MEMBERKATI=======
By : Arsy Imanuel ( Infirised : Originally published in English under the title How to Get Up …  When You’re Down!)

Blog Rankings

Arts Blogs - Blog Rankings